TANGGAL MERAH

1 0 0
                                    


Setelah kejadian badmoodnya, sepulang sekolah Nasya langsung pergi ke kamar dan merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Tidak lupa pintu kamar ia kunci dan mematikan handphonenya agar tidak ada yang mengganggunya.

Nasya mulai memejamkan mata dan tidak sadar bahwa ia tertidur dengan seragam putih abu yang masih melekat di badannya.

Keesokan harinya, Nasya terbangun oleh suara ayam tetangga dan terkejut begitu melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 07.15, sementara gerbang sekolahnya ditutup pada pukul 07.30.

Ia segera pergi menuju kamar mandi dan dengan cepat memakai seragam batik sekolahnya.
Setelah dirasa cukup, Nasya segera turun ke lantai bawah untuk mengambil sarapan yang akan ia makan dalam perjalanan nanti. Tetapi ketika sampai di lantai bawah, ia terkejut mendapati abangnya malah bersantai di depan televisi dan hanya memakai pakaian biasa.

“Lho, Aca mau kemana sayang?” ucap Ratna -Ibunya Nasya- yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

“Aca mau sekolah Ma, bang Gara kok belom siap, Papa juga kok belum berangkat?” Nasya terheran
Gara dan Raka –Papanya Nasya- tertawa, membuat Nasya makin bingung.

“Abang sama Papa kenapa malah ketawa?”

“Lo sih tidur mulu Ca, jadi gatau kan hari ini tanggal merah, hahaha” Gara kembali tertawa.
Nasya segera mengaktifkan handphonenya dan membuka kalender. ‘Ternyata bener tanggal merah.’ Batin Nasya.
“Kok gaada yang kasih tau Aca sihh, Aca udah buru-buru mandi tau,” ucapnya dengan nada merengek dan setengah ngambek. “Yaudah deh  Aca mau ganti baju lagi, huh sebel banget.” Ia kembali ke kamarnya dengan terus merutuk karena kesal.


“Jadi, rencana libur satu hari ini apa?” ucap Nasya yang baru saja turun dari lantai atas dan segera duduk dekat papa dan abangnya.

“Diem aja dirumah deh Ca, santai gitu istirahat,”

“Nah bener kata abang kamu Ca, papa juga lagi pengen istirahat, cape banget kemarin-kemarin,” ucap Raka sambil meregangkan otot-ototnya. Nasya menekuk wajahnya. Ratna yang melihat kelakuan ayah dan anak-anaknya itupun hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

“Aca, bikin cookies sama mama mau?”
Mata Aca langsung berbinar. Cookies biskuit kesukaannya mana bisa ia tolak. Ia segera berlari ke arah dapur lalu berteriak, “LETS GO MAA BIKIN COOKIES YANG BANYAAAK.”
Papa dan mama Nasya hanya bisa tersenyum melihat kelakuan anak bungsunya yang tidak berubah sedikitpun jika mendengar makanan cookies.

----

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang