Dark Chocolate 8 [END]

445 67 15
                                    

Pertemuan memang mampu mendekatkan seseorang. Menarik sebuah hubungan, hingga membuat sebuah status.

Tapi status itulah yang mampu membuat jarak. Status yang memperlihatkan bahwa kau dengannya memang dekat atau hanya sebatas mengenal.

Tak terkecuali untuk seseorang yang terlihat sempurna. Mempunyai segalanya bukanlah syarat bahwa kau dengannya pasti memiliki sebuah status.

“Aku tau.”

Sebuah kata yang mempunyai banyak arti.

“Aku tau semuanya.”

Sejak kapan? Darimana? Dan bagaimana bisa?

Banyak pertanyaan yang terus berputar di kepala cantik perempuan berusia 20 tahun tersebut.

Apakah ia lega, apakah sakit hatinya berkurang, dan atau malah semakin membuatnya patah?

“Kita sudah lama mengenal Joy. Bagaimana bisa Kakak tidak mengetahuinya?”

“Lalu kenapa…”

“Karena aku menyayangimu. Kau adalah adikku yang manis. Bagaimana bisa aku membuatmu menangis, walaupun pada akhirnya aku melakukan hal tersebut.”

Joy kembali terisak.

“Aku sangat menyayangimu.” Tangannya kembali mencoba menenangkan. Menepuk nepuk punggung sang gadis hingga sang gadis merasa tenang.

“Tetapi hatiku juga ingin egois, Joy. Aku juga ingin merasakan hal itu. Aku ingin mengikatnya walaupun aku tau bahwa ada hati yang akan tersakiti nantinya.”

“Dan kau melakukan itu, Kak.” Isak Joy disela-sela tangisnya. Masih terus menyembunyikan wajahnya di pundak hangat sang lelaki.

Sehun terus menepuk-nepuk punggung Joy dalam dekapannya. “Maafkan aku.”


Hiks…


“Maafkan aku, Joy. Maaf, karena membuatmu merasakan pahitnya patah hati.”

“Maaf.”

-

Dark Chocolate. Apa yang terpirkirkan di otakmu ketika pertama kali mendengar kata tersebut?

Pahit, manis, minuman, coklat panas, atau yang lainnya?

Jika Joy yang ditanya tentang pertanyaan tersebut, Joy akan selalu menjawab, rasa yang menyenangkan.

Kenapa?

Karena, pada rasa itu Joy bisa merasakan semuanya.

Pahit, manis, namun menyenangkan untuk dinikmati. Sama seperti hatinya beberapa tahun belakangan ini.

Mencintai seseorang untuk pertama kalinya, membuat dirinya mampu merasakan berbagai hal yang baru.

Dan Joy tidak pernah menyesal untuk itu. Karena, ia mencintai seseorang yang tepat. Dulu.

Dan Joy senang pernah merasakan hal itu.

Karena mengenal seorang Nikolas Sehun adalah hal yang sangat berarti di hidupnya.

Ia belajar bagaimana bisa hatinya berdegup kencang ketika bertemu seseorang yang ia sukai, senang ketika hanya melihat wajahnya untuk sesaat, ataupun senang ketika ia bisa menghabiskan berbagai kenangan dengan laki-laki yang disukainya.

Walaupun pada akhirnya hal itu tidak bisa digapai, tapi Joy tetap bersyukur. Karena dirinya jatuh cinta pada pemuda tampan yang memang pantas untuk ‘pernah’ mendapatkan hatinya.

“Aku mencintai Kak Sehun.”

“Terima kasih. Terima kasih untuk itu, Joy.” Sehun tersenyum, “Tapi maaf. Maaf karena aku bukanlah laki-laki yang bisa membalas cintamu.”

“Tapi aku sangat mencintaimu, Kak.”

“Aku juga. Tapi bukan untuk sebuah status yang mengikat. Karena aku, tidak akan pernah bisa melepasmu. Kau adik yang sangat ingin aku lindungi, Joy.”

Dan itulah pertama kalinya seorang Joanne Rafe ditolak. Di tolak oleh perasaan yang baru pertama kali ia rasakan. Sangat menyakitkan bukan?

Mencintainya dalam diam, membuat memori indah bersamanya, namun bukan kebahagian yang mengakhiri hubungan mereka.

“Aku akan selalu disisimu, menjagamu, dan melindungimu.”

Sehun memeluk Joy sekali lagi. “Kau adalah adik tersayangku, Joy. Maafkan aku.”

-


Terima kasih untukmu yang telah mengajariku rasanya mencintai.

Terima kasih juga untukmu yang telah mengenalkan rasa sakit ini.

Karena tanpamu, aku tidak akan pernah bertemu semua perasaan itu.

Walaupun pada akhirnya aku memutuskan untuk terus melangkah,

Kau akan selalu tersimpan.

Bersamaan dengan semua rasa pahit, dalam sebuah kenangan yang terkubur dalam memori.

-

“Joy!”

“Oh astaga! bisakah kalian tidak berteriak?!”

Kekehan tiga perempuan dari seberang telpon terdengar. “Cepatlah kembali. Anakku akan segera lahir.”

“Apa?!”

Joy berjalan menuju jendela di apartmentnya dengan segelas mug coklat panas. “Apa sudah sebesar itu?”

Mmm. Satu minggu lagi mungkin ia akan melihat dunia yang keras ini. Jadi, cepatlah kembali!”

Joy tersenyum ketika dirinya mulai mendengar omelan ataupun gelak tawa dari seberang sana. Negara kelahirannya.

“Kau tidak merindukan kami?”

Joy mengenal suara itu. Suara tinggi milik Rose. “Kita sudah tidak pernah bertemu selama 2 tahun setelah liburan kami kesana. Dan kau,” Joy tersenyum cerah ketika sahabatnya itu menghela nafas kasar. “Sudah hampir 6 tahun tidak kembali kesini.”

“Haha. iya, iya.”

Kau sudah melupakan Kak Sehun kan Joy?!”

“What?! Kak Sehun?” Jennie menimbrung. “Lupakan laki-laki itu, Joy. Dia sudah mempunyai dua anak sekarang.”

“Hahaha. Benarkah?”

“Bukannya begitu? Aku bahkan mendengar Kak Sehun sekarang…”

Kekehan Joy terus tercipta. Benar. Ia sangat merindukan mereka. Merindukan omelan-omelan ketiga sahabatnya itu yang sudah lama sekali tidak ia dengar langsung.


Tok. Tok.


“Joanne?”

Joy berbalik. “Kau memiliki undangan.”

Joy berguman terima kasih sebelum kembali berbicara pada teman-temannya lewat telpon. “Hey, sepertinya aku harus pergi. Selamat tinggal. Ah, iya iya. Aku akan mengaturnya. Bye!”

“Teman-temanmu lagi?”

Anggukan Joy memberi jawaban pada laki-laki yang kini sedang menyender pada meja dengan mug yang ia ambil dari kulkas. “Lalu kau sudah memutuskan untuk kembali?”

Senyum tipis di wajah Joy tercipta. “Haruskah aku kembali?”



[END]


    Sampai bertemu lagi pada Chocolate Series selanjutnya~ 💚

Penulis,



Rose

Dark Chocolate | #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang