Sesuatu yg beda

34 4 1
                                    


Teeetttt..

Jam menandakan mata pelajaran telah berakhir dan ini merupakan saat-saat yg paling ditunggu tunggu para siswa dan satu persatu siswa berhamburan meninggalkan kelas. Dikelas XI B tampak Rian dan Hijri yg masih malas malasan akibat dihukum oleh bu Ishaya wali kelas mereka yg terkenal centil itu.

"Eh lo berdua mau jadi penghuni kelas?"

"Penghuni kelas apaan by, penunggu kelas kali maksud lu"

"ih lo tu ya Hijri pasti ada aja jawabnya, maksud gua lu berdua mau tinggal disini apa kan uda waktunya pulang heyy tuan tuan berdua yg paling ganteng dikelas ini (perasaannya)
Loyo banget sih baru dihukum gitu doang uda kek orang ga punya tulang"

"Hm perhatian banget dah lu by, memang iyasih aku ga punya tulang soalnya kan tulang rusukku itu kamu, gatau kalo si Rian mah mungkin tulang seblak" jawab Hijri menahan tawa.

Sekilas wajah Abby tampak merah, Baila yg dari tadi menunggu Abby didepan kelas hanya senyum senyum melihat tingkah teman barunya itu Abby pun menyandang tas ranselnya dan langsung berjalan menuju Baila dan kedua gadis itupun meninggalkan Rian dan Hijri yg masih memandangi mereka dengan tatapan mematikan, ckck.

Tak lama, Rian bangkit dan mengemasi barangnya, diikuti Hijri yg tampaknya masih senang karna merasa berhasil menaklukkan hati gadis yg disukainya.

"Eh Hijri lu suka kan sama Abby?"

"Haha baru tau lo ya yan, bagi gua cuma Abby satu satunya walaupun aku hanyalah salah satunya"

"Hahaha apaan sih ngehalu ya" ledek Rian sambil menepuk bahu Hijri.

"Lu sendiri suka ya sama murid baru itu?"

"Haha suka pala lo, emg lo pikir segampang itu naksir sama orang hij"

"Iya sih, soalnya gua liat kayaknya si Baila dari tadi merhatiin lo terus deh yan"

"Ah udahla hij ngapain bahas cewek, lu tau kan gua memang ramah jadi gampang disukai sama siapapun"

"Haha pd amat anjer, kuy lah balik yan ini udaa jam berapa jugak"

"Yauda hayuukk"

Rian dan Hijri meninggalkan kelas dan berjalan kearah motor masing-masing. Seperti biasa mereka berpisah setelah keluar dari gerbang karena arah rumah yg berbeda. Disaat Rian akan melaju dengan kecepatan tinggi matanya tiba tiba tertuju pada gadis yg baru dikenalnya tadi pagi dikelas yg tak lan adalah Baila. Rian pun memarkirkan kembali sepeda motornya dan menghampiri Baila yg duduk sendirian di halte depan sekolah mereka. Baila yg tampak sedang menanti seseorang itu langsung memberikan senyuman yg menawan kepada Rian.

"Eh Babayy sendirian aja nih"

"Hahaha Babayy apaan yan, Baila kali"

"Iya tau kok, cuma aku kan pengen beda aja sama yg lain. Btw lu ngapain disini bay?"

"Em itu aku lagi nungguin bokap gua yan"

"Oo kirain nunggu pacar, hehe"

"Haha ada ada aja lu mah"

"Gimana kalo kita bareng, biar gua anter lo gimana?"

"Hehe, emg rumah lo dimana yan?"

"Ga jauh dari tempat lo sih, lo tau kan Jl. Kenangan"

"Oo iyaiya dekat sih sama rumah gua, tapi nggak usah deh yan gua kan sama bokap"

"Em lu yakin mau nolak ajakan cowok setampan gua? (sambil merapikan rambut)"

"Haha yauda deh bentar gua chat bokap dulu ya"

"Nah gitu dong"

Brrmmm.. Sepeda motor Rian melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah Baila yg tak jauh dari sekolah.

Ckiittt.. Sepeda motor Rian berhenti tepat didepan pagar rumah Baila, Baila turun dan menyerahkan helm Rian.

