06. Rest Area

47 7 6
                                    


Happy reading....

Sorry for typo:)...

Setibanya mereka di rest area Pak Roni yang merupakan wali kelas Raissa dan teman-temannya memberikan arahan kepada mereka semua yang berada di dalam bus.

Semua yang berada di dalam bus mendengarkan arahan dari Pak Roni, namun tidak bagi Reno dan teman-temannya. Begitu pun dengan Raissa dan teman-temannya.

Ketika semuanya telah keluar, hanya Raissa dan Reno yang tersisa di dalam bus. Raissa masih setia dengan kursi yang sedari tadi ia duduki. Sedangkan Reno, ia ingin beranjak dari tempat duduk nya. Namun ia melihat Raissa yg masih saja duduk dan asik dengan lamunannya.

"Lo gk mau makan?" Tanya Reno

"Nanti" jawab Raissa dingin.

Sebenarnya gadis itu lapar, tapi ia memilih menolak ajakan Reno. Berharap Reno akan pergi meninggalkan dirinya sendiri di dalam bus, dengan begitu Raissa akan dapat makan di dalam bus sendirian.

Namun Raissa salah, Reno malah terus membujuk nya agar tetap makan bersamanya.

Itu lah penyebab mengapa ia menolak ajakan Reno. Raissa malas jika harus makan dengan pemuda itu.

"Nanti lo sakit Sa" bujuk Reno

"Lo aja sono duluan!" Kata Raissa ketus sambil menatap Reno tajam kemudian ita kembali memalingkan wajah nya dan menatap ke arah luar jendela.

"Gk!" Kata Reno sedikit ketus.

"Kenapa?" Tanya Raissa tanpa melirik ke arah Reno sedikit pun.

"Gue bareng lo aja!" Jawab Reno cepat.

"Gk usah bareng gue! Gue gk mau makan! Gue gk laper!" Jawab Raissa dengan nada ketus nya.

"Bodo amat gue gk perduli!" Kata Reno tak kalah ketus nya dengan wanita di sampingnya itu.

"Kalo lo sakit gk usah nyalahin gue!" Ucap Raissa dengan penuh penekanan dan melihat tajam kke arah Reno.

"Yaudah gapapa kalo lo sakit gue juga sakit!" Tegas Reno.

Raissa yang mendengar kalimat itu memutar bola mata nya malas sambil berdecak sebal. Reno juga tidak mengerti mengapa dia mengatakan kalimat seperti tadi.

Tidak ada jawaban dari Raissa, ia masih tetap menatap ke arah luar jendela bus. Entah apa yang  ada di pikirannya saat ini. Reno berharap Raissa membalas kalimat nya tadi dan menunggu jawaban dari Raissa. Namun Raissa hanya tetap diam, Reno pun kesal dan berdecak sebal.

"Ck, ayo makan!" Tegas Reno sambil menatap Raissa. Namun gadis itu tetap pada posisinya.

"Nanti lo sakit Sa! Nurut kenapa si?!" Bentak Reno dengan nada sedikit tinggi.

"Lo kenapa si peduli banget sama gue?! Gue udah ketus banget sama lo! Tapi lo masih aja peduliin gue. Semua perhatian yang lo kasih ke gue setiap hari itu percuma. Sia sia tau gk?!" Bentak Raissa tak kalah dengan nada tinggi Reno.

"Karena gue sayang sama lo Sa! Gue juga gk tau kenapa gue bisa cepet banget suka sama lo, bahkan se sayang ini gue sama lo!! Tegas Reno panjang lebar.

"Segitunya?" Tanya Raissa enteng.

"Gue sayang sama lo itu tulus. Gue tau mungkin di hati lo itu cuma ada Gio, sedangkan Gio? Dia lebih memilih Lauren. Lauren sendiri lebih ke Putra. Dan lo tau kan kalo Putra pacaran sama Putri?!" jawab Reno panjang x lebar dengan lembut.

Sedangkan lawan bicara nya yang tak lain adalah Raissa hanya  menundukkan kepala seraya berfikir bahwa yang di ucapkan oleh Reno benar.

Untuk apa ia terus berharap kepada orang yang bahkan menginginkan nya pergi. Lagi pula Gio lah yang membuat Raissa memilih untuk pergi, tapi kenapa sekarang jadi begini?

"Maafin gue ya Ren, gue selalu nyakitin perasaan lo dan selalu buat lo kecewa. Lo perjuangin cewe yang gk membalas perjuangan lo sedikit pun, jadi buat apa lo bertahan sampai saat ini?" jelas Raissa panjang x lebar dengan suara lirih.

Penyesalan terlihat dari wajah Raissa yang mamulai memelas setelah mendengar kalimat Reno tadi.

"Gue udah bilang kan sama lo kalo gue itu sayang sama lo" ucap Reno lembut.

"Gk Ren. Gue gk pantes lo perjuangin!" jawab Raissa lirih sambil menggeleng-gelengkan kepala nya.

"Gue yakin suatu saat nanti lo bakal nerima gue"

"Gue saranin lebih baik lo perjuangin Zira yang jelas-jelas sayang sama lo"

"Jangan pernah sebut nama dia di depan gue! " tegas Reno.

Reno beranjak dari tempat duduk nya dan menarik tangan Raissa yang masih tertunduk.

Rano terus menggenggam lengan Raissa sampai pada akhirnya mereka duduk di bangku paling pojok restaurant. Reno memesan menu makanan yang ada di restaurant itu.

Keduanya hanya terdiam, tak ada yang membuka suara sedikit pun baik itu Raissa mau pun Reno.

Terlihat dari kejauhan ada seorang gadis yang tak lain adalah pelayan restaurant, yang tengah berjalan ke arah mereka. Pelayan itu meletakkan pesanan mereka.

"Permisi ini pesanan nya" ucap pelaya  itu dengan lembut sambil tersenyum.

"Terimakasih" jawab Reno kepada pelayan itu. Dan di balas dengan anggukan serta senyuman dari pelayan itu.

Dengan rasa terpaksa Raissa pun memakan makanan ya g telah di pesan oleh Reno.

Setelah selesai makan, Raissa memutuskan untuk pergi ke minimarket untuk membeli camilan. Raissa tipekal orang yang suka nyemil jika sedang berada di perjalanan, maka dari itu ia memberi beberapa camilan. Dan kembali ke dalam bus karena akan segera melanjutkan perjalanan menuju Bogor.


Don't forget for vote and comment ya :)

Biar author nya semangat buat up:)






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang