🌸 PROLOG 🌸

37 11 9
                                    

Seorang pria berbaju, topi, dan penutup wajah serba hitam, berdiri jumawa di tengah ruangan yang setiap sudutnya berdinding tanah. Dia menyeringai menatap tubuh-tubuh tergeletak tak berdaya di bawahnya. Hatinya merasa puas setelah melakukan sesuatu yang menjadi kegemarannya.

Sementara, kelima jasad wanita begitu mengenaskan di tanah dengan cairan kental berwarna merah yang menggenangi.

Kepala masing-masing tak lagi diposisinya, tangan-tangan saling melintang tak beraturan, gumpalan otak terlepas dari tempurung kepala.

Satu di antara jasad itu, ususnya terbuai di tanah-- anjing liar rekannya, lahap menyantap. Sedangkan, empat wanita lain mendapat banyak luka tusukan dan tembakan di seluruh permukaan tubuh. Tancapan pisau diberbagai tempat seperti jantung dan kemaluan masih setia. Mata mereka sudah tak terbentuk lagi, remuk dengan darah yang tak henti mengalir dari rongganya.

"Sangat menyenangkan." Pria berbaju hitam itu tertawa sumbang.

Suaranya begitu menggelegar, membuat wajah gadis yang meringkuk di hadapannya begitu pias dengan banyak luka sayat di pipi tirusnya. Darah segar terus mengalir berasama air mata.
Sudah cukup, menangis pun tak ada gunanya.

Pria tersebut menatap sendu gadis yang ada di hadapannya. Bibirnya menyungging senyum smirk khas.

Berapa lama lagi aku akan seperti ini? Gadis malang itu membatin.

"Apa mau mu .... " lirihnya

"Bersenang-senang." Pria itu menjawab datar. Sunggingan bibirnya kian lebar, mengisayaratkan kebencian yang teramat dalam.

Pria itu melangkah santai. Tak menghiraukan mayat yang bergelimpangan di hadapannya. Senandung-senandung ria keluar dari bibirnya yang haus darah. Dia mendekati gadis yang meringkuk semakin ketakutan. Hujan di luar semakin deras menambah dingin yang menusuk tulang. Namun, tak mengurungkan niat pria itu untuk bersenang-senang terlebih dahulu.

"Sekarang giliranmu ya." Pria itu terkekeh pelan. Dia menekan sayatan yang ada di pipi gadis itu hingga sang gadis meringis kesakitan.

"Bagusnya kita mulai dari mana dulu ... gadis manis. Dari sini atau sini?" lelaki itu kembali mengeluarkan tawanya yang sumbang. Ketika ia berhasil menggores kaki dan tangan si wanita menggunakan benda dingin nan runcing yang ia pegang. Darah seger kembali mengalir dari setiap luka yang ia ciptakan.

"Bunuh saja aku!" Gadis itu berteriak kalap.

"Sssst." Pria itu meletakkan jari telunjuknya di bibir gadis malang. "Tidak secepat itu sayang!" tegasnya. Mengelus surai panjang yang menjuntai ke lantai. Surai itu lepek terkena cairan merah yang sedikit membeku.

Hujan di luar semakin deras. Menerpa dedaunan yang ada. Tak akan ada yang menyangka, di tempat lembab, gelap, dan sunyi ini akan menjadi sarang monster paling berbahaya di kota. Dengan kekejaman, nafsu dan hasrat ingin membunuh yang ia miliki.

Tak ada rasa iba yang di matanya, yang ada justru keinginan untuk terus melakukan kegemarannya.

MEMBUNUH

Heinous Killer City Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang