Menerjapkan matanya berusaha untuk beradaptasi dengan sinar matahari yang masuk lewat celah-celah gorden, Isle meregangkan kedua lengannya ke udara.
Perhatiannya tertuju pada jam yang ada di nakas samping tempat tidurnya, menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia menyandarkan punggungnya pada headboard tempat tidur, menarik nafasnya dalam sebelum menghembuskannya sedetik kemudian. Kepalanya masih terasa pening akibat jet lag dan kurang tidur. Semalam ia baru tertidur pukul tiga pagi, perbedaan waktu sungguh mengacaukan jadwal tidurnya.Isle mengumpulkan nyawanya sejenak, sebelum beranjak dari kasur menuju kamar mandi. Menatap bayangannya di cermin, ia tersadar akan betapa kacau dirinya. Kantung matanya mulai menghitam akibat kurang tidur dan stress beberapa hari ini karena permasalahan Mateo. Tapi itulah gunanya concealer, yang akan ia aplikasikan hari ini.
Setelah selesai mandi membersihkan diri, Isle langsung bergerak menuju walk-in closet miliknya yang telah diatur semua selama kepergiannya ke Inggris. Sebuah blouse putih dan blazer coklat muda menjadi pilihannya kali ini disertai rok yang berwarna senada. Wanita asal Inggris itu telah memutuskan untuk setidaknya menggunakan style dirinya sendiri, tidak seperti hari pertamanya kerja. Terlebih ia bekerja di majalah yang notabene memiliki nama besar di perindustrian, pakaian rapi adalah hal yang harus ia perhatikan.
Di depan pintu elevator, sudah ada Fred dan Gianno yang berpakaian seperti penduduk sipil biasa.
"Selamat pagi, nona McKenzie." Sapa keduanya dengan sedikit kekehan di akhir kalimat ketika haris mengucapkan nama McKenzie.
"Pagi." Jawabnya, meraih kopi yang diberikan oleh Gianno dari kedai kopi di sebrang jalan— yang tentunya telah di tes sebelumnya. "Terimakasih."
Memasukki elevator sendiri, meninggalkan kedua pengawalnya di elevator selanjutnya, Isle sesekali menyeruput kopi yang ada di tangannya. Ia sangat butuh kaffein untuk melanjutkan hari.
Pintu elevator terbuka, di sofa lobby sudah terdapat Fred yang sedari tadi telah menunggunya. Langkahnya terhenti ketika sebuah suara yang dirasa cukup familiar memanggil namanya.
"Ms. McKenzie!"
Sialan, ia tahu suara itu.
Ragu-ragu, Isle membalikkan tubuhnya— mendapati seseorang yang telah menempati pikirannya beberapa hari ini berdiri di hadapannyq.
Caleb Carson.
"Kau tinggal di sini?" Tanya pria itu langsung tanpa basa-basi. Dari sudut pandangannya, Isle dapat melihat Fred yang siap-siap berdiri menghampirinya khawatir. Isle dengan segera menggerakkan tangannya secara samar ke arah pria paruh baya itu memberi isyarat semua baik-baik saja.
"Ah, tidak... Mr. Carson. Hanya menginap sementara di tempat saudaraku untuk beberapa hari." Ujarnya dengan kebohongan. Seorang Skye McKenzie tidak mungkin tinggal di tempat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atomic Love
RomanceIsle Chamberway memilih hidup di luar bayangan Kerajaan Inggris sebagai wanita biasa, kendati statusnya sebagai tuan putri yang memang selama ini dirahasiakan keberadaannya. Semua orang tahu tentang Isle Chamberway, namun tidak dengan rupanya. Dan s...