"Makasih ya yan, nggak mampir dulu?"

"Hehe kayaknya nggak usah deh bay ini juga uda jam 3 nanti nyokap gua kecarian"

"Em yauda deh makasih ya" senyum manis Baila kembali tertuju pada Rian.

"Aduh jangan keseringan senyum deh Babay nanti gua diabetes" jawab Rian mengakhiri perbincangan dan Baila hanya tertawa. Rian kembali melaju dengan kecepatan tinggi setelah pamit ke Baila menuju rumah tercinta.

"Ah non, itu siapa yg ngantar non tumben tidak pulang bareng tuan" ketus wanita yg tampak sudah berusia 50 th, yg hendak membukakan pagar rumah Baila.

"Eh bi Asih, bukan siapa siapa kok cuma teman satu kelas" jawab Baila malu malu.

"Hmm sudah jelas jelas itu siapa siapa buktinya wajah non langsung merah" Ledek bi Asih sambil berlalu meninggalkan Baila, Gadis manis nan polos yg tidak tahan digoda itupun masuk kerumah dengan wajah merah muda.

Sementara itu dirumah Rian,

"Maa, Rian uda balik nih" sambil membuka sepatu dan langsung masuk ke kamar.

"Oh baru pulang, Rian kok lama sih nak?" sahut mama Rian dari kamar sebelah.

"Hehe maaf ma tadi Rian ngantar temen yg rumahnya di jalan Cendana.

"Oh yauda sayang mama pikir kamu kemana mana, yauda kamu istirahat aja"

"Siapp komandan" sahut Rian dari kamarnya.

Baru 5 menit Rian merasakan nikmatnya rebahan Adik satu satunya Ribka masuk dan melompat ke tempat tidurnya.

"Apasih dek, udah berapa kali abg ingatin jangan suka ngagetin, kalo mau masuk ketok pintu dulu kek"

"Iya deh bang, abang juga kan salah kenapa pintunya gak dikunci, lagian Ribka kesini mau marah nih"

"Marah kenapa lagi cobak?"

"Iya kok abg gak jemput Ribka sih, jadinya mama yg jemput"

"Iya maaf tadi abang ga jemput soalnya ngantar temen"

"Tapi kan Ribka lihat kak Abby pulang bareng papanya bang"

"Oalah dek, emg lo pikir temen abang cuma kak Abby" jawab Rian sambil mengelus rambut adiknya.

"Hehe terus sama siapa bang? Abang udah punya pacar? Terus kak Abby gimana dong?"

"Apaan sih anak kecil nggak usah ikut campur" sambil menutup matanya dan membelakangi Ribka.

"Ah abang nggak asik ah, mending Ribka tidur siang juga.

"Kreekk" Ribka keluar dari kamar Rian menuju kamarnya dengan muka masam seperti biasanya.

"Hhhhh, akhirnya bisa tidur siang" gumam Rian yg tak lama kemudian akhirnya tumbang diantara sejuta mimpi di siang bolong.

Dingdong..
Suara jam dinding yg berada di ruang tengah melesat menembus dinding kamar Rian. Rian yg setengah sadar mengucek mata nya dan memeriksa ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 wib. Rian bergegas menuju roftoop.

"Hhhh, senja terakhir belum kelihatan ya, duh gua kecepatan kali ya naiknya" sambil memandangi langit yg mulai tampak kemerah-merahan. Rian tiba tiba teringat seseorang dan mencoba menggambarkan awan seolah awan itu adalah wajah gadis yg sedang dipikirkannya.

"Aduh udah gila ya gua, kan gua kesini mau nikmatin senja" Omelnya sambil mencoba menghilangkan wajah gadis itu dari pikirannya.

"Nggak mungkin gua suka sama dia orang baru kenal sehari juga"

Wajah Rian tampak merah menyerupai langit senja sore itu. Tak terasa sudah pukul 18.00 dan senja semakin indah untuk dipandang. Rian yg dari tadi senyum senyum ke arah langit tampak seperti pria yg sedang jatuh cinta. Entah itu kepada manusia atau kepada senja untuk kesekian kalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tuan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang