Choose me~ kws×hsw

640 52 6
                                    

Seungwoo duduk disalah satu kursi kafe langganannya sambil mengikuti kemana pun pegawai kafe yang disukainya bergerak. Itu adalah hal yang selalu dia lakukan ketika ada waktu luang, walau pun dia tahu jika tindakannya itu membuat orang tidak nyaman tapi Seungwoo tidak peduli.

"Kamu itu kurang kerjaan sekali ya? Pergi ke kantor sana daripada melihat aku mondar mandir melayani pelanggan!" Dumel Wooseok dengan sekotak makanan dan sebotol air mineral dikedua tangannya, dia duduk didepan Seungwoo yang masih menatapnya.

Seungwoo tersenyum tipis, dia gemas dengan teman manisnya yang satu ini. "Aku hanya ingin memastikan kamu aman bekerja disini, lagipula diberi tawaran bekerja dikantor bersama Kogyeol tidak mau."

Wooseok memberenggut kesal, lagi-lagi Seungwoo menyeret nama kembarannya pada pembicaraan mereka, Wooseok tidak suka! "Aku tidak mau melihat wajah dia 8 jam setiap harinya, membuat muak saja!"

"Tapi melihat wajahku tidak muakkan?" Tanya Seungwoo sambil menaik-turunkan alisnya.

Wooseok menggeleng. "Kurangi kadar kenarsisanmu!" Cibir Wooseok lalu menyuapkan makanannya.

Wooseok sedang istirahat makan siang maka dari itu dia bisa duduk menemani Seungwoo disini, sebenarnya ingin makan didapur bersama teman lainnya tapi tidak tega melihat Seungwoo yang sendirian duduk dipojok kafe.

"Sudah makan saja kamu, padahal aku ingin mengajak kamu makan siang bersama."

Suara bass itu membuat obrolan keduanya berhenti dan menoleh ke sumber suara. "Kogyeol? Kamu ngapain kesini hanya untuk mengajak makan siang bersama? Jarak kantor kamu ke sini jauhkan?" Tanya Wooseok.

"Hanya ingin, Seungwoo saja bisa masa aku tidak?" Kogyeol duduk disamping Wooseok lalu melayangkan senyum ke arah saudara kembarnya.

"Aku hari ini free, brother. Jam makan siang hanya 1 jam tetapi kamu malah mengajak Wooseok makan siang." Cibir Seungwoo mengingat butuh waktu 30 menit dari kantor Kogyeol bekerja menuju kafe tempat Wooseok bekerja.

Kogyeol tersenyum culas. "Aku bosnya jika kamu lupa, terserah akulah." Ucapnya sombong.

Wooseok memakan nasi kotaknya dengan cepat dan mencoba mengabaikan perdebatan tidak penting antara Seungwoo dan Kogyeol. Kedua laki-laki yang memiliki ikatan darah itu selalu berdebat setiap bertemu, itu yang Wooseok tahu. Jarang sekali Wooseok melihat keduanya memiliki pemikiran dan pendapat yang sama kecuali saat membicarakan masalah kantor.

"Kalian berdua tidak lapar apa berbicara terus? Sudah ya aku selesai makan. Kamu Gyeol jika ingin makan siang itu kembaran kamu menganggur, ajak sana daripada dia melihat aku kerja seperti orang pengangguran!" Wooseok pergi meninggalkan keduanya yang masih melanjutkan debat tak berfaedah mereka.

---

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, Wooseok bersiap pulang karena waktunya kerjanya sudah habis. Wooseok mematut dirinya dicermin, merapikan poninya lalu mengeratkan jaket yang dia kenakan kemudian keluar dari kafe, dia berdiri didepan halte sambil menoleh ke kanan kiri mencari Kogyeol yang katanya mengajak makan malam bersama.

Tak lama kemudian sebuah mobil putih berhenti didepan Wooseok lalu keluarlah Kogyeol dari sana dengan senyum menawan. "Tidak menunggu lama kan? Ayo masuk." Kogyeol membukakan pintu untuk Wooseok.

"Mau makan apa?" Tanya Wooseok.

Kogyeol tersenyum tipis. "Makanan yang spesial pastinya, btw ada paperbag dikursi belakang, coba ambil. Itu buat kamu dan kamu tidak boleh menolaknya."

Mata Wooseok memincing curiga tapi dia tetap mengambil paperbag yang dimaksud Kogyeol. Membukanya dengan perlahan sedikit demi sedikit. "Kamu kenapa kasih jam tangan mahal, ya ampun! Kenapa tidak beli yang murah saja sih? Harga 100 ribu saja agar lebih pantas dipakai sehari-hari. Tapi ini 100 juta? Lebih baik uangnya digunakan untuk membayar sewa apartemen." Cerocos Wooseok panjang lebar.

Dia menatap jam tangan mahal yang terbungkus kotak itu dengan pandangan menilai, memutarnya lalu mendecakkan lidah. "Ck kamu itu sekali saja kasih aku barang yang tidak mahal bisa? Aku jadi sungkan sama kamu."

"Kamu itu tidak pantas memakai yang murah Wooseok, kamu lebih cocok memakai yang mahal. Seharusnya kamu menerima tawaran menjadi sekretarisku dikantor agar kamu terbiasa dengan kemewahan."

Wooseok mendengus kesal, dia menahan segala umpatannya dengan menggigit lidahnya. Kalau boleh Wooseok ingin membuang Kogyeol ke jurang agar laki-laki itu tidak muncul lagi dihidupnya.

Mobil berhenti disebuah restoran mewah, dari interior luar saja Wooseok sudah tahu jika hanya kalangan atas yang makan disana. Dan tidak mungkin dia makan disini kecuali Kogyeol yang mengajak, laki-laki yang menjunjung tinggi kemewahan dan barang mahal.

Wooseok berjalan bagai anak itik mengikuti induknya, menurut kemana pun Kogyeol melangkah dengan laki-laki itu didepan dan Wooseok dibelakangnya. Pelayan restoran mengantarkan mereka menuju meja yang telah direservasi oleh Kogyeol. Wooseok mendudukkan dirinya dikursi dan mencoba bersikap anggun walau akhirnya pasrah karena tidak biasa duduk tegap layaknya orang berada.

Makanan pembuka datang lalu menu utama dan akhirnya makanan pencuci mulut berupa puding stoberi yang rasanya sangat Wooseok sukai. Sejauh ini tidak ada gelegat aneh dari Kogyeol, mungkin makan malam ini tulus tanpa maksud terselubung?

"Wooseok." Panggil Kogyeol.

Wooseok menatap laki-laki itu sambil menaikkan sebelah alisnya, perasaannya mendadak tidak enak karena ekspresi serius Kogyeol tiba-tiba. Kogyeol mengambil tangan kanan Wooseol diatas meja, mengenggamnya erat sambil menatap lurus mata Wooseok.

"Aku ingin bilang ini dari lama tapi tidak pernah ada kesempatan untuk mengungkapkan hal ini kepadamu. Pernah sekali tapi kamu menganggapnya candaan semata, aku serius Wooseok. Aku suka sama kamu. So, would you be my boyfriend?" Kogyeol mengeluarkan sebuah kotak perhiasan berisi sebuah kalung berbandul kunci.

Wooseok terperangah sejenak, matanya melirik kotak itu dan Kogyeol secara bergantian. Senyum manisnya terulas dibibir, Kogyeol juga merasa senang karena dia pikir itu merupakan lampu hijau jika Wooseok mau menjadi pacarnya.

"Kogyeol, terimakasih telah menyukaiku, aku sangat tersanjung karena disukai oleh laki-laki hebat seperti dirimu." Wooseok menjeda kalimatnya dan Kogyeol masih dengan rasa senangnya karena dipuji. "Tapi maaf, aku menyukai orang lain, tidak perlu jauh-jauh mencari siapa orang itu karena dia ada dibelakangmu."

Kogyeol terkejut, dia menoleh ke belakang mendapati Seungwoo yang sama terkejutnya. Wait, kenapa dia tidak menyadari dari tadi jika Seungwoo berada disebelah mejanya?

"Seungwoo? Kamu menyukai Seungwoo, Wooseok? Tapi dia--"

Belum selesai berucap, Wooseok sudah menyela terlebih dahulu. "Maaf jika ucapanku setelah ini membuatmu tersinggung atau sakit hati. Seungwoo memang tidak ada apa-apanya dibanding kamu yang mempunyai jabatan tinggi diperusahaan atau mendapatkan kekayaan lebih dari orangtua kalian yang aku tahu lebih menyayangimu daripada Seungwoo. Kogyeol, sadarkah kamu jika selama ini kamu selalu mendapatkan apa pun dengan mudah dan tidak seperti Seungwoo yang harus bersusah payah? Kamu selalu mengeluh karena masalah kecil yang kamu hadapi tetapi Seungwoo tidak. Aku mengagumi bagaimana cara dia menyembunyikan masalahnya dari orang lain, membuat orang lain senang dengan kesederhanaan dan ketulusannya. Mungkin dari situlah aku mulai menyukainya, jujur Kogyeol, sebenarnya tidak nyaman dengan segala kemewahan yang kamu berikan. Maaf."

Wooseok melepaskan tangannya dari tangan Kogyeol yang melemah pegangannya, laki-laki itu menatap kosong ke depan. Sementara itu Seungwoo tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya, dia kira rasa yang dimilikinya tidak akan terbalas tapi nyatanya sekarang, Wooseok berjalan ke arahnya dengan senyum mengembang. Menggenggam tangannya dengan usapan lembut dipunggung tangannya.

"I choose you, Seungwoo. Maaf baru mengungkapkannya sekarang, aku sebenarnya tahu jika kamu mempunyai perasaan lebih kepadaku." Lirih Wooseok sambil menundukkan kepalanya.

💦💦💦

Request from karinskim
Semoga memenuhi harapan, see you next story 🐾

12 Mei 2020

Bottom;kws ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang