Happy Reading.
*
Jimin tidak bergerak dari depan ruang rawat putrinya. 2 hari, sudah 2 hari Jimin menunggu didepan pintu. Tanpa ada pergerakan untuk menjauh atau pulang. Mendengar bagaimana suara Ji Yeon dan Aliya yang berbicara membuat hati Jimin menghangat dan menepis kenyataan jika Aliya ingin berpisah darinya.
Setiap saat berdoa agar Ji Yeon bertanya tentang dirinya atau sekedar tanya dimana dirinya. Itu harapan Jimin hanya saja tidak pernah terjadi. Bocah mungil itu bahkan tidak bertanya apapun, sibuk berbicara dengan Aliya dan seolah lupa padanya.
Jimin tidak menyalahkan Ji Yeon atau Aliya. Ini salahnya hingga dirinya tidak dianggap. Tapi Jimin benar-benar ingin mendekap tubuh mungil Ji Yeon, mencium wajahnya dan mengatakan maaf, atau mendekap Aliya dan mengatakan apa yang dirinya pendam selama ini.
Kebencian Aliya dan Ji Yeon mendarah daging padanya. Jelas karena Jimin tidak bisa menjadi suami dan Ayah, Jimin gagal jadi keduanya.
"Hyung?" Jimin tersenyum pada Ji Hyun yang baru saja keluar dari ruangan Ji Yeon. "Bagaimana Ji Yeon, Hyun-ah?"
"Uhm baik, dia semakin sehat. Jika tidak ada halangan besok dia pulang" Jimin tersenyum lega dan menatap pintu ruangan itu dengan Ingin. Keinginan untuk masuk semakin membuncah dan Jimin hanya bisa diam saja.
"Terima kasih sudah menjaga dia selama aku sibuk dengan anak orang. Terima kasih sudah memberikan kasih sayang pada Putriku, aku sebagai ayah benar-benar buruk. Aku menunjukkan kasih sayang pada anak orang lain tapi aku menyembunyikan kasih sayang untuk Putriku sendiri" cetus Jimin tanpa mengalihkan pandangannya pada pintu ruangan Ji Yeon.
Terlihat jika Jimin tidak baik-baik saja tapi Ji Hyun tidak punya hak untuk bertanya lebih jauh lagi.
"Pulanglah Hyung" bujuk Ji Hyun, Jimin terlihat menyedihkan dengan wajah kusut dan mata panda. Jimin tidak pernah sekacau ini.
"Tidak. Aku akan disini, sampai Ji Yeon sehat" Ji Hyun menghela nafas dan menepuk pundak Jimin.
"Makanlah dan istirahat . Kau terlihat sangat kacau" Jimin mengangguk dan tersenyum tipis.
"Kau pulang saja, aku akan menjaga mereka"
*
Rindu Jimin membuncah, saat pintu ruang rawat Ji Yeon tertutup karena Aliya pergi ke ruang Dokter. Jimin memberanikan diri untuk masuk, ini belum terlalu malam. Baru jam 9 malam. Jimin bisa melihat sang Buah hatinya yang masih terjaga dengan posisi setengah duduk, dengan sepiring kecil buah-buahan yang menjadi camilannya. Manis sekali.
"Ma..." perkataan Ji Yeon terhenti saat bukan Aliya yang masuk, tapi Jimin. Bocah itu langsung gemetar. Ketakutan pada bentakan Jimin masih tergiang jelas diingatannya.
"Baby Bear" Jimin duduk dibangkar Ji Yeon, memperhatikan wajah Ji Yeon dengan lekat, sesak didadanya saat tau jika Ji Yeon ketakutan. "Baby Bear maafkan Daddy. Maafkan Daddy-mu yang bodoh ini. Baby Jangan takut. Daddy Mohon"
Yang Jimin tau Ji Yeon benar-benar ketakutan hingga tangannya dingin. Anaknya.
"Maaf" Jimin menggeleng dan membawa Ji Yeon untuk duduk dipangkuanya. "Ini salah Daddy Baby, semua salah Daddy. Daddy yang harus minta maaf" kehangatan itu Jimin rasakan saat bisa mendekap Ji Yeon dengan leluasa. Akhirnya setelah menunggu sekian tahun.
"Yeon akan tinggal dengan Mama, jadi Hyemi Eonni tidak akan terluka karena dekat-dekat dengan Yeon. Lagi pula Mama sudah bilang akan pindah ke tempat Baru. Dan Daddy bisa bawa Mama Eonni kerumah lalu hidup bahagia. Yeon akan bahagia dengan Mama jelas tanpa Daddy"
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY LOVE STORY ✔
FanfictionFast Story Of Park Jimin And Kim Aliya. Sad Family.