Part 06

14.5K 1.2K 68
                                    

Alea meneguk ludahnya kasar, sebenarnya apa yang akan dilakukan Damar? Bagaimana pun juga Alea harus keluar kelas sekarang juga, karena jika tidak entah apa yang akan terjadi pada dirinya.

"Gimana kalo ini?" Damar menunjukkan pisau cutter miliknya.

"Masih belum takut juga hm?" tanya Damar mendekatkan pisau cutter nya ke pipi Alea.

Alea menatap takut Damar. "Dam gue--"

Damar memotong ucapan Alea. "Gimana kalo gue bikin lukisan? Di tangan lo, pipi lo, atau tubuh lo?"

"Minggir, gue mau pulang," tegas Alea mendorong tubuh Damar namun dicegah oleh Damar.

"Eettss, jangan buru-buru dong, permainan belum dimulai cantik," bisik Damar tepat ditelinga Alea jarak keduanya sangat dekat.

Alea menatap kesal Damar menghalangi jalannya, sungguh Alea tidak ingin mati secara cuma-cuma. "Gue bilang minggir, Damar."

"Sstttt, jangan berisik dong." Damar menjauhkan tubuhnya dan memainkan pisau cutter nya.

Alea tertawa sinis. "Ternyata bener ya, lo itu pecundang beraninya ngelawan cewek, stok musuh lo abis atau gimana sampe lo lawan cewek?" Alea mencoba menutupi ketakutannya, pergelangan tangannya semakin dicengkram oleh Damar, Alea yakin ini akan meninggalkan bekas.

"Ternyata lo masih ngelawan ya, oke kita liat apa lo masih bisa ngelawan atau enggak setelah ini."

Baru saja Damar mendekatkan pisaunya ke wajah Alea, Alea bergerak cepat menangkis tangan Damar yang memegang pisau, hingga pisaunya tergeletak dilantai, hal itu sontak menyulut emosi Damar.

"Lo," geram Damar.

Alea meringis kesakitan pergelangan tangannya masih dicengkram Damar dengan kuat. "Awshh sa-sakit Damar," lirih Alea matanya kini sudah berlinang karena menahan sakit.

"Lo itu--" ucapan Damar terpotong saat seseorang berbicara.

"Aduh anak zaman sekarang, bukannya langsung pulang malah pacaran dulu dikelas," celetuk Kang Udin-penjaga sekolah. Damar segera menjauh dari Alea, sedangkan Alea mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit, dan benar saja cengkraman Damar berbekas disana.

Setelah menyadari Damar sudah menjauh darinya, Alea berlari keluar kelas menghampiri Kang Udin.

"Eh Kang Udin, kemana aja? Pasti mau kunci pintu kelas kan?" tanya Alea tersenyum manis.

Untung ada Kang Udin, gue bisa bebas dari kematian hihi-batin Alea.

Kang Udin mengangguk. "Iya Neng mau saya kunci, eh malah ngeliat neng pacaran."

Alea berbisik. "Aduh Kang itu mah bukan pacar saya, itu fans saya Kang."

Kang Udin tertawa geli. "Ah si Neng bisa aja, lagi marahan ya sama pacarnya?"

"Ih dia bukan pacar saya Kang, dia itu cuma fans saya yang bermetamofosis jadi supir pribadi, eh tapi ini rahasia kita ya Kang, dia mah sensitif banget kayak cewek pms kalo dia tau bisa-bisa digorok." Alea terkekeh dengan ucapannya sendiri dan melirik kearah Damar.

"Udah ah saya pulang dulu ya Kang," pamit Alea berlari kecil menuju gerbang, karena pasti Kakaknya sudah menunggunya.

Arza bersandar pada motornya, menatap Alea yang berlari kecil arahnya.

"Hey kamu kenapa lari-lari gitu?" Arza mengerutkan dahinya.

Alea menyeka keringatnya, napasnya masih tersenggal sehabis lari tadi. "Hehehe biasa Kak, dikejar fans. Udah ayok pulang aku laper nih."

Psychopath Damar [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang