Happy Reading❤
Follow 👉🏻👉🏻 RohmanAji8
Sebelumnya vote dulu. Biar gak sider.
~typo tandai***
Diperjalanan menuju sekolah, Zhea terus menceracau hingga membuat kakaknya sedikit terganggu. Zhea memang tipe cewek yang cerewet, tidak heran jika banyak orang yang sesekali ingin menyumpal mulutnya.
"Bang, kenapa sih lo nganter-nganter gue segala. Kan gue udah besar." tutur Zhea.
"Jaga-jaga aja, dek. Udah, deh! Lo kebanyakan ngomong tau, gak."
Zhea hanya menampilkan raut datarnya.
Motor yg ditumpangi mereka memang berjalan santai. Jadi apapun yang Zhea omongkan pasti terdengar.
Zhea mengamati setiap sudut jalan. Tampak belum ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Pagi ini udaranya masih sejuk, tidak seperti siang hari yang panasnya minta ampun.
Tapi tunggu dulu.
Mata Zhea menyipit kala melihat seseorang dibalik helm fullface nya. Dia pun sangat kenal dengan motornya. Cowok itu baru saja keluar dari pertigaan, yang membuat Zhea bingung adalah jalan ini satu-satunya arah untuk ke sekolahnya. Lantas mengapa cowok itu searah dengannya?
"Bang, ikutin motor itu cepetan!"
"Ngapain sih, dek?!"
"Udah pokonya ikutin. Ayo bang, cepetan!" paksa Zhea tak sabaran.
"Ck," decak Zico.
Sang kakak hanya menuruti kemauan adiknya. Ia semakin menaikan gas motornya. Hingga motor yang ditumpangi mereka sedikit kencang.
Sampai pada yang dituju. Zhea langsung berteriak.
"Eh, berenti dulu, woy. Berenti gak!!"Lantas motor itu mengerem mendadak ketika motor Zico langsung menyalip. Zhea turun dari motor menghampiri si pengendara motor.
"Buka helm lo!" perintahnya sambil berkacak pinggang
Tanpa aba-aba cowok itu langsung membuka helm fullface nya. Rambutnya masih basah dan sedikit acak-acakan, menambah kesan cool baginya. Membuat para cewek yang melihatnya langsung terpana.
Tapi tidak untuk Zhea. Nampak dari raut wajahnya jika ia sedang marah. Dia mengangkat dagunya angkuh sambil menatap sinis.
"Kafa," panggil Zico.
"Eh, iya. Bang!"
Zico menghampiri cowok itu. Lalu menjabat tangannya.
"Udah lama kita gak ketemu. Lo keliatan ganteng kalau pake hoodie, Kaf. Lo juga mau berangkat sekolah? Kebetulan banget ini juga hari pertama Zhea sekolah SMA. Gue nganter dia soalnya dia baru pertama masuk." Kafa hanya tersenyum singkat.Sementara Zhea yang tadi dikacangin pun masih tetap pada pendiriannya. Ia terus menatap cowok yang ada didepannya ini dengan tatapan mengintimidasi. Seolah-olah akan mengulitinya hidup-hidup. Tangannya pun masih berkacak pinggang.
Ya, Kafa. Cowok dingin nan datar yang sedari kecil selalu menyuruh Zhea untuk selalu berpenampilan rapi. Tidak lupa cowok itu selalu menyuruh Zhea untuk belajar setiap waktu. Sialnya, dari SD sampai SMP mereka terus satu sekolah bahkan satu kelas. Hal itu membuat Zhea tak tenang disetiap harinya.
Kafa menoleh kepada Zhea. Cowok itu memasang raut muka tenang. Sedangkan Zhea masih menatapnya tak suka.
"Lo dari dulu sampe sekarang belum berubah. Dasi masih acak-acakan. Kaoskaki panjang sebelah. Sepatu belum diiket."
Zhea masih tak bersuara dengan angkuhnya.
Refleks Zico langsung merapikan penampilan adiknya. Membuat Zhea ikut menunduk melihat abangnya yang membenarkan tali sepatunya.
"Astaga! Dek. Aduh gue jadi lupa kan tadi buru-buru banget.""Bang, biarin dia aja yang ngebenerin. Dia harus mandiri. Kalau kaya gini mana bisa dia urus penampilannya sendiri." tutur Kafa masih dengan muka datar dan tenang.
"Gapapa, dia gini-gini juga hebat, kok. Emang ... sedikit ceroboh, sih." ungkap Zico. Nadanya pun terdengar tidak yakin.
Setelah rapi, Zhea menegadahkan kepala nya kembali. Menatap malas pada cowok didepannya ini.
"Udah mau masuk semester baru. tinggalin sikap-sikap buruk lo."
Zhea menghela nafas pelan. Lalu tersenyum manis, berkata lembut tetapi penuh penekanan.
"Lo pikir gue seneng, selama sembilan tahun hidup gue harus diatur terus ama lo, hm? Nggak, ya. Tapi sekarang, kita bukan temen sekelas, jadi udah gak ada lagi yg ngerusak mood gue. Ngerti?"Zico hanya melongo melihat kelakuan adiknya. Sementara gadis itu masih mempertahankan senyum manisnya yang dibuat-buat didepan Kafa.
"Ayo, bang, kita sekolah. Bye Kafa!" ajak nya pada Zico, sebelumnya dia tersenyum meledek pada Kafa.
"I-iya ayo. Duluan, Kaf!"
Kafa hanya mengangguk.
Zico menjalankan kembali motornya dan diikuti oleh Kafa. Kedua motor itu melewati gang yang masih sepi. Tak lama, Zhea menoleh pada Kafa.
'Kenapa daritadi dia ngikutin gue.' Batin Zhea bingung.
Pada saat Zico membelokkan motornya. Kafa pun ikut membelokkan motornya.
'Kok dia ikutan belok, sih.' batin Zhea makin tak tenang.
Sementara sudah beberapa kali belokan tetap saja dua motor itu searah. Kepala Zhea pusing dibuatnya, perasaannya sudah benar-benar tidak enak.
"Berhenti. Berhenti. Berhenti." titahnya pada Zico. Lalu memanggil Kafa. "KAFA BERHENTI, GAK!!"
Sontak kedua motor itu mengerem mendadak, lagi-lagi Zhea kembali turun dan menghampiri Kafa.
"Apa lagi?" sahut Kafa malas.
Zhea kembali tersenyum manis. Tentu saja itu hanya senyum yang dibuat-buat.
"Sebelumnya gue mau bilang makasih karena lo udah baik mau nganter gue." Tak lama ia melotot, segarang-garangnya. "Tapi ini jalan sekolah gue!! Arah sekolah lo kesana!! Jadi gue mau ke sekolah gue. Dan lo jangan ngikutin gue!!" pekiknya sambil berganti-gantian menunjuk arah jalan persis seperti tukang parkir.Kafa menghela nafasnya. Masih dengan raut tenang. Ia kembali menyalakan mesin motornya, bersiap untuk pergi. "Sorry, Zhe. Tapi ini jalan ke sekolah gue."
Deg.
Zhea hanya melongo ditempat. Melihat motor Kafa yang semakin menjauh. Sementara Zico berusaha sabar menghadapi adiknya ini.
"Zhe, yuk kita berangkat lagi. Nanti takut kesiangan loh, dek." ajak Zico penuh sabar. Dalam hatinya cowok itu sudah menyumpah serapah pada adiknya yang kelewat bar bar ini.
Zhea hanya mengangguk mengiyakan. Pagi ini moodnya tiba-tiba rusak karena harus bertemu dengan cowok itu.
Zico? Dia sudah gondok daritadi. Mengapa ia harus mempunyai adik seperti Zhea? Mau ditaruh dimana mukanya?
'Nggak lama gua pites lo, dek.' ucap Zico dalam hati.
***
TBC
Jangan lupa voment!
Lov u💕2 Juli 2020
4:31 a.m.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classmate
Fiksi Umum{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} _________________________________________ Kehidupan Zhea menjadi tak tenang ketika Kafa masuk ke dalam hidupnya. Ya, Kafa Alfareza. Cowok dingin nan datar yang sedari kecil selalu menyuruh Zhea untuk selalu berpenampil...