• TIGA •

11 2 1
                                    

Sudah 2 jam Izrel menunggu di cafe itu. Ