Chapter 3

34 11 0
                                    

Author POV

Silmi masuk melewati gerbang sekolahnya.
Melihat banyak orang ditengah lapangan memakai pakaian putih biru yang akan segera berganti menjadi putih abu.

Sebenarnya Silmi kurang suka berada di tengah keramaian.
Apalagi sendirian dan tidak mengenal siapa siapa, berasa menjadi sebuah patung.

Silmi segera diarahkan ketengah lapang oleh kakak kelas dengan almamater berlogo OSIS untuk bergabung bersama yang lainnya.
Dia melihat teman teman satu sekolahnya dulu.
Ah bukan teman, berbicara saja mereka belum pernah.

Sendirian.
Mematung.
Lagi.

Semuanya sudah berkumpul.
Duduk di tengah lapang.
Bercampur antara laki laki dan perempuan.

Guru didepan menjelaskan tentang hal yang sangat membosankan.
Silmi enggan mendengarkannya.
Itu tidak penting.

"Hey"

Seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"Ya?" Silmi menoleh kebelakang.

Badboy?
Bukan! Jangan berharap ada badboy disini!

"Sendirian aja. Cuma lo aja cewe yang duduk disini!" Ucap si penepuk bahu.

Silmi mengedarkan pandangannya.
Depan belakang kanan kiri.
Ya.
Hanya dia perempuan yang duduk disebelah sini.

"Astaga! Memalukan" Ucap Silmi sambil menutup mukanya dengan kedua tangan.

"Lo gak punya temen?" Suara dia lagi.

"Gak!" Ucap Silmi lirih.

"Masa? Lo cantik gini masa gak punya temen?" Jawabnya pria itu tak percaya.

"Aku punya kemampuan buat liat makhluk halus dan baca pikiran orang!" Jawab Silmi tanpa menoleh kebelakang. Lebih baik jujur sejak awal.

"HAH?? Cuma itu? Lo jadi gak punya temen??" Pria itu semakin kaget.

"Kalo gitu gue aja yang jadi temen lo" Tambah pria itu.

"Askara Prahaja, lo bisa panggil gue Aska!" Ucap Aska sambil mengulurkan tangannya.

"Hah? Kamu mau jadi temen saya? Gak salah? Gak takut?" Tanya Silmi tak percaya. Menatap Aska tanpa berkedip.

"Ya, ngapain harus takut?" Aska balik bertanya.

Ya!
Itu yang harus orang lain pikirkan tentang dirinya.
Kenapa mereka harus takut padaku?
Batin Silmi.

"Oke, namaku Silmi Amanda. Kau bisa memanggilku Sisil!" Ucap Silmi sembari menjabat tangan Aska yang terulur sejak tadi.

Doa Silmi terkabul.
Akhirnya.

"HEY! KALIAN BERDUA!! SEJAK TADI ASIK MENGOBROL DAN TIDAK MENDENGARKAN SAYA BERBICARA DIDEPAN?!" Astaga suaranya sangat nyaring didengar.

Sontak saja Silmi dan Aska Melihat kedepan.
Mereka berdua menjadi pusat perhatian setiap orang dilapangan.

"Maaf pak!" Ucap Aska biasa saja. Seolah tak melakukan kesalahan apapun.

Berbeda dengan Silmi yang wajahnya berubah menjadi pucat karena malu.

"Maju kedepan!" Titah guru tadi.

TBC

================================

Gaje? Maaf baru belajar:)
Jangan lupa vote yah!
Biar tambah semangat belajar nulisnya!
Pai pai

AFTER (Ditunda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang