Yang nanya visual Byan. Nih aku kasih.
Suara denting sendok beradu dengan piring menemani makan malamku dengan mama dan juga Beby. Tadi setelah menidurkan Byan di kamar, mama memintaku turun untuk makan malam. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mama. Namun aku tau, mata mama sedari tadi sibuk memperhatikan aku dan Beby yang tidak saling sapa.
"Kalau udah selesai makan malam, kalian berdua langsung ke ruangan mama." Ucap mama sembari berlalu meninggalkan ruang makan.
Aku beranjak mengikuti mama meskipun makananku belum habis. Sekilas aku mendegar Beby menghembuskan nafas kasar.
"Shan. Bisa kita ngobrol dulu sebelum ketemu mama?" Suara Beby menghentikan langkahku.
"Nggak, Beb." Jawabku sembari kembali berjalan.
Aku masuk ke dalam ruangan mama bersama dengan Beby. Mama sudah menunggu sembari memegang map yang aku tau berisi gugatan perceraianku kepada Beby.
"Bisa jelasin ke mama, Shania?" Tanya mama kepadaku.
"Mama mau dijelasin apa lagi? Mama tau jawaban Shania dari satu setengah tahun yang lalu masih sama. Shania nggak cocok sama Beby, ma. Shania mau lepas dari Beby."
"Ma, Beby nggak mau tanda tangan."
"Aku nggak peduli kamu tanda tangan atau enggak! Ma, Shania cape mau istirahat. Besok Shania mau ke apartement aja." Ucapku sembari meninggalkan mama dan Beby.
Aku sudah terlelap saat samar-samar mendengar suara pintu dibuka. Beby masuk kemudian menutup pintu secara perlahan. Dengan hati-hati ia naik ke atas kasur dimana aku dan Byan tidur. Byan ada di pojok, sedangkan aku ditengah memeluk Byan.
Aku sedikit menegang saat merasakan tangan Beby menyelusup masuk ke pinggangku memeluk badanku dari belakang. Hembusan nafas Beby yang berada di telingaku, membuat bulu kudukku meremang.
"Aku tau kamu belum tidur, Shan." Ucap Beby. "Aku minta maaf, aku nggak bisa lepasin kamu. Aku nggak mau kamu berjuang sendiri besarin anak kita."
Emosiku yang memang masih belum terkontrol, membuatku reflek menepis tangan Beby dipinggangku. "Berhenti panggil Byan anak kamu juga. Dia anak aku dan kalaupun dia butuh orang tua lengkap, yang berhak adalah Sakti! Bukan kamu!" Kataku dengan sedikit penegasan, berharap Beby berhenti menggangguku dengan rayuannya yang menurutku menjijikan.
"Sakti? Orang yang udah perkosa kamu terus nikah sama orang lain? Masih mau kamu anggep dia orang tua yang layak buat Byan?" Nada suara Beby disertai hembusan nafas kasar membuatku tersenyum meremehkan.
"Aku cape berdebat hal nggak penting kaya gini setiap hari. Keputusan aku sudah bulat. Aku bakal tinggal di apartemen bertiga sama Byan dan Della."
"Oke, aku ikut balik ke apartment."
"Aku nggak peduli, Beb."
"Kamu sama sekali nggak mau kasih aku kesempatan?"
"Mau berapa kali lagi aku bilang? Aku udah nggak cinta sama kamu! Bahkan kalaupun aku harus nikah lagi dengan perempuan, aku cuma mau nikah sama kak Kinal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody To Love 2 (On Going)
FanficGxG Area! Ujian terbesar cinta itu bukan kehilangan tapi kerinduan akan kenangan yang takkan pernah terulang. Baca dulu Somebody to Love part 1 biar nggak bingung. 😊