So, para readers. Karena sepertinya cerita ini sudah mulai tidak menarik, dan sepertinya pembaca juga sudah mulai bosan. Author pingin nya langsung namatin nih cerita. Daripada pembacanya bosan uga ye kann.Nahh, disini author mau minta pendapat kalian,,,
Pilih antara author terusin nih cerita atau di tamatin aja? Plis jawab sejujur kalian ya... Mau nya gimana, okey?
3 jam kami terduduk di ruangan putih ini. Duduk disamping Erpan, yang tengah terbaring tak sadarkan diri. 'Pan kapan lu bangun? ' Gue mengangkat tangan, mengelus lembut pipi Erpan. 'Gue kangen senyum lo pan, bangun plis buat gue'. Jari tangan Erpan bergerak. Erpan sudah mulai sadar.
Gue seneng banget, gue pun langsung bangunin ibunya. "Tan, bangun Erpan udah sadar" gue goyangin tubuh ibunya Erpan, mata nya mulai mengerjap ngerjap, dengan cepat beliau pun langsung menuju ke anaknya, "Pan Ya tuhan, untung kamu udah sadar.. " ucap Ibu Erpan mulai menangis sesenggukan. "Loh, ibu? Erpan di mana? " matanya mulai melihat ke sekeliling mencoba memahami di mana dirinya sekarang. "Kamu di rumah sakit, kata Nelson kamu pingsan tadi" ucap ibu Erpan yang tak henti henti nya memeluk dan menciumi pipi Erpan.
Gue cuman bisa ngeliat mereka, berdiri di samping kasur Erpan. Untunglah, seenggaknya melihat ibu dan anak seperti ini membuatku cukup senang.
--------
Erpan sudah di perbolehkan untuk pulang, gue ikut senang mendengar nya.
Erpan pun pulang bersama ibunya, hanya satu yang mengganjal di pikiran , Erpan tak berbicara sedikit pun kepadaku. Apa gue buat salah ke dia ya?
-------
Gue udah di rumah, merebahkan diri di sofa. Mengambil HP, tanganku gatal, ingin rasanya mengirim pesan kepada Erpan. 'Ahh, mungkin nanti, Erpan pasti masih capek dari rumah sakit'.
--------
Erpan POV
gue masih ga bisa ngelupain kejadian pas di bioskop. 'Dasar, brengsek lo dit'. Gue pun mikir. Apa bener ya yang gue lakuin, gue merasa aneh jika berpacaran sesama jenis. Gue bahkan udah berhubungan badan dengan Nelson. Memikirkan itu setelah kejadian yang terjadi ke gue. Gue mulai jijik dan risih.
'Ahh masa bodo lah, gue bakal pikirin itu nanti'. Gue ngambil HP, ngecek siapa aja yang ngirim pesan. Ga banyak hanya masuk pesan dari satu kontak, Nelson. 'Hahhh, gue bales ga ya?? '. Gue bales nanti aja deh, gue masi bingung kedepan nya gue harus gimana.
Gue pun naik ke kamar. Merebahkan diri di kasur, dan akhirnya tertidur.
"PAN!! LO TEGA YA AMA GUE. DASAR PENGHIANAT"
'Hah, apa itu. Siapa itu'
Gue menoleh buat cari sumber suara, ga ada apapun, disini gelap dan dingin. Gue dimana?? Tolong gue siapapun.
"PAN GUE BENCI AMA LO!! "
-----------
Hah, hah ha. Gue terbangun, nafas gue ga beraturan, keringat dingin mengalir deras di pelipis. 'Itu tadi mimpi? Tapi siapa yang teriak kaya gitu?'. Ukhhh, kepala gue pusing banget, tolong... Siapapun tolong g-gue.
Percuma, suara gue gak ada keluar sama sekali, ughh. Gue masih sadar, tapi ga bisa minta bantuan. Dalam keadaan itu gue berharap Nelson dateng ke sini, 'Nell, to-tolong'.
----------
Sementara itu, seorang pemuda tengah berbaring di kasurnya. Mengucapkan sumpah serapah kepada dirinya sendiri, 'ahhh sial, kenapa gue lakuin itu ke Erpan'. Terus menyalahkan dirinya, yang memang dirinya telah salah. 'Ba-bahkan Erpan sampe masuk rumah sakit gegara gue. Apa mending gue minta maaf aja ya? Ahh, ga bukan saatnya gue minta maaf. Erpan masih takut dengan gue, g-gue yakin'.
Sorry, pendek banget ceritanya. Author lagi ga mood nih. Don't forget to vote and comment.