6- First Kiss

128 23 0
                                    

"Mau gue tunjukkin sesuatu ga?" Elang membuka percakapan saat keheningan menyeruak sejak beberapa saat lalu.

"Apa? Jangan yang aneh-aneh ya?" Cindy memicing. Terlihat was-was.

"Apa sih! Lo buruk sangka mulu deh sama gue."

"Awas aja sampe Lo jual gue ke temen berandal Lo itu. Gue bakal lapor polisi."
Cindy berujar dengan nada mengancam yang dibuat-buat. Bukannya takut,Elang malah terkekeh geli mendengarnya,"Apa sih! Lo tuh parno an ya. Ga inget ya mulai kemarin siapa yang selalu nyelamatin Lo?" Tuh kan. Pasti Elang akan mengungkit-ungkit hal ini lagi. Bukannya masalah itu tercipta juga karena dia? Buktinya sekarang ia sedang bersembunyi di ruangan ini.

Meskipun terkesan seperti menikmati, jujur Cindy cukup gelisah. Apa hal ini akan mengancam nilainya? Ah ia lupa, tatapan tidak suka itu. Pasti besok tatapan bengis yang menusuk itu semakin menghujamnya. Apalagi saat melewati koridor tadi. Bukan hanya satu kelas, tapi satu sekolah! Ahhhhhh!

Dasar pembawa sial!

"Jadi kita bolos nih?" Cindy mencoba untuk meluruskan, sebenarnya apa yang mereka lakukan saat ini? Apa tidak apa-apa? Mengingat bagaimana respon para guru kemarin saat tidak bisa menolak Elang, mungkin saat ini juga begitu. Jika ia nekad kembali ke kelas, bukannya mendapat pelajaran, bisa-bisa ia dihukum membersihkan kamar mandi Putri__mungkin yang paling positif tetap lari 7 putaran mengitari lapangan basket.

"Eumm, bukan bolos sih. Lebih tepatnya menghindari maut." Cindy hanya bisa mengangguk pasrah. Menolak pun ia juga yang rugi. Bisa dipastikan sekarang
suasana kelas sedang panas-panasnya membahas perdebatan PPKn.

Ah, Lolita! Bagaimana kabarnya anak itu? Apa dia diserbu oleh 3 perempuan sadis itu? Ah, jangan sampai Lolita menjadi korban karena kelalaiannya.

***

Kelas XI bahasa 3

"Nanti ketua kelas menemui saya di ruang guru. Ada yang ingin saya bicarakan." Pak Eko berujar tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari sebuah buku didekapannya.

Karena tak ada tanggapan,ia melirik sekilas pada bangku Elang. Mungkin karena letaknya dua bangku dari belakang, jadi sejak tadi ia tidak menyadari bahwa dua bangku bersisian itu tengah kosong.

"Kemana kedua penghuni bangku belakang itu?" Tanyanya sembari melangkah mendekat ke arah Lolita yang duduk tepat di sisi kanan bangku Cindy, menatapnya tajam dibalik kacamata tebal tersebut.

"A-ah. Saya tidak tau pak! Sejak tadi pagi saya tidak melihat keduanya." Astaga Cindy. Kau benar-benar harus menanggung dosa temanmu ini karena berani-beraninya berbohong pada guru killer seperti beliau.

"Katakan pada keduanya untuk segera menemui saya saat mereka kembali. Jangan sampai ada hal buruk sampai ke telinga saya. Kalau tidak... SATU KELAS YANG AKAN MENANGGUNG AKIBATNYA! Mengerti?!" Seru pak Eko sembari menghentakkan penggaris papan pada keramik lantai. Suara menggema menambah kesan menakutkan yang sudah menjadi titelnya sejak dulu.

"Baik pak!" Jawab seisi kelas serentak. Dengan gugup pastinya.

Awas aja Lo cin! Lolita menggeram dalam hati. Citranya sebagai siswa teladan bisa hancur hanya karena teman barunya yang keras kepala itu. Ah,Elang juga. Bisa-bisanya menjadi penengah antara tunangannya dan teman bar-bar nya itu. Apalagi disini jelas sekali Elang memihak pada Cindy. Apa benar rumor bahwa Sandra itu adalah tunangan yang dicampakkan? Ahhhh, mereka berdua benar-benar.

CindyrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang