"HOW FU**ING DARE YOU!! " . Kata kata itu terlontar cukup keras, bergema di seluruh theater. Dengan segera Nelson menepis tangan lelaki itu. Tak terima pacarnya dilecehkan, Nelson pun segera menarik tudung hoodie itu dan terlihat lah, rambut hitam dengan muka mungil. Nelson terkejut, tak bisa berkata kata. Orang itu ialah Adit.Melihat celah, Adit segera melepas cengkraman Nelson terhadapnya, ia pun pergi keluar dari theater. Nelson ingin sekali mengejar Adit dan meminta penjelasan, namun ia ingat akan Erpan yang sedang bergetar hebat saat ini. Dengan sigap Nelson membawa Erpan keluar theater dan mengantar nya pulang.
Dalam perjalanan hening tersisa, tak ada satu pun yang berani membahas kejadian tadi.
Sesampainya di rumah Erpan, Nelson pun membukakan pintu untuk nya.
"Pan lu gapapa? "- Nelson khawatir, kejadian tadi akan membuat Erpan trauma.
"Iya gue gapapa"-Balasnya singkat
"Lu yakin Pan, lu gamau ditemenin aja? - masih dalam ke khawatiran yang sama.
"Gue udah bilang gapapa kan?"-sedikit menekan kata "gapapa".Raut wajah Erpan terlihat kesal, marah dan sedih. Nelson tak ingin membuat Erpan semakin marah, ia pun segera pulang.
Erpan masuk ke rumahnya, menuju kamar. Langkah kakinya begitu berat, badan nya bergetar. Ia masih memikirkan kejadian tadi, "Ugh, kepala gue pusing". Brak, Erpan jatuh dan pingsan.
Sayang nya ibu Erpan baru saja tadi izin untuk pergi ke rumah saudaranya. Erpan sendiri, menahan rasa sakit.
Nelson POV
Gue udah sampe di rumah, karena khawatir gue coba buat message Erpan. Terakhir kali gue liat Erpan, begitu dia mau masuk rumahnya. Kayaknya dia bergetar gitu badannya. Tapi gue gak berani buat balik ke rumah nya dia. Takut Erpan nya marah.
Gue ambil HP gue, gue mulai ngirim pesan ke Erpan.
Erpan
Nelson :
Pan gue udah sampe rumah, lu gapapa kan? Kalo butuh sesuatu hubungin gue yah? Jangan takut, jangan cemas gue selalu ada buat lo kok :').
Lama Nelson menunggu, hening tak ada jawaban dari seberang sana. Nelson mulai khawatir dan cemas, takut Erpan kenapa napa. Ia tak mau kehilangan lagi. Itu cukup sakit baginya.--------
Sudah 3 jam lamanya pesan itu tak terbalas, karena resah Nelson kembali pergi ke rumah Erpan. Rasa khawatir terus menggelayut di pikiran nya. Selama perjalanan doa terus ia panjatkan, takut terjadi sesuatu pada Erpan.
---------
Dengan cepat Nelson turun dari mobil, dengan cepat menuju depan pintu rumah Erpan. Bersiap menekan bel tapi, ia ragu mengingat bahwa Erpan benar benar tidak ingin diganggu. Ah sudahlah, rasa khawatir ini lebih besar dibanding takut dimarahi nantinya. Itu urusan nanti, ia bisa pikirkan nanti. Sekarang yang terpenting keselamatan Erpan terlebih dulu.
Ting!!
Hening, tak ada jawaban. Nelson semakin curiga dan khawatir. 'Duhh Pan, buka dong '. Ini buruk, Nelson mulai keringat dingin. Memikirkan kemungkinan terburuk, kematian.
Ting!!
Ini sudah ke sepuluh kali nya Nelson memencet bel, tak ada sahutan daru sang penghuni rumah. Tak ada cara lain, Nelson mencari jalan masuk. Untung nya salah satu jendela terbuka. Erpan, kenapa kau ceroboh? Tapi untunglah sifat ceroboh nya itu membantu diri nya sendiri.
Nelson sudah masuk sekarang, matanya menyisir segala tempat di rumah Erpan. Berusaha menemukan sang penghuni rumah. Tak berhenti ia masih saja berdoa untuk Erpan, berharap dia masih ada di sini.
Kaget, Nelson menemukan Erpan tergeletak tak sadarkan diri di lantai dapur rumahnya. Panik, Nelson langsung menggendong Erpan menuju mobilnya. Bergegas pergi ke rumah sakit.
'Apaan pan?! Katanya gapapa?! Kenapa lu malah pingsan??'. Tak kuat lagi membendung, air mata menetes begitu banyak nya di pipi Nelson. Sekali lagi ia takut kehilangan seseorang yang berharga. Ia baru saja merasa bahagia bersama Erpan, haruskah kebahagiaan ini berakhir begitu cepat? Tak ada yang tahu selain tuhan.
Sesampainya di rumah sakit, Nelson memanggil suster dan dokter untuk segera menangani Erpan kekasihnya. Melihat Nelson panik dokter mencoba menenangkan nya, " Tenang lah anak muda, kita akan berusaha yang terbaik. Kamu tunggulah di sini. Berdoa lah sebanyak mungkin" Dokter itu pun pergi meninggalkan Nelson sendiri.
'Pasti gue bakalan doain Erpan. Pan gue harap lo masih mau ada di sisi gue'
Setengah jam Nelson menunggu. Teringat akan Ibunya Erpan. Nelson harus memberitahu kalau anaknya sedang ada di rumah sakit. Nelson mulai mengambil HP, menelpon sang ibu. Jangan tanya darimana ia dapat nomor sang ibu.
15 menit setelah percakapan di telepon. Ibu Erpan datang, ia menangis, nafasnya terengah-engah seperti nya ia baru saja berlari menuju rumah sakit ini.
Tak berhenti ibu Erpan terus menanyakan keadaan Erpan, bagaimana ia bisa jadi seperti ini. Itu hal yang wajar, Nelson pun paham akan perasaan sang ibu ini. Ia juga sama khawatir nya. Semua, tinggal diserahkan pada dokter dan tuhan. Berharap Erpan masih bisa berada bersama mereka.
---------
2 jam berlalu, pintu UGD sudah terbuka. Dokter keluar, mencari keluarga sang pasien, memberitahu mereka yang terjadi.
"Uhmm, dok gimana keadaanya? " -sang ibu bertanya lebih dulu.
"Syukurlah dia hanya kecapekan" - senyuman tergambar di muka sang dokter.
Lagi lagi air mata ini tak dapat dibendung, Nelson dan Ibu Erpan menangis bahagia. Tuhan masih mengizinkan Erpan berada bersama mereka.
Mereka bergegas menemui Erpan.
"Yang lalu biarlah berlalu. Memori itu terputar kembali, kenangan pahit, yang meninggalkan luka. Berharap itu menghilang"
Halo para Readers!! Sudah lama author tidak Up!! Ada yang kangen kah?? Sorry kalo storynya makin lama makin gaje and makin drama bangeet. Author masi belajar.
Sebenernya mau bikin lebih panjang lagi, tapi otak udah Mentok gatau mau nulis apa lagi.
Okay deh jangan lupa vote dan comment yak! Kasi semangat lah dengan vote. Jan cuma baca doang oy. Oke deh see you soon