𝑰𝑰𝑰

71 4 0
                                    

"kak? Mau kemana lagi kita?" Jadi hari ini Alea jalan jalan bersama Razka,tadinya Razka hanya mengajak mencukur rambutnya yang panjang.

Tapi setelah selesai bukannya pulang malah muterin ibukota.

"Jalan jalan sayang,kamu gak bosen apa dirumah?"tanya Razka pada Alea.

"Bosen sih,yaudah ke mall yu kak."Razka tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.

Razka tidak bisa menolak pada kekasihnya, hubungan mereka sudah berjalan 3 bulan. Sangat menyenangkan, entah bagi Razka ataupun Alea. Mereka sangat menghargai waktu yang ada.

"Kok berhenti sih kak?"tanya Alea saat Razka tiba tiba menepikan mobilnya dipinggir jalan.

Razka menghiraukan,dia ingin mencium kekasihnya. Sebenarnya ini adalah kencan pertama mereka setelah berpacaran,tiga bulan lalu Razka sangat sibuk karena ada masalah dikantornya.

Ciuman lembut diberikan Razka pada bibir tipis Alea.

"Kakak sayang banget sama kamu,maaf ya selama tiga bulan ini kakak sibuk banget."ujar Razka setelah berhenti mencium Alea.

"Gak apa apa kak, aku ngerti kok. Pasti capek banget kan?"tanya Alea.

"Capek kakak ilang kalo sama kamu."mereka saling melemparkan senyuman.

Alea menatap ke jalanan.

"Kak? Ada tissue?"tanya Alea yang sudah menyeka darah yang keluar dari hidungnya.

"Astaga Alea!" Razka Langsung mengambil tissue dan memberikannya pada Alea.

"Kamu baik baik aja?"tanya Razka dengan nada khawatir.

"Aku baik baik aja kak."jawab Alea dengan memberikan senyuman, setidaknya dengan senyuman Alea,Razka bisa sedikit tenang.

"Kamu udah minum obat?"tanya Razka.

"Belum,kakak ada air putih kan?"Razka langsung mengambil Air mineral dan memberikannya pada Alea.

Alea mengambil beberapa butir obat untuk dia makan. Hati Razka sakit, rasanya dia ingin meminta Tuhan untuk memberikan penyakit Alea padanya saja.

Dia tidak tahan harus melihat orang tercintanya menahan rasa sakit, rasa sakit yang bahkan tidak Razka ketahui.

Mungkin sangat sangat sakit,tapi Alea menahannya. Razka jelas sangat tahu jika Alea berusaha terlihat baik baik saja,dia benar benar tidak ingin terlihat lemah.

"Udah baikkan?"tanya Razka, Alea mengangguk dan tersenyum.

"Alea..."Alea menatap Razka.

"Ada apa kak?"

"Ayo kita nikah. Biar kakak bisa terus ada disamping kamu, kakak mau jadi orang terakhir yang kamu liat saat mau tidur dan jadi orang pertama yang kamu liat saat kamu bangun tidur."Alea tersenyum.

"Kalo itu mau kakak, ayo kita lakuin. Kita hidup bersama."

"Are you seriously?"tanya Razka.

"Yes. I'm seriously."jawab Alea.

"Tapi kakak harus ijin dulu sama Papa. Keputusan ada ditangan Papa."ujar Alea.

"Oke! Kamu mau kapan? Sekarang? Besok? Lusa?"tanya Razka.

"Minggu depan, nanti malem papa mau keluar kota."jawab Alea.

"Oke, kapanpun itu kakak siap!"

♾♾♾

"Dek ambilin air minum dong."suruh Mama Alea.

Alea bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur.

Dia ambil gelas dan isi dengan air mineral.

Kepalanya tiba tiba pening,dan gelas yang ada digenggamnya jatuh.

"DEKK!!"Teriak sang Mama dan datang ke dapur.

Alea langsung membereskan kepingan gelas yang dia jatuhnya tadi.

"Kamutuh megang gelas aja gak bener! Gimanasih!" Omel sang Mama.

"Licin ma."ujar Alea berbohong.

"Licin darimananya! Alesan kamutuh. Megang gelas aja gak becus."

Deg!

Hati Alea sedikit sakit mendengar itu, dia hanya tersenyum kecut.

Benar, megang gelas aja gak becus. Apalagi banggain kedua orangtuanya?

"Bersihin yang bener! Jangan sampe ada sisa. Nanti luka!"

Apakah mamanya tidak memikirkan perkataannya membuat luka dihati Alea?

Luka yang sering diberikan hingga luka itu semakin besar terbuka.

Alea hanya tersenyum sembari membereskan pecahan gelas yang tadi jatuh.

Alea terkadang berimajinasi. Jika nanti dia mati,akan seperti apa orangtuanya pada dia? Apa mereka akan merasa bersalah?

Alea menggelengkan kepalanya,lebih baik dia tidak memikirkan itu. Dia ambil kresek untuk memasukkan semua pecahan tersebut dan membuangnya ke tong sampah.

Dia akhirnya memilih untuk pergi ke kamarnya,membawa sebotol besar air mineral ditangannya. Ini sudah waktunya dia memakan obat.

"Jangan dulu ke kamar! Jemur dulu baju yang di mesin cuci!"titah mamanya.

"Iya ma ke kamar bentar"

"Kamu tuh bentar bentar,nanti lupa. Terus bau,udah cepetan jemur dulu bajunya!" Alea menghela nafas dan akhirnya menuruti mamanya.

Telat makan obat mungkin bukan masalah besar. Begitu pikir Alea.

Setelah sudah menjemukan setengahnya, kepalanya pening lagi.

Hidungnya lagi lagi mengeluarkan darah.

Alea langsung berlari ke kamar mandi dekat dapur, meletakkan sebagian pakaian yang belum dijemur.

Nafasnya memburu,dia terus membersihkan darah yang terus menerus keluar dari hidungnya.

"Uhuk!!uhukk!!" Kini darah yang keluar dari mulutnya.

Darah yang keluar dari hidungnya belum selesai dan sekarang ditambah dengan di mulutnya? Astaga!

Air mata jatuh dipipinya.

Dia sudah tidak tahan hidup seperti ini, sungguh. Dia lelah,lelah menahan rasa sakitnya. Dan lelah mendengar kata pedas dari orangtuanya.

Dia ingin mengakhiri semuanya,tapi itu sulit. Ketika Razka selalu memberinya kekuatan, memberinya sebuah semangat. Alea tidak ingin melihat raut wajah sedih Razka,tidak mau dan tidak akan pernah mau.

Setidaknya orangtuanya bersikap seperti itu mungkin untuk kebahagiaan anaknya,ya mungkin.

Mereka tidak akan sekeras itu jika tau Alea selemah ini,tapi semuanya memang keinginan Alea. Dia tidak akan pernah mau memberitahukan keluarganya akan penyakitnya.

Dia tau keluarganya akan terpuruk bahkan melakukan segala hal untuknya. Ya, setidaknya walaupun Alea tidak bisa membanggakan mereka. Alea tidak merepotkan mereka,dan membuat mereka khawatir.

♾♾♾

That's Okay [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang