17. Semangat

43 17 22
                                    

Happy Reading:)
.
.
.

Sakit dalam perjuangan itu hanyalah sementara, tapi jika menyerah sakit itu akan terasa selamanya.

Seperti biasa, pagi ini Key pergi ke sekolah bersama Allan. Key memandangi punggung Allan yang berbalut seragam putih SMA. Biasanya Allan memakai sweater ketika pergi ke sekolah, namun kali ini tidak.

Di tengah perjalanan Allan mengerem mendadak. Membuat Key hampir terbentur helm full face yang Allan kenakan.

"Aduh.. hampir saja," ucap Key.

"Kamu nggak kenapa-napa?" tanya Allan panik, ia melihat Key dari spion motornya.

"Sorry Key." Key menganggukkan kepalanya.

"Kenapa kamu tiba-tiba ngerem mendadak?" tanya Key mengerutkan keningnya.

"Tadi aku nggak sengaja hampir nyrempet kucing mau nyebrang."

"Hah?! serius kamu." tanya Key menelan saliva nya.

"Iyalah masa aku boong sih sama orang yang aku sayang." ujar Allan terkekeh pelan.

"Yaudah gih. Sekarang kita lanjut jalan nya."

Allan menyalakan mesin motor, lalu menge-gasnya. Key berpegangan pada Allan. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Allan. Kemudian, Allan melajukan motornya.

Tangan Allan terulur memegang tangan Key, sementara tangan satunya tetap fokus terhadap stang motor. Allan mengusap tangan Key sengan satu tangannya. "Aku takut kehilangan kamu Key," ucapnya. Lalu Allan menggenggam tangan Key.

Aku juga takut kehilangan kamu, Lan. Tapi apa boleh buat? keputusanku sudah bulat.
Mungkin sang waktu yang akan menyatukan kita kembali.

Key terkejut bukan main atas perlakuan manis Allan tiba-tiba. Key dibuat salah tingkah olehnya, "Iya," balas Key dengan suara lembut.

Beberapa menit kemudian, Key dan Allan tiba di sekolah. Allan memarkirkan motornya di parkiran sekolah, bertepatan dengan Bima yang juga baru tiba di sekolah. Bima memarkirkan motornya di sebelah Allan.
Kemudian Allan mendekati Key dan menggenggam tangannya.

"Nempel mulu dah. Di jahit aja tuh tangan kalean," sindir Bima.

"Lo ijolu," Allan membalasnya dengan santai.

"Apaan tuh ijolu?" tanya Bima penasaran.

"Ngakunya anak millenial, tapi ijolu aja gatau. Dasar kudet," cibir Allan.

"Yaelah abang jahat, gue timpuk nih," Bima mendengus kesal. Lalu ia mengambil buku salah satu di tasnya dan berancang-ancang ingin memukulnya di kepala Allan, namun niat itu dikurungkan. Ia hanya bercanda saja.

"NAJIS!" cetus Allan sembari membuka mulutnya lebar, seakan-akan ia seperti orang muntah.

"Ih. Abang ngeselin deh, pengen dedek cium tuh kening," ujar Bima memanyunkan mulutnya.

"Jijik gue liatnya, mending gue cium pacar gue dah," titah Allan.

"Ih apaan sih. Ogah banget," sahut Key memutar bola mata malasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TINCTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang