Pergi

2 0 0
                                    

Aku Arial Aleksandra, ayahku merupakan keturunan darah biru. Keluarganya sudah turun-temurun dikenal sebagai golongan darah biru yang sangat disiplin, didikan dari kedua orang tuanya itu menjadikannya pribadi yang sangat disiplin, keras, rendah hati, dan bijaksana. Kehidupannya itu mengarahkannya menjadi seorang penegak keadilan di negeri ini. Ia begitu disegani, segala kasus ia selesaikan dan ia menangkan. Ibuku adalah wanita Jawa berparas cantik dan ayu yang sangat cerdas dan juga rendah hati. Mereka berdua seidas bagai benang, sebentuk bagai cincin. Namun kehadiranku di hidup mereka mengubah ayahku yang bijaksana dan lembut menjadi sangat arogan. Ya karena aku, aku lahir dengan keterbatasan fisik yang aku miliki. Salah satu kakiku mengalami kelumpuhan, hingga tongkat besi selalu menemani hidupku. Mungkin aku terlalu hina untuknya hingga dia sangat membenciku. Aku tak tahu kenapa Tuhan memberiku takdir seperti ini, apakah aku sangat berdosa di kehidupan yang lalu? Sungguh aku tidak rela melihat Ibuku yang selalu menjadi sasaran kemarahan ayahku karena selalu membelaku, anaknya yang tak berguna ini. Ingin rasanya aku marah kepada Tuhan. Namun aku harus kuat, mungkin ini adalah cara Tuhan untuk mengujiku karena aku tahu Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang begitu berat hingga tidak bisa diselesaikan oleh umatnya. Sepuluh tahun berlalu, kehidupan keluargaku mulai berubah. Kedua adikku lahir, hati ayahku mulai melunak dan beruntung mereka lahir tanpa adanya kekurangan sedikit pun. Senyum mengembang di bibir merahnya, "Bahagia" mungkin itu yang kini aku rasakan saat ini. Jujur aku merasa sangat iri dengan mereka, aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya disayangi oleh seorang ayah. Kiranya ketika aku berusia sembilan belas tahun aku nekat untuk pergi dari rumah, aku sudah muak dengan semua perilaku ayahku. Aku tak tahan, namun aku bertekad bahwa aku akan segera kembali dengan keberhasilan yang aku genggam. Hingga nanti ayahku sadar akan kehadiran diriku tidak membuatnya merasa malu atau merasa hina memiliki anak cacat sepertiku. Aku akan kembali dan segera akan ku cari kepercayaan ayahku.   

The PersistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang