Happy Reading.
Hope u enjoy this part-!
***
Jimin menatap sendu pada Taehyung yang kini terbaring dengan lemah diatas ranjang. Sejak dua hari yang lalu dimana Taehyung pingsan, membuat Taehyung menjadi sering kambuh seperti beberapa tahun belakangan.
Penyakit Taehyung memang selalu kambuh apabila ia terlalu kelelahan, tetapi satu tahun ini sudah agak membaik. Maksudnya, ia tidak selalu kambuh sesering dulu.
Tapi sekarang, melihat Taehyung kembali collapse membuat Jimin sedih. Hidup bersama sejak kecil meskipun bukan saudara kandung membuat Jimin merasa sangat dekat dengan Taehyung. Apalagi umur mereka yang hanya terpaut dua bulan.
Jimin terus memperhatikan Taehyung yang kini sedang terlelap dengan napas yang agak tersendat. Hingga tidak menyadari ibu Taehyung yang masuk ke kamar anaknya itu.
Memang kini mereka sedang di rumah. Sejak kemarin Taehyung sudah dibujuk untuk ke rumah sakit namun ia menolak. Akhirnya ibu Taehyung hanya mengiyakan permintaan anaknya itu.
Ibu Taehyung memperhatikan Jimin dan Taehyung. Jimin dengan Taehyung memang layaknya anak kembar. Sedari kecil memang sering bersama dan sangat sulit untuk dipisahkan.
Mengingat masa lampau, tanpa sadar cairan bening sudah meluncur di pipi sang ibu. Bahkan isakan lolos dari belah bibirnya.
Mendengar itu, Jimin yang tadinya sedang menatap Taehyung langsung menoleh pada asal suara. Saat dilihat ibu Taehyung—orang yang sudah membesarkannya—sedang menangis, membuat hati Jimin sakit.
Meski bukan ibu kandung, wanita itu sudah membesarkan Jimin. Menganggap Jimin layaknya anak kandungnya sendiri. Bahkan terkadang sikapnya itu seperti lebih sayang pada Jimin yang membuat Taehyung merajuk pada ibunya itu.
Jimin mendekati sang ibu. Kemudian membawanya keluar dari kamar Taehyung dengan lembut. Jimin khawatir Taehyung akan terbangun karena mendengar tangisan sang ibu.
"Bu, jangan menangis. Nanti Jimin coba bujuk lagi Taehyung, ya?" sang ibu hanya menggeleng sembari tetap menangis.
"Ibu.. Jimin mohon. Jangan menangis." Karna Jimin pasti akan ikut menangis melihat ibu menangis.
Tepat setelah mengucapkan itu. Cairan bening lolos dari mata Jimin. Meluncur bebas di pipinya. Melihat itu, sang ibu langsung menghapus air mata yang mengalir di pipi Jimin.
Wanita itu sangat paham. Jimin merupakan sosok yang sangat lembut. Ia akan mudah terbawa suasana.
Ia akan dengan sangat mudah menangis saat melihat orang yang disayanginya menangis. Ia akan mudah marah saat melihat orang kesayangannya direndahkan oleh orang lain.
Jangankan kepada orang yang tersayang. Bahkan pada orang yang tidak dikenal pun ia akan bersikap begitu.
"Sayang, kenapa menangis? Ibu menangis bukan karena Taehyung, kok." Sang Ibu mencoba untuk tersenyum. Berusaha mengatakan kepada Jimin bahwa ia baik-baik saja.
"Jangan menangis lagi, Bu. Taehyung tidak suka melihat Ibu menangis." sang ibu mengangguk sembari mengusap pipi anaknya dengan lembut. "Jimin juga tidak suka melihat Ibu menangis." lanjutnya, kemudian memeluk sang ibu dengan erat.
Taehyung yang berada di kamar dan sedari tadi tidak tertidur pun ikut menangis mendengar percakapan kedua orang yang ia sayangi yang kini sedang menangis.
Dalam hati ia memaki dirinya sendiri. Mengapa ia harus terlihat lemah. Bukan hanya lemah fisik. Tetapi juga lemah batin.
Bukan tanpa alasan ia menolak dibawa ke rumah sakit. Ia tahu jika ekonomi keluarganya kini sedang menurun. Ia tidak mau sang ibu terus-terusan bekerja demi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
Fanfiction[On Hold] Kalian adalah tempatku pulang. Kalian adalah alasan mengapa aku ingin tetap berada disamping kalian. Kalian adalah rumahku. Tempatku berbagi cerita, suka dan duka. Terimakasih. Sudah mau menjadi rumah untuk tempat ku pulang. Start: 13 Mei...