1

32 6 0
                                    


"Aish,dimana sih benda itu"monologku sambil terus menghambur-hamburkan isi kotak coklat yang berukuran sedang ini.

Kotak ini adalah kotak tua yang berisikan benda-benda yang berkaitan dengan masa sma ku dan yang seperti kalian tahu, 95% isi dari kotak ini adalah bukui-buku pelajaran yang sudah usang dimakan zaman

dan 5% nya lagi adalah barang-barang kenangan dari teman-teman ku dahulu.

"Finally" ucapku ketika menemukan benda yang aku cari-cari selama ini. Benda itu adalah sebuah buku diary berwarna biru langit yang terlihat sangat tua tapi, aku yakin.

Kenangan yang ditorehkan didalamnya pasti tidak akan pernah tua dimakan zaman. Tapi, jika kalian bertanya milik siapa buku ini?? Maka buku diary ini adalah bukan milikku. Tapi milik seseorang yang aku kenal dahulu sekali

Aku beranjak menuju meja laptopku dan mulai membuka halaman pertama dari buku itu.

Yang berisikan info pribadi sang pemilik buku diary ini. Lalu ku buka lagi halaman kedua.

Disana terpampang sebuah foto yang berisikan 2 orang pemuda dan pemudi yang sedang bermain salju di depan halaman sekolah mereka.

Kalian tahu itu siapa?? Itu aku dan seorang Choi San

"HEIII!!"

Itu pasti suara yerim, dia selalu saja suka mengejutkanku hingga kepalaku berbenturan sangat indah dengan tembok kelas.

Aku mengeluh kesakitan dipucuk kepalaku. Lalu aku menatapnya malas

"Mau apa kamu??" Tanya ku ketus

Dan ia hanya tersenyum saja seperti tanpa dosa,

"Ketus banget, um maaf yah lagian juga tidur terus sih kamu" jawabnya sambil menarik kursi dihadapan ku.

"Tidur terus?? Sejak kapan?? Aku rasa baru 10 menit yang lalu" sanggahku sambil merapikan rambutku yang rupanya berantakan seperti singa

"Kamunya aja gak sadar, dari jam pelajaran pak seokjin sampe bu taeyon lanjut lagi sampe sekarang" jelas yerim

Aku mengerutkan alisku, secapek itu kah aku?? Sampai tertidur disepanjang pelajaran pagi tadi??.

"Cih,siapa suruh guru-guru kasih tugas gak kira-kira?? Kalau soalnya mudah kaya matiin kutu aja gapapa, ini soal kaya mau ikut seleksi masuk surga tau gak" omelku dan yerim hanya tertawa saja ketika aku mengomel.

Tapi seperti inilah konsekuensi ketika menduduki kelas 3 atau tahap akhir SMA.

Dia benar-benar terguncang sepertinya

"Daripada semakin gila lebih baik, ke kantin yuk" ajaknya sambil menarik tangan ku dengan paksa hingga hampir saja aku terjatuh jika aku tidak seimbang.

Ini namanya tidak mengajak tapi memaksa :))

"Jo yerim??"

Spontan aku dan yerim menoleh ke asal panggilan tersebut.

Seorang anak laki-laki rupanya

"Ya kena.. san??" Jawab yerim gugup

Oh rupanya anak laki-laki itu bernama san. Aku mengira namanya adalah sand yang berarti pasir.

Tentu saja hal itu membuat ku berfikir keras, ada saja gitu orang yang bernama pasir

"Kalian mau kemana??" Tanya san. Yerim melirik-lirk kearah ku dengan air wajah yang tidak bisa aku jelaskan

"Kita mau ke kamar mandi iya kekamar mandi" ujar jawab yerim berbohong lalu ia terkekeh dengan sangat terpaksa

"Bukannya kita mau ke kan-AWWW" ringisku,karena yerim memginjak kakiku dengan sengaja dan sangat keras seperti mengisyaratkan sesuatu. Tapi,Tentu saja itu sakit

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the lantern :: choi sanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang