8 | obrolan singkat

92 66 29
                                    

- - -

Karena kita nggak bisa nilai seseorang dari kata 'biasanya'.

- - -

Happy Reading!

***


Kemarin setelah dia pulang tak diantar, dara sempat biasa saja. Tapi, setelah berpikir dia pergi tanpa bicara apa mungkin sakit hati karena ucapan dara? Alhasil dara mengejar dia.

Dara berlari sesuai apa kata hatinya saja, karena setelah keluar dari kedai eskrim tadi dara tidak melihat lagi  kemana dia pergi, tapi hatinya berkata dia belum jauh dari sini. Ternyata benar kata hatinya, didepan sana dara melihat punggung yang sama seperti yang dia miliki meski terhalang oleh tas tapi tetap terlihat bahwa itu benar miliknya. Eh tapi, bukannya dia anak orang kaya kenapa pulangnya malah jalan kaki?

Nggak mau berasumsi sendiri dara mempercepat laju larinya agar segera sampai menuju yang sedari tadi dara kejar. Eh tapi, dara baru sadar dia menggunakan seragam sekolah meskipun bajunya ia tutupi dengan jaket dan celana yang membenarkan bahwa sepertinya memang itu seragam sekolah, berarti dia sama seperti dara pulang sekolah? Kok jalan kaki?

"eh, jangan cepet-cepet dong jalannya" ucap dara dengan nafas yang tidak teratur berusaha mengimbangi jalannya yang lebar itu.

"ngapain ngikutin saya?" tanyanya masih tetap berjalan.

"lo marah sama ucapan gue tadi?" ucapku langsung tanpa mau berbasa-basi lagi.

"karena apa?" tanyanya

"karena... Gue nyamain lo sama cowok lainnya mungkin?" ucap dara dengan takut, pasalnya saat ini dara dan dia sudah berhenti dan kini posisinya sudah menghadap dara dengan tatapan tajam dan dinginnya.

"kenapa saya harus marah?" tanyanya, tanpa mengalihkan pandangannya.

"yah, gue pikir nggak semua cowok mau disamain sama cowok lainnya. Gue juga nggak boleh nilai lo cuman dari kelihatannya dan biasanya." ucap dara menjelaskan tanpa ikut menatap kearahnya.

"maksud bisanya?" tanyanya lagi, emang banyak tanya nih bocah.

"seperti yang gue bilang tadi nggak semua cowok mau disamain sama cowok lainnya, dan gue juga nilai lo dari biasanya kan cowok emang gitu. Pokoknya gitulah yah, lo pahamkan pasti?" ucap dara yang kini sudah berani mengangkat wajahnya untuk membalas tatapan yang dia berikan.

"enggak!" jawabnya entang dengan wajah datarnya yang pasti.

"bodoamat nggak mau jelasin lagi." jawabku, dengan memalingkan wajah kearah depan.

"ngambekan" ucapnya, dan lanjut berjalan tanpa menghiraukan dara lagi.

Dara ikut melangkahkan kakinya mengikutinya. "eh, kok main ninggalin. Siapa juga yang ngambekan" ucap dara dengan langkah cepat, berusaha menyeimbangi langkah kakinya karena langkahnya sangat panjang dan sulit dara imbangi. Maklumlah yah, kaki kecil disuruh ngimbangin langkah jerapah yang lebar, jelas susah.

"nama saya rasya, bukan eh" ucapnya, jujur masih kaku kalau harus manggil dia dengan nama aslinya.

"okeh rasya, jadi lo bener nggak marahkan sama ucapan gue?" ucap dara mencoba bertanya lagi padanya.

"enggak" jawabnya, singkat seperti biasa.

"serius?" tanya dara yang kini sudah berjalan tepat didepannya dengan jalan mundur.

"iyah, jalan yang bener" jawabnya, ini dia lagi khawatirin dara nggak sih? Takut dara jatuh gitu? Eh dara, geer banget lo.

"eh iyah, lo kan orang kaya kok pulang sekolah jalan kaki?" tanya dara, pertanyaan yang sedari tadi sudah ingin dara tanyakan sebenarnya tapi lupa.

RenyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang