10- I Like Her

79 18 1
                                    

Kamar temaram dipenuhi alunan lagu tersebut menjadi tempat favorit Cindy. Duduk termenung sambil bersandar di daun jendela. Angin sejuk malam sangat pas jika ditemani dengan secangkir coklat panas kesukaannya.
Benar-benar hanya melamun, meskipun sebenarnya banyak pertanyaan dalam benaknya yang belum ia temukan jawabannya.

Setelah makan malam beberapa saat lalu,ia sudah berniat untuk mengutarakan alasannya dihadapan para anggota keluarga untuk acara makan malam besok, tapi urung. Karena menurutnya,itu terlalu berpotensi dicurigai.

Alasan klasik seperti menginap di rumah teman. Well, terdengar murahan. Dan lagi,ia baru seminggu pindah ke sekolah barunya, apa masuk akal jika baru 7 hari sudah begitu akrab sampai harus menginap?

Ahhh,lalu alasan apalagi yang cukup untuk meyakinkan 3 orang yang tidak mudah di taklukkan itu? Mencurigakan sedikit saja, mereka pasti sudah merangkap menjadi mata-mata yang membuntuti Cindy kemanapun ia pergi.

Oh kantuk... datanglah.
Coklat panas ini benar-benar tidak berfungsi dengan baik hari ini. Biasanya ia akan langsung terlelap hanya dengan satu kali seruputan saja. Namun kali ini, mungkin ia butuh beberapa gelas.

***

"Kamu kenapa dek? Kok lesu gitu?" Papa berkerut kening saat melihat putri kesayangannya menuruni tangga dengan wajah masam disertai lingkar hitam yang cukup jelas dimatanya.

Si empu yang ditanya langsung menampilkan senyum paling tulusnya, walau nampak sekali jika tidak ada semangat di dalamnya,"Ga papa kok,pa. Adek cuma kurang tidur aja tadi malem,hehe." Cengiran tersebut mengakhiri kalimatnya yang sekarang sudah menarik kursi untuk ia duduki.

Kembali dahi yang sudah agak keriput itu berkerut,"Bukannya kemarin kamu ga mau nobar Disney kesukaanmu karena mau tidur?" Ahh,mampus. Bagaimana bisa ia lupa dengan alasan klasik ingin tidur cepet yang ia kumandangkan kemarin?

"Oh itu...jadi adek kemarin baru aja beli novel baru. Ceritanya bagus banget, sampai-sampai ga bisa tidur karena penasaran. Akhirnya baca sampe tamat deh,hehe." Untung saja otaknya itu mampu di ajak berkompromi. Jika sudah kepepet seperti ini, berbohong sedikit tidak apa-apa lah. Walau ujung-ujungnya sama saja, tetap kena omel mama.

"Apa?!!! Dek,kamu bukan anak kecil lagi yang selalu harus di ingetin tiap kali mau tidur. Kamu kan sekolah,gimana kalo sampe ketiduran di kelas? Ni anak ya,ga ada kapoknya! Udah pernah ngerasain dijemur dibawah sinar matahari sambil hormat bendera pun masih tetep-"

"Hormat bendera? Duh,dek. Belum apa-apa kok udah kena hukum aja sih?" Lihat, hasil dari kesalahannya bisa membuat runyam satu rumah. Papa yang biasanya tidak pernah ikut campur dalam urusan menceramahinya kini tak mau kalah dengan mama. Walau raut khawatir yang lebih dominan, tapi tetap saja.

Mama memang seperti itu, selalu mengungkit kesalahan dimasa lampau jika sudah mengomel. Meskipun terhitung jarang sekali mengomel, tapi sekalinya mengumandangkan sumpah serapah, sudah seperti kereta, tidak ada habisnya.

"Iya iyaa, please calm down mom,dad." Cindy berujar sambil mengangkat kedua tangannya, seolah mengisyaratkan untuk tenang.

"Adek ga papa kok, beneran. Karena adek udah gede, jadi adek bisa memutuskan mana yang baik dan mana yang enggak sekalipun itu salah Dimata kalian. Adek mau jadi anak mandiri yang apa-apa ga perlu selalu ditegor. Adek ngerti adek salah,adek minta maaf. Janji ga akan di ulangi lagi." Kalimat panjang yang keluar dari mulut Cindy mampu membuat keduanya seketika bungkam.

CindyrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang