3. Maju Terus atau Balik Mundur?

402 28 4
                                    

"Ya ampun, bekal Yeri ketinggalan lagi."

Irene langsung menepuk kepalanya. Lupa dirinya.

"Haduh, dia makan apa ya?"

Ia berniat menghubungi Yeri dan menanyakan apa yang Yeri makan nanti di sekolah.

You

Yeri|
Yeri, bekal kamu|
ketinggalan di mobil...
Kamu mau makan apa?|
Biar Kak Iyen gojekin|

Tidak butuh waktu lama, pesannya berbalas dengan beberapa kalimat.

Yeri-ii
|nggak kak, gapapa
|aku makan sama temen
|aku jajan juga kok

Wah, tumben sekali Yeri mau jajan. Biasanya cewek itu ogah banget kalau disuruh ke kantin.

You
Beneran nih gapapa?|

Yeri-ii
|iya, gapapa kak
|kakak pulangnya cepet kan?
|aku tunggu di depan sekolah ya kaya
  biasaa

Setelah Irene membalas dengan emoji senyum, ia menaruh ponselnya dan mulai mengetik kembali. Jari-jemarinya berjalan begitu lancar, terlihat lentik dan anggun. Wajahnya yang serius pun menambah kesan elegan pada dirinya.

Tugas Irene sebagai sekretaris perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bukan hal mudah. Pekerjaannya yang berkutat dari pengecekan semua data vital perusahaan--hingga menemani sang kepala kantor untuk ikut ke lapangan sampai punggungnya pegal-pegal, tetap harus Irene jalani.

Irene selalu berusaha keras. Ia tidak ingin pengetahuan yang ia emban selama kuliah menjadi sia-sia.

Beberapa saat kemudian, pintu kantornya diketuk. Irene yang masih sibuk dengan total pengeluaran kantor tidak berniat mengalihkan pandangannya. Ia hanya menyahut, "masuk," sebelum pintu terbuka.

"Irene? Kamu lagi sibuk?"

Kepala Irene langsung terngadah, menatap pria bersetelan rapi dengan kulit pucat dan rambut koma yang kini tersenyum. Wanita itu tersentak sebelum berjalan sedikit lebih cepat ke pintu dan berdehem, "maaf, Pak. Saya kira siapa. Saya lagi nggak sibuk, Pak."

"Ah, nggak apa-apa, kok. Saya boleh masuk?"

"Boleh, Pak. Silahkan."

Awalnya Irene mengira pertemuan ini akan melibatkan dirinya dan si pria dengan wajah tampan tadi. Nyatanya, ada satu orang lagi yang sedari tadi mengekor di belakangnya.

"Cel, duduk di sofa."

"Nggak mau. Gue diri aja."

Pertama kalinya Irene mendapati seseorang yang mampu melawan bosnya itu. Iya, pria kulit putih susu itu adalah bosnya. Sang bos hanya menghela napas sebelum mengeluarkan senyum tak enak pada Irene. "Maaf ya, Ren. Saya duduk, ya."

"Oh, iya Pak, silahkan. Bapak mau minum apa biar saya minta OB--"

"Nggak usah, saya juga urusannya cepet, kok."

Irene termangu sebentar, sebelum ikut duduk dan memandang pada sang bos di sofa.

"Jadi, ada hal penting apa ya Pak, sampai Bapak datang ke ruangan saya?"

Happy House [Red Velvet X BLACKPINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang