.
.
.
.
.Di malam yang cerah dan cuaca yang dingin membuat semua orang ingin menghabiskan waktu di rumah dan menghangatkan tubuhnya. Mungkin tidak dengan gadis yang sedang menikmati suasana kota dari ketinggian, dia menikmatinya seakan tidak peduli pada cuaca yang akan membekukan dirinya. Entahlah, kurasa dia memang menyukainya.
Gadis itu hanya duduk diam sambil memandangi pemandangan kota di malam hari. Bintang pun ikut menghiasi langit malam yang kini tengah ia tatap, seakan tahu jika kini ada seseorang yang harus dia hibur dengan cahayanya dan keindahannya.
Ya, gadis itu membutuhkan sesuatu yang dapat menenangkan hatinya. Walaupun mungkin dia terbiasa sendiri dan tidak pernah sama sekali ada yang menghiburnya.
'eomma... Aku merindukanmu. Kau tahu? Aku sangat kesepian disini.'
Batinnya✿✿✿
Cuaca semakin dingin di luar sana. Bahkan akupun yang sedang menikmati pemandangan malam sekarang sudah berada di depan rumahku.
Aku terkejut ketika melihat mobil orangtuaku terparkir di halaman rumah. Aku sangat malas menemui kedua orangtuaku yang jarang sekali mengunjungi putrinya atau bahkan menanyakan kabar putrinya. Aku pun akhirnya masuk ke dalam rumah karena cuacanya yang semakin dingin bisa saja aku terkena flu nanti yang ada repot sendiri.
Ketika aku masuk kedalam rumah aku melihat mereka sedang menyiapkan makan malam di dapur. Tak biasanya mereka melakukan itu biasanya mereka langsung pergi tidur atau menonton televisi di ruang keluarga. Sudahlah aku tidak ingin ambil pusing.
"Appa, eomma. Kapan kau datang?" Sapaku sambil mendekat ke arah dapur.
"Oh, jieun-ah dari mana saja kau selarut ini?" Jawabnya dengan nada khawatir yang di buat buat.
"Aku hanya sedang mencari angin malam di luar dan sedikit berjalan jalan." Jelasku
"Kau ini ada ada saja. Umm, bisakah kau membantu eomma menyiapkan makan malam?" Dia sangat pandai berakting menjadi ibu yang baik.
"Ya, tentu saja." Aku berjalan mendekati eomma untuk membantunya.
"Jangan terlalu lama berada di luar sana jieun-ah kau tau itu buruk untuk kesehatanmu." Kali ini appaku bersuara karena dari tadi dia sibuk dengan laptopnya.
"Nee appa."
Di meja makan hanya terdengar dentingan garpu dan sendok, semuanya fokus terhadap makanan masing masing. Sampai "Kau akan kami nikahkan jieun-ah." Aku terkejut mendengar appaku berbicara seperti itu. Bagaimana tidak dia saja bahkan tidak pernah membicarakan ini atau hanya sekedar meminta pendapatku.
"Mengapa tiba tiba? Appa bahkan tidak mendiskusikan dulu denganku." Aku menjawabnya setenang mungkin walaupun dalam hati aku kesal sekali, tapi aku masih ingin menjaga emosiku di depan kedua orangtuaku.
"Kau tidak perlu memikirkannya lagi jieun-ah dia adalah pria yang baik." Bela appaku tidak mau kalah.
"Sebaik apapun dia, bagaimana bisa tidak mendiskusikan dulu denganku! Appa tau kan pernikahan adalah masalah serius. Jika aku baru saja di beri tahu mendadak seperti ini bagaimana caranya aku bisa tahu jika dia adalah pria baik!" Wah Lee Jieun yang biasanya hanya diam, sekarang bisa menegaskan pendapatnya. Kau hebat diriku haha.
"Jieun-ah, kau turuti saja apa kata appamu eoh? Kau tau kita berdua menyayangimu dan tentunya tak mungkin mengambil keputusan yang akan membuatmu sedih." Dia memang rubah licik lihatlah caranya berbicara seolah olah dia memang ibu yang baik.
Dan juga kurasa kata katanya malah ingin membuat ku emosi lagi menyayangiku katanya? Apakah dengan cara sering meninggalkan putrinya sendiri di rumah dan tinggal berdua di luar negeri dan bahkan menanyakan kabar pun tak ada waktu.
Ya, orangtuaku tinggal berdua di luar negeri dan meninggalkan ku sendirian di Korea. Aku jarang atau bahkan tak pernah menikmati waktu keluarga.
Aku selalu mengurus diriku seorang diri, orangtuaku selalu mengirim uang setiap bulan dengan nominal cukup besar untuk mencukupi kebutuhan sehari hari ku. Entahlah, apa itu yang di sebut kasih sayang? Kurasa tidak.
"Kau akan menemuinya besok malam jieun-ah, dan pernikahanmu akan di bahas besok lagi." Aku berhenti dari aktivitas melamunku ketika suara berat ayah terdengar di telingaku.
✿✿✿
"Taehyung-ahh, apa kau memiliki kekasih?"
"Tidak."
"Baguslah"
"Mengapa eomma menanyakan hal itu?"
"Eomma dan appamu akan menikahkan mu dengan teman appa."
"Kenapa? Apa eomma dan appa sudah menemui gadis itu?"
"Eomma belum melihat wajahnya, tapi kata appamu dia sangat cantik. Entahlah, eomma percayakan semuanya pada appamu"
Aku belum memikirkan akan menerimanya atau menolaknya, hanya saja aku penasaran siapa gadis itu? Apakah dia memang cantik? Aku juga tidak tahu apakah aku akan mencintainya. Dan kurasa dia takan menolak pernikahan ini hanya dengan melihat wajah tampanku.
Ayolah, aku ini sangat tampan percayalah. Bahkan mungkin aku bisa di deskripsikan sebagai lukisan yang tak ternilai harganya. Hmm sepertinya aku terlalu berlebihan tapi memang itu kenyataanya.
"Besok malam appa akan mengundangnya makan malam. Persiapkan dirimu untuk besok malam dan jangan buat kekacauan."
"Nee, appa."
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of Rain
FanfictionMereka di takdirkan Tuhan untuk tercipta dan terikat janji suci tapi tidak di takdirkan untuk bersama. Masih memungkinkan untuk bersama. Tetapi siapkah untuk menerima lukanya? Atau tetap mengikuti alur kehidupan dengan cara harus siap untuk kehilang...