III

11 2 0
                                    

     Pagi yang cerah di awal bulan, kicauwan burung bersahut-sahutan, daun-daun terlihat kedinginan menandakan kota ini di guyur hujan tadi malam, beruntungnya manusia yang tinggal di kota ini, setiap hela nafasnya masih merasakan udara segar tanpa bercampur asap kendaraan.

       Sekujur bandanku rasanya sakit semua, sepertinya tadi malam sudah terjadi adegan baku hantam, entahlah setiap tidur dengan Bunga rasanya seperti sedang bergulat, tidur Bunga itu tidak karuan, kadang menendang, menonjok bahkan mengambil wilayah tidurku. kata orang sunda mah tidur sepeti itu disebutnya tidur MOTAH:tidur yang banyak gerak:

" bunga bangun, kau ada jadwal pagi ini kan?"

"iya-iya aku bangun".

      Bangunya Bunga seperti bangunya orang gila, Rambut yang urak-urakan membumbung tinggi seperti sarang lebah, muka kucel dengan bekas jalur air liur yang mengering di pipinya.

"Sudah berapa pulau yang kau buat?" tanyaku.

"kau tau danau toba? itu buatan aku haha".

"nuajis, yaudah aku mandi duluan".

     perlahan demi perlahan matahari mulai membumbung tinggi, aku dan Bunga bergegas menuju kampus.

🌞

              Aku mengela napas panjang, suasana kampus sangat tidak seperti biasanya, banyaknya kerumunan mahasiswa menandakan ada hal janggal, Aku segera menghampiri kerumunan tersebut terlihat olehku tiga orang laki-laki yang sedang berhadapan dengan 1 orang yang aku kenal ya itu Mahesa, terjadilah baku hantam yang tak sebanding itu, terdengar olehku percakapan yang samar-samar.

"Luh gak usah ikut campur, kalo luh tetep ikut campur hidup loh kelar"

           Tiga lelaki tersebut terus mengeroyok Mahesa sampai babak beluk, tak ada satupun dari sekian puluh mahasiswa yang melerai perkelahian tersebut.

       Aku tak sanggup lagi aku berlari menuju pekelahian tersebut, sekelilingku hanya menonton aksi nekatku melerai perkelahian tersebut.

"STOP... jangan pukul mahesa lagi". aku terus mengulang-ngulang kalimat tersebut.

       Tanpa sadar sebuah kepalan tangan menghantam hidungku seketika itu pandanganku menjadi buyar,yang terlihat olehku hanya wajah Mahesa yang perlahan meredup, Aku pingsan dengan cucuran darah di hidungku.

           Hampir 1 jam aku tak sadarkan diri, kepalaku pusing dan sakit di area hidungku. Di sampingku hanya ada Bunga yang terus memegang tanganku:

"Lan kau sudah sadar" tanya Bunga.

"apa yang terjadi?" tanyaku

"kau pingsan lan".

Seketika Aku teringat dengan kejadian tadi.

"Mahesa mana nga?" tanyaku.

"Mahesa lagi Mahesa lagi".

       Suara dorongan pintu terdengar, seorang laki-laki berkaos hitam datang menghampiriku, pikirku hari itu Aku ingin Mahesa yang datang, tapi ternyata yang datang bukan Mahesa melainkan Bisma.
Bisma mahasiswa fakultas tehnik semester akhir, Bisma adalah mantan terakhirku, kata Bunga, Bisma masih suka sama Aku dan masih nanyain kabar aku lewat Bunga.

"Aku dengar kamu pingsan mangkanya Aku kesini, mana yang kena pukul?" tanya bisma.

"ini," Aku menunjukan hidungku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

pecandu semesta [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang