Wendy melangkahkan kakinya di koridor menuju ruang guru. Semester 2 kelas 11 akan berakhir minggu depan. Bersamaan dengan itu, Wendy akan resmi menjadi senior di sekolah. Ujian kenaikan kelas di mana Wendy mati-matian belajar telah ia lalui seminggu yang lalu. Saat ini tinggal tersisa minggu tenang di mana seluruh guru sibuk mencari pemalas yang belum memenuhi daftar nilai. Kegiatan belajar pun sudah tidak ada. Kebanyak murid memilih untuk tinggal di rumah. Hal itu membuat banyak kelas teori kosong ketika Wendy melewati koridor tadi.
Sebenarnya, Wendy pun lebih memilih untuk tinggal di rumah untuk meneruskan drama koreanya yang belum selesai. Nilai semua mata pelajarannya tak ada yang kosong. Wendy tak memiliki keperluan lain di sekolah selain pembagian rapor hari Jumat nanti. Namun ia telah terlanjur janji dengan Seulgi untuk mengantar gadis itu mengumpulkan tugas yang tersisa.
Ponsel Wendy bergetar di dalam sakunya. Ketika ia melihat nama Suelgi tertera di layar, ia langsung mengangkatnya. "Halo, Gi? Di mana? Gue lagi jalan ke ruang guru.."
"Oh benar. Gue lagi di kantin. Lo mau nitip minum?" jawab Seulgi dari sebrang telepon.
"Gak usah. Buruan aja nyusul. Gue tunggu depan ruang guru yah?"
"Okey!"
Panggilan terputus dan Wendy kembali memasukan ponselnya ke dalam saku. "Yang mau ngumpulin tugas siapa, yang udah ke ruang guru siapa. Dasar Seulgi." kepala Wendy menggeleng tak mengerti.
Wendy dan Seulgi mulai bersahabat dekat. Mereka berbagi luka dan tawa. banyak rahasia dan beban yang mereka pikul bersama. Wendy mulai terbuka pada Seulgi dan Seulgi mulai mempercayai Wendy.
Wendy sendiri sudah tak lagi ingin menjadi seperti Seulgi. Sekarang, Wendy menerima jika ia tidak bisa seceria Seulgi. Ia juga menerima fakta sekeras apa pun ia berusaha, Wendy tak akan bisa secerah matahari pagi seperti Seulgi. Ia anak penakut, tak percaya diri dan aneh. Namun Wendy tidak lagi mempermasalahkannya. Ia menerimanya dan berdamai dengan sendiri. Tak apa untuk menjadi aneh, Wendy masih punya Seulgi yang menerima dan diajak gila bersama.
Sudah beberapa bulan berlalu setelah Wendy menyatakan cintanya pada Suga tempo hari. Setelah itu, tak ada yang terjadi. Ia dan Suga tak pacaran. Pernyataann cinta itu berakhir tanpa jawaban dan menggantung begitu saja. mereka pun kembali seperti sebelumnya. Kembali tak ssaling menyapa, bertukar tatapan, dan kembali tak saling mengenal. Seolah apa yang mereka lakukan sebelumnya bukan apa-apa.
Wendy tak bisa berharap banyak. Suga adalah jatuh cinta dan patah hati pertamanya. Lama-lama ia muali membiasakan diri dan tak mempermasalhkannya lagi.
Langkah Wendy berhenti tepat di depan pintu ruang guru yang ramai oleh murid dengan tujuan yang sama: mengumpulkan tugas. Ia kembali merogoh sakunya untuk mengirim pesan pada Seulgi. Namun bersamaan dengan itu, Wendy merasakan sebuah tangan menepuk pundkanya pelan. Tubuh Wendy berbalik dan ia menemukan Seulgi telah berdiri di belakangnya sambil menyengir.
"Sorry lama. Tadi Jimin maksa gue nungguin dia makan," alibi Seulgi.
Wendy mengembuskan napasnya mengerti. "Yaudah buruan kumpulin tugas lo gih."
"Oke. Tungguin di sini." Seulgi berjalan masuk ke dalam ruang guru. Tangannya sibuk mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas untuk mengumpulkan tugas. Seulgi sempat melirik Wendy dan menatapnya sebentar. Namun kembali tersenyum ramah begitu ia menyapa guru.
Setelah Seulgi selesai mengumpulkan tugas, Wendy dan Seulgi berjalan beriringan ke ruang piket.
"Wen, rambut lo manjangin yah?"
"Hm?" alis Wendy terangkat. Matanya melirik rambutnya yang kali ini tergerai dan telah melewati batas pundak. "Gue belum potong rambut lagi sih. hair creambath yang lo rekomendasiin waktu itu juga ternyata cocok sama rambut gue. Jadi rambut gue keliatan makin panjang."
KAMU SEDANG MEMBACA
She Wants To Be Like Her [Suga x Wendy] Long ver.
FanfictionHanya ada satu cara agar Wendy bisa mendekati Suga: menjadi Seulgi. Long ver. start: 3 April 2020 end: 31 Mei 2020 cr. plutowati, 2020