♡Happy Reading♡
.
.
.Typo tandai
***
Hanya dengan perkenalan, Pak Gavin langsung memberi materi pelajaran. Heran. Padahal baru masuk sekolah. Katanya sih sekolah itu tempat belajar, yaiyalah masa buat jualan pecel?
Namun, para siswa tak ambil protes. Pikirnya mereka baru mengenal guru itu. Jadi untuk kali ini cukup dengan memberi apresiasi saja. Gak tau kalau besok.Semuanya tampak serius menyalin materi--yang ditulis oleh Pak Gavin--ke buku catatan.
15 menit kemudian.
Pak Gavin berbalik menghadap seisi kelas. "Oke, anak-anak. Sekarang waktunya pemilihan ketua kelas. Bapak tidak akan memaksa kalian untuk mencalonkan diri kalian masing-masing, bapak ingin kalian mandiri. Itu saja," jelas Pak Gavin.
Zhea yang sedang menggambar sesuatu di bukunya menoleh pada Kafa yang tampak tenang. Eits, jangan kira yang tenang tidak menghanyutkan. Kali ini Zhea harus berhati-hati.
"Gimana? Ada yang bersedia menjadi ketua kelas di semester ini?"
Hening.
Tampaknya murid cowok lainnya tidak ada tanda-tanda yang mengangkat tangannya. Zhea kesal setengah mati, apa susahnya sih jadi ketua kelas? Paling cuma nyuruh, nyuruh, dan nyuruh.
Yang ada Kafa yang mengajukan diri lagi.
"Tidak ada yang mengajukan?"
Semuanya menggeleng kecuali Zhea. Dia melongo tak percaya, semudah itu mereka menggeleng? Oh, ayolah ... jika bisa, andai saja Zhea bisa mengundang pejabat kesini. Pasti ia sudah menunjuk pejabat itu sebagai ketua kelas. Ya, apapun demi menghentikan orang yang dari dulu ia benci.
"Pak!" Zhea mengacungkan tangannya.
"Iya, kamu bersedia jadi ketua kelas?"
"Eh, nggak!" Refleks Zhea ngegas. "B-bukan gitu, Pak. Emm ... saya cuma mau bilang jangan jadiin Kafa ketua kelas."
"Lho, Kafa belum mengajukan diri jadi ketua kelas."
"M-maksud saya ... siapa aja kek, Pak, asal jangan dia." Zhea mengarahkan dagunya sekali Kafa yang ada di sampingnya.
Di sampingnya, Kafa hanya menampilkan raut tanpa ekspresi.
"Masalahnya ... di sini nggak ada yang bersedia jadi ketua kelas."
Zhea berdecak sebal. Ah, jika begini jadinya kemungkinan besar untuk seorang Kafa menjadi ketua kelas.
Tak peduli, gadis itu terus merapalkan doa supaya orang yang ditunjuk bukanlah Kafa. Jantungnya sudah berdetak tak tenang. Sesekali ia melirik pada cowok tersebut.
Pak Gavin nampaknya sudah mulai kesal. Baru saja masuk kelas ini dirinya sudah mendapatkan murid seperti mereka.
"Nggak ada pilihan lain, bapak akan melihat dari data nilai setiap murid yang baru lulus tahun kemarin."
Pak Gavin membuka buku absen. Di sana sudah tertera nama-nama murid kelas ini. Ya, sebelum mereka masuk pelajaran baru pastinya sudah didata terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classmate
General Fiction{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} _________________________________________ Kehidupan Zhea menjadi tak tenang ketika Kafa masuk ke dalam hidupnya. Ya, Kafa Alfareza. Cowok dingin nan datar yang sedari kecil selalu menyuruh Zhea untuk selalu berpenampil...