𝑽

65 5 0
                                    

"kakak tunggu di kantin ya"

"Iya. Aku Check up nya bentar kok."ujar Alea.

"Hasilnya bilang sama kakak ya?" Alea menganggukkan kepalanya dan pergi ke arah yang berbeda dari Razka.

Dia menghampiri resepsionis.

"Dokter Sehun nya ada?"tanya Alea.

"Nona Alea ya? Langsung masuk aja. Dokter Sehun udah nunggu." Alea mengangguk dan pergi ke ruangan dokter yang sudah menanganinya hampir setahun ini.

Tok tok tok!

"Masuk!"

Cklek

"Hai dok."sapa Alea saat memasuki ruangan serba putih.

"Jadi apa aja yang kamu alamin dan rasain selama seminggu ini?"tanya Dokter ber-name tag Sehun Sadewa, Dokter khusus Leukemia.

"Lumayan dok. Mimisannya bareng sama batuk darah."ujar Alea.

"Alea. Kamu harus kemoterapi. Gimanapun penyakit kamu semakin memburuk." Alea hanya menunduk.

"Dok. Kalo saya kemoterapi, dan misalnya saya sehat lagi. Saya harus lebih lama dong benci sama diri saya sendiri?" Dokter Sehun memghela nafasnya kasar.

"Saya mohon Alea. Kalo pun kamu gak mau kemoterapi,jangan biarin pikiran sama hati kamu down. Itu semakin memperburuk kesehatan kamu, berhenti benci sama diri kamu sendiri."ujar Sang Dokter.

"Tapi dok-"

"Alea. Kalo kamu mau mereka gak keras sama kamu, kamu cukup lakuin satu hal aja. Bilang tentang penyakit kamu."

"Dokter kan udah tau..."

"Mau sampe kapan Alea? Penyakit kamu bukan penyakit kecil. Kamu sekarang emang gak bikin khawatir mereka,tapi nanti kamu bakal ngasih luka yang besar buat mereka. Ketika kamu mati ninggalin mereka yang gak tau apapun tentang kamu."

"Takut dok. Takut kalo mereka malah balik marah."

"Pacar kamu Razka,tau kan? Alea. Kamu bisa bantu Razka buat ngomong ke keluarga kamu." Alea menggelengkan kepalanya.

"Atau langsung saya yang turun tangan?"

"Dok please. Nanti kalo udah waktunya, saya bakal bilang kok."

"Kapan Alea? Kamu selalu ngomong gitu dari awal kamu divonis. Dan sekarang kesehatan kamu makin memburuk pun yang tau cuman satu. Bahkan kamu bohongin dia dengan bilang keadaan kamu membaik."Alea menunduk,tidak mau menatap Dokter yang sudah dia anggap sebagai kakaknya tersebut.

Dokter Sehun benar. Alea membohongi Razka dengan mengatakan keadaannya semakin membaik, nyatanya keadaan Alea semakin hari semakin memburuk.

Dokter Sehun tau segala hal tentang Alea, Pasiennya yang keras kepala. Yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri, selama hampir setahun ini.

"Saya gak bakal maksa kamu lagi. Tapi semoga secepatnya kamu berubah pikiran dengan lakuin Kemoterapi,dan ngasih tau keluarga kamu."

"Alea. Jangan egois, kamu paling tersakiti disini. Bukan orang yang merasa paling tersakiti,tapi kamu memang paling tersakiti."

"Makasih Dok. Udah kuat sama saya, dengerin keluh kesah saya padahal dokter bukan bidangnya."ujar Alea dan memberikan senyuman tidak enak.

"Kalo kamu ada masalah. Cerita aja sama saya, saya bakal dengerin dan ngasih kamu nasehat. Kamu udah saya anggap adek saya sendiri."

"Sampe setiap hari rabu jadwalnya cuman saya doang ya."canda Alea,tapi itu kenyataan.

Dokter Sehun,sengaja hanya menjadwalkan Alea dalam satu hari. Mereka sudah sangat dekat,bahkan Alea sudah bertemu dengan suami sang Dokter.

Ya dokter Sehun sudah menikah,dengan pria cantik berkebangsaan China. Xi Luhan, sekarang sudah menjadi Luhan Sadewa.

"Jaga diri baik baik. Jangan sampe down, Luhan khawatir banget sama keadaan kamu."Alea mengangguk.

"Salam ya buat kak Luhan, bilangin. Jangan terlalu khawatir, Alea kuat kok."ujar Alea dan tersenyum.

"Yaudah. Pulang dulu ya dok, Kak Razka nungguin di kantin." Sang dokter mengangguk.

"Kalau ada apa apa bisa langsung hubungin saya."

"Oke dok! See you next week!"

♾♾♾

"Keadaan kamu gimana kata dokter?" Tanya Razka saat mereka sudah diperjalanan pulang.

"Membaik kak, rutin makan obat aja. Nanti ada kemungkinan sembuh."ujar Alea memberikan senyumannya pada Razka.

"Obatnya kok ditambah?"tanya Razka saat melihat obat obat yang Alea miliki.

"Kan biar cepet sembuh kak. Jadi dosisnya ditambah." Razka mengangguk.

"Kamu gak bohongin kakak kan?" Alea menggelengkan kepalanya.

"Nggak kak,aku gak bohongin kakak kok." Ujar Alea dan memberikan senyumannya lagi.

Razka kembali percaya, dengan kebohongan yang Alea ucapkan.

Bagi Alea, taunya Razka tentang penyakitnya sudah lebih dari cukup. Dia tidak mau membuat Razka Khawatir, Razka terlalu sering melihatnya kambuh.

Entah mimisan,atau bahkan memuntahkan darah. Mereka saling menutupi kesedihan mereka masing-masing, ntah Alea ataupun Razka.

Mereka terlalu pandai menyembunyikan ekspresi mereka, saling menjaga hati masing-masing.

♾♾♾

Kak Razka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Razka

That's Okay [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang