|Bagian 8🌷

29 6 1
                                    

🌷

Hari ini, Rara mempunyai kesempatan untuk sekedar mengobrol atau bercanda gurau dengan mama nya.

Mengingat bahwa sang mama bekerja hingga larut malam, yang pasti jarang ada waktu untuk Rara.

Saat ini keduanya sedang berada di ruang tamu. Ditemani oleh televisi yang menyala, dan beberapa makanan ringan.

Mereka sedang menyaksikan film kartun kesukaan Rara, yaitu Upin dan Ipin. Walaupun Rara sudah memasuki jenjang pendidikan yang cukup tinggi, yaitu sekolah menengah, Rara tetap menyukai film kartun.

 Walaupun Rara sudah memasuki jenjang pendidikan yang cukup tinggi, yaitu sekolah menengah, Rara tetap menyukai film kartun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak adanya konflik yang berat, dan pembawaan cerita yang cukup lucu, sudah membuat Rara bahagia. Rara suka dengan hal yang sesederhana itu.

Seperti saat ini, dimana adegan antara Upin dan Ipin beserta kawannya, yang sangat bersedih ketika tau bahwa Ehsan atau yang sering disapa "Intan Payung" yang artinya anak manja, hendak pindah rumah.

Mereka semua menangis dan tidak rela kalau Ehsan akan pergi. Walaupun persahabatan mereka sering dihiasi oleh keributan, tidak menutup kemungkinan terdapat rasa sayang yang teramat besar dalam diri mereka.

Sampai pada adegan yang mana Ehsan dan ayah nya berangkat untuk pergi, dan ternyata— Ehsan hanya pindah rumah tidak jauh dari rumah yang sebelumnya. Mereka masih satu kampung, yaitu Kampung Durian Runtuh. Merasa telah ditipu oleh Ehsan, Upin beserta kawannya merasa murka, dan marah pada Ehsan.

Melihat ekspresi Upin dkk membuat Rara tertawa, apalagi mereka langsung berlari untuk menyerbu Ehsan. Terkesan humor, udah sok sedih diawal-awal, eh ternyata berdusta. Drama anak kecil.

"Gimana sekolah kamu, Ra?" tanya mama Rara sambil mengusap lembut kepala putri nya.

"Em baik kok ma," jawab Rara sambil tersenyum pada mama nya.

"Syukur kalau begitu, mama lega dengarnya." Selang beberapa detik, sang mama melanjutkan bicaranya, "Maafin mama ya, mama terlalu maksa kamu, mama ga kasih kebebasan untuk kamu main sama teman-teman kamu, mama egois sama kamu, mama tau kamu sering sedih, tapi maaf ya nak, mama ngelakuin ini semua demi masa depan kamu," lanjut mama Rara yang tidak mendapat respon apapun dari sang anak.

Merasa tidak nyaman dengan topik pembicaraan, Rara mengubahnya dengan mengajukan pertanyaan, atau lebih tepatnya meminta izin.

"Ma, Minggu depan sekolah ku ada studi tour, aku boleh ikut ya?" rengek Rara pada mama nya. Berharap mendapat izin, Rara memohon dengan puppy eyes nya. Dengan menyatukan kedua telapak tangan di depan dada.

Takdir KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang