noted:
REUPLOAD dari FFn. Fic ini bukan buatan saya. Ini sepenuhnya milik Riekki Kikkawa. Saya hanya penggemar yang mendokumentasikan kalau-kalau suatu hari link fic ini hilang. Karena saya sangat suka fic ini dan menurut saya ceritanya juga bagus terlepas dari pairingnya (I dun really like kakasaku actually)
Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fic ini. Jika ada dari kalian yang keberatan dengan yang saya lakukan ini harap segera menghubungi saya dan kita akan menyelesaikannya dengan jalan damai. Harap juga untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak perlu dilakukan. Misalnya mereport saya dan lain-lain.
Sekali lagi, ini bukan fic saya. Dan reupload ini tidak saya ubah sedikitpun
Perempuan Milik Suamiku
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Cinta adalah ketika kita membiarkan orang yang kita cintai bahagia. Termasuk membiarkan ia berselingkuh? Bukan, bukan aku membiarkannya berselingkuh begitu saja. Melainkan, aku hanya belum melakukan langkah yang lebih lanjut. Dan hari ini, mungkin saja adalah awal dari langkah yang akan kuambil.
.
.
.
Warning : abal, gaje, typos, OOC, AU, membosankan, membingungkan, ide pasaran.
Rated M
Just for save, no lime, no lemon.
Genre : Romance, Drama
Chara : KakaSaku
A/N : Chapter 1 ini adalah prolog dan sangat pendek sekali. Don't like, don't read! Segera tekan tombol back. Ini adalah fanfict multichapter pertama ku. Ide juga sudah pasaran. Romance-nya aku sendiri juga nggak ngerti, bakalan terasa apa nggak. Tapi, tetap silahkan Read and Review yah... :D.
R&R yah... ^_^
Sakura PoV.
Pernahkah kau sebagai seorang wanita merasakan apa yang tengah kurasakan sekarang ini?
Apa yang kau rasakan, jika dalam beberapa menit lagi kau akan bertemu dengan seorang wanita milik suamimu?
Apa yang akan kau lakukan, jika kau akan bertemu dengan seorang wanita yang juga memiliki suamimu yang sangat kau cintai?
Apa yang akan kau ucapkan pertama kali untuk memulai pembicaraan dengan wanita milik suamimu itu?
Itulah yang sedang kurasakan saat ini. Beberapa menit lagi aku akan bertemu dengan dia. Dia yang juga memiliki suamiku tercinta. Dia yang beberapa bulan ini selalu menjadi misteri dalam hidupku. Dia yang tiba-tiba saja, tanpa mengetuk pintu, dan tanpa permisi dengan seenaknya menyelonong masuk ke dalam rumah tanggaku. Dia yang selama ini tak pernah sekalipun terbersit di dalam pikiranku.
xXx
Kukemudikan mobilku untuk melaju ke sebuah kawasan perumahan yang untuk pertama kalinya aku mengunjungi daerah itu. Di kawasan perumahan itulah wanita itu bertempat tinggal. Terbilang jauh memang dari rumahku. Tapi tak apa, kalaupun aku harus menempuh jarak antar pulau, laut, samudra, bahkan benua sekalipun pasti akan aku lakukan. Akan kulakukan apa pun untuk bisa bertemu dengan wanita itu.
Sejak aku menemukan alamat rumah dari wanita itu aku terus berpikir. Berpikir tentang apa yang akan kulakukan jika bertemu dengan wanita itu. Berpikir tentang apa yang harus kuucapkan kepada dia. Berpikir aku harus bersikap bagaimana kepada wanita itu. Haruskah aku marah-marah kepada dia? Haruskah aku memaki di depan wajahnya? Haruskah aku berteriak-teriak di depan wajahnya dengan menyebut wanita pengganggu rumah tangga orang? Haruskah aku memohon di hadapan wanita itu untuk meninggalkan suamiku?
Dan sampai sekarang, aku belum juga menemukan jawabannya. Padahal, dalam waktu yang tidak kurang dari tiga puluh menit lagi, aku akan bertemu dengan dia. Biarlah, biarlah waktu yang akan menentukan bagaimana sikapku jika bertemu dengan wanita itu.
xXx
Tak terasa mobilku telah memasuki kawasan perumahan itu.
Kulajukan mobilku dengan kecepatan yang rendah.
Kukeluaran sebuah kertas kecil dari dalam saku kemeja yang kupakai yang berisi catatan alamat rumah wanita itu. Ah... ternyata keberuntungan sedang berpihak kepadaku. Kutemukan dengan mudah papan nama yang bertuliskan nama jalan dari tempat tinggal wanita itu. Selanjutnya, tinggal mencari nomor rumah dari wanita itu.
Nomor rumah genap dari jalan ini, berada di bagian kanan jalan. Dan berarti, rumah dari wanita itu berada di bagian kiri jalan karena dari informasi yang kubaca dari catatan kecilku, rumah dari wanita itu bernomor rumah ganjil. Dengan pelan, kukemudikan mobilku menyusuri jalan ini. Ku pusatkan pandanganku untuk melihat nomor rumah yang terpasang di setiap rumah bagian depan.
Dua puluh satu... dua puluh tiga... dan dua puluh lima.
Kuhentikan mobilku tepat berada di depan rumah yang mempunyai nomor rumah dua puluh lima. Pelan kuhirup oksigen sebanyak-banyaknya kemudian kuhembuskan dengan pelan-pelan, bermaksud untuk menenangkan jantungku yang berdetak secara tak normal.
Setelah kumantapkan hatiku, kuputusakan untuk segera turun dari dalam mobil. Langkah kakiku pelan, namun mantap menuju bagian depan dari rumah itu. Setelah sampai di teras rumah itu, aku hanya berdiri termangu. Masih memikirkan hal yang sama. Apa yang harus kubicarakan dengan wanita itu? Namun, tanpa kendali dari otakku, tiba-tiba saja tangan kananku telah bergerak untuk menekan bel dari rumah itu. Yang kutahu pasti, bel itu pasti akan memberikan informasi kepada majikannya jika ada tamu yang berkunjung ke rumahnya.
Dan apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kubicarakan? Haruskah aku langsung bertanya, "Apa kau kenal dengan Kakashi Hatake?" atau "Apakah benar kau adalah kekasih dari Kakashi Hatake? Seorang direktur utama dari Hatake Corp yang telah berkeluarga?".
Sungguh aku tak tahu bagaimana aku harus memulai pembicaraan ini nantinya. Atau, haruskah aku berbasa basi terlebih dahulu menanyakan nama dari wanita itu? –yang sebenarnya sudah ku ketahui –.
Entahlah. Biarkan waktu yang menjawabnya. Biarkan waktu yang menggerakkan bibir ini untuk berucap. Biarkan waktu yang menggerakkan tubuh ini untuk bertindak.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Milik Suamiku
Fiksi PenggemarPerempuan Milik Suamiku By: Rieki Kikkawa Cinta adalah ketika kita membiarkan orang yang kita cintai bahagia. Termasuk membiarkan ia berselingkuh? Bukan, bukan aku membiarkannya berselingkuh begitu saja. Melainkan, aku hanya belum melakukan langkah...