2. Hujan

42 5 1
                                    

Hari ini hujan tak mau berhenti untuk membasahi bumi, padahal langit sudah semakin gelap ditambah tidak adanya cahaya terang bulan seperti biasa kulihat akibat tertutup awan tebal, meskipun begitu aku masih terperangkap didalam derasnya hujan.


Andai saja aku tidak terlalu fokus kedalam tugas yang aku kerjakan dan memperhatikan sektitar dengan lebih lagi, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Mungkin aku sudah berada didalam kamar appartement ku dengan secangkir teh hangat lalu menghabiskan buku yang sedangku baca 2 minggu ini.


Jujur, memang tidak terlalu jauh jarak antara appartement dari universitasku, hanya saja hujannya sungguh deras dan mungkin memang sedang hari sialku datang sampai aku lupa membawa payung hari ini, padahal memang ini adalah musimnya.


Dari jauh aku berdiri saat ini, aku melihat sesosok yang sedang berjalan lambat melewati derasnya hujan. Dia terlihat sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar maupun keadaanya sekarang yang sudah habis diselimuti oleh air hujan


Walau dengan keadaan samar-samar aku melihatnya, lelaki bermarga Na yang sudah menjadi pujaan hatiku selama 3 tahun ini terlihat bahwa dia dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.


Dengan semua keputusan yang sudah bulat didalam pikiranku, aku langsung memanggil namanya keras lalu menghampirinya mengikuti dia yang sedang menghiraukan betapa derasnya hujan.




"Jaemin?!"




Mata sendunya langsung menatap kearahku, rasanya sangat senang bisa sedekat ini lagi dengan dia tapi kemudian aku bertanya-tanya, dimana tatapan hangat yang biasa dia berikan?




"Jaem.. ada apa?"

"Dia.. dia.."

"Dia? Dia siapa jaem?"

"Grace na.. grace.."

"Kenapa dengan grace?"

"Dia memutuskanku"

"Apa? Kenapa bisa?"

"Dia.. bosan dengan ku.. dia memiliki cintanya yang lain.."

"Jaem.."

"Na.. maafkan aku.. aku butuh seorang teman mendengarkan sekarang"

Dengan senang hati Na Jaemin.






🌸🌸🌸





Aku membawa jaemin ke appartement ku untuk sekedar menunggu hujan reda dan mendengarkan segala keluh kesah yang sedang dia rasakan saat ini, itu pun bila dia tak keberatan.


Aku dan jaemin memang baru dua bulan dekat, itu juga karena suatu acara kampus yang mengharuskan jaemin membantuku untuk medokumentasikan panggung setelah itu hanya beberapa kali kita menyapa dan bersapa.


Aku memberikan dia handuk dan hoodie yang dimiliki jeno untuk digunakan jaemin. Jeno memang sering datang kesini jika ada masalah antara kedua orang tuanya atau masalah dia dengan angeline kekasihnya

Aku adalah sahabat terbaikmu kan Lee Jeno ?.


Aku yang sudah pertama kali berganti pakaian, langsung membuatkan minuman hangat untuk kita sambil menunggu jaemin selesai mengganti pakaianya


Tak berapa lama aku selesai membuat minuman, jaemin keluar dari kamar mandi dan kusuruh dia untuk duduk disofa kecil yang terletak didepan tv dan langsung ku berikan dia secangkir hot choco untuk menghangatkan badanya.




"Aku harap kamu bisa lebih tenang dan hangat setelah meminum ini"

"Makasih anna"

"Kalo kamu butuh teman untuk mendengarkan, aku siap jaem"

"Maaf merepotkan mu"

"Tidak sama sekali, aku sudah menganggap mu sebagai teman"




Jaemin mulai meminum pelan hot choco yang aku berikan padanya setelah itu dia menundukan kembali kepalanya dan membuang nafasnya berat sebelum dia memulai berbicara lagi.




"Aku bingung bagaimana harus memulainya, rasanya sakit sekali untuk diingat, kata yang keluar dari mulut grace sungguh membuat sayatan sempurna dihati"

"Gak perlu dipaksakan jaem.. tenanglah"




Aku mencoba menenangkan jaemin yang mulai terbawa masuk kedalam emosinya, aku menepuk pundaknya pelan dengan harapan membuatnya lebih tenang seperti yang biasa kulakukan pada jeno ketika dia sedang merasa frustasi dengan semua masalah yang dia hadapi.




"Tapi.. tapi aku juga butuh seseorang untuk mendengarkanku, untuk meluapkan semua rasa kekesalan dan kesedihanku, aku harap kamu gak keberatan na"

"Sudah kubilang sejak awal, aku siap mendengarkan mu tapi bila memang belum siap gak usah dipaksakan.. tenangkan dirimu dulu jaem"




Jaemin kembali membuang nafasnya berat dan sangat kusadari bahwa dia tidak sengaja menjatuhkan beberapa air matanya, tapi dia sendiri enggan untuk menghapusnya seolah air mata itu mengalir bersama dengan rasa amarah dan kekecewaanya.




"Sepulang kelas terakhir hari ini, grace memintaku untuk bertemu denganya di taman fakultas, aku selalu senang ketika dia meminta untuk bertemu denganku karna aku sangat menyukainya bahkan jika hanya mendengar suaranya saja tapi tidak untuk yang hari ini, dia tiba-tiba memutuskanku dengan alasan dia bosan denganku, dia bosan dengan hubungan ini, menurutnya hubungan ini terlalu datar baginya sampai akhirnya dia bisa mencari cintanya yang lain..."

"...Tentu aku gak bisa menolak permintaan grace, ketika ku tanya apakah dia bahagia dengan cintanya yang lain itu, dan dia jawab dia bahagia..."

"...Dia sangat bahagia, dan seharusnya aku juga bisa bahagia mendengar grace bahagia walau dengan cintanyya yang lain itu tapi ternyata aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, rasanya sangat menyakitkan.. sangat sangat menyakitkan sampai aku merasa bahwa duniaku ini runtuh dengan sempurna.. ku mohon na, bantu aku.."

"Caranya paling tepat adalah mengikhlaskan jaem, dicoba pasti kamu bisa.. karna semua orang gak ada yang gak bisa mengikhlaskan kepergian seseorang, mungkin memang sulit tapi perlahan dan dengan kemauanmu yang ingin mengikhlaskan dan melupakan grace, pasti bisa"

"Maka dari itu kumohon bantu aku na.."

"Aku mencoba membantu mu dengan mendengarkan mu dan sedikit membagikan saran kuㅡ"

"Kamu mendengarkan dan juga memberikan saran yang bagus sementara aku sedang tidak punya kemauan untuk mengikhlaskanya, apalagi untuk melupakan grace"

"Maksudnya"

"Bantu aku na dengan kamu sebagai alasan utama aku harus melupakan grcae"

"Tunggu jaem, aku masih kurang paham"

"Kita buat hubungan baru dengan kamu sebagai alasan utama aku untuk melupakan grace, dengan begitu aku mempunyai alasan yang jelas untuk menyadarkan diriku bahwa grace bukan lah miliku lagi melainkan kamu na"

"Tapi jaemㅡ"

"Kita memang baru dua bulan dekat, tapi aku juga gak ngerti kenapa bisa aku senyaman dan seterbuka ini ngomong sama kamu"

"Jaemin.."

"Aku harap kamu mau membantuku na dan jika iya, aku akan berusaha membuatmu bahagia dan berusaha dengan keras untuk mengikhlaskan dan melupakan grace"

"Kalo begitu..."

"...aku mau jaem"




Dengan penuh kesadaran aku menerima tawaran jaemin untuk membantu melupakan grace, entah aku bodoh atau apa tapi aku juga merasa senang bisa menjalin suatu hubungan dengan orang yang selama ini mengisi hatiku tanpa memikirkan resiko kedepanya seperti apa dan berbagai macam rintangan apa yang akan ku hadapi kedepanya.

No Longer : Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang