Menakjubkan. Aku memperhatikan lansung bagaimana proses buah naga itu berbuah. Awalnya, cahaya muncul dari ujung daun yang berduri. Menyilaukan mata. Cahaya itu perlahan menghilang, menampakkan putik buah, dan lama-kelamaan buah itu tumbuh semakin besar.
Aku pikir buahnya akan bertambah besar lagi.
Kedua peri itu membantuku mengambil buah naga. Tidak terlalu sulit karena ukuran buahnya hanya sebesar bola kasti.
"Terima kasih, aku akan membawanya." ucapku pada kedua peri kunang-kunang sudah memberikanku izin untuk membawa buah ini. Aku kembali menatap buah naga berkulit emas di tanganku, berkilau. "Apa rasa buah ini enak?"
Kedua peri itu saling pandang.
"Ya! Tidak!" jawab mereka serempak dan itu membuatku bingung.
"Kalau tidak enak, kenapa Ame menginginkan buah ini?" Aku mengernyitkan dahi memperhatikan tingkah peri-peri itu yang tampak mencurigakan.
"Bukankah Ame memintanya? Sebaiknya kau cepat pergi dari sini karena banyak yang menginginkan buah ini!"
Peri satunya mengangguk berkali-kali ke arahku. Meyakinkanku agar aku segera pergi dari sini, dia pun menarik bajuku.
"Baiklah, aku akan pergi."
"Berhati-hatilah!" katanya memperingatkanku, seakan bencana besar akan terjadi jika aku berlama-lama di sini.
Benda itu sudah kusimpan dalam kantung celana. Waktunya berubah kembali menjadi phonix. Tak butuh waktu lama dari sebelumnya, perubahan burung ini sudah sempurna. Aku membentangakan kedua sayap dan siap-siap untuk melompat dan terbang. "Aaaw!" Sayapku kena anak panah.
Aku menoleh ke samping, sekitar 150 meter dari tempatku berdiri, sekelompok centablack mengarah ke sini. Mata phonix-ku menajam, mereka akan menembakkan anak panah secara bersamaan.
"Gawat! Aku harus segera terbang." Aku meringis kesakitan karena sayap kiriku terluka, membuatku sulit untuk terbang. Aku mengibaskan sayap kanan cukup kuat dan berhasil membelokan arah anak panah itu ke sisi lain.
Para centablack semakin mendekat. Langkah kaki kuda mereka saja sudah membuatku merinding, apalagi mereka salah satu tentara terkuat yang tinggal di pegunungan sebelah utara.
Aku menahan rasa sakit sembari menghindari anak-anak panah itu. "Bagaimana mereka bisa sampai ke sini?!" gumamku mencoba untuk terbang lagi. Karena menuju ke tempat sangat sulit.
"Tembak!" Suara orang di depan memerintah.
Dari ketinggian 5690 meter lebih dari permukaan laut, aku pun melompat, terbang menukik tajam ke bawah. Menghindari jangkauan anak panah. Memilih kabur lebih baik daripada bertarung dengan centablack.
Centablack adalah golongan centaurus yang terkuat. Bisa dibilang mereka adalah makhluk hunian setengah manusia. Memiliki kepala, lengan, dan torso berupa manusia. Bagian kaki dan tubuh seekor kuda yang berwarna hitam.
Dinginnya malam membuat sayapku serasa membeku. Buruk. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi dalam bentuk ini. Sebelum kembali ke tubuh asli, aku memutuskan untuk mendarat. Setidaknya keberadaanku jauh dari mereka.
"Apa mereka menginginkan buah naga ini?" gumamku sembari mengeluarkan benda itu dari kantung celana. "Seberapa bernilainya buah ini hingga mereka hampir saja membunuhku." Aku menyimpan benda itu kembali ketika mendengar suara tapak kaki kuda.
Bersembunyi. Ada berapa kawanan itu? Pikirku melihat sekolompok centablack baru saja melintas tak jauh dari tempatku berdiri. Kurasa mereka terbagi dalam beberapa kelompok.
Aku mencabut anak panah yang menancap di lenganku. "Owh!" Rasa sakitnya sungguh luar biasa. Menghujam ke jantung. Aku merobek tepi baju dan membalut luka untuk menghentikan perdarahan.
YOU ARE READING
Makhluk Hunian
FantasyNamanya Shiro, memiliki kekuatan khusus, yaitu bisa berubah menjadi apa saja. Shiro melakukan petualangan ke Gungung Naga untuk mendapatkan buah Naga berkulit emas. Itu dilakukan untuk bertemu Cloudy. Seorang gadis yang dia kasihani, karena hidupn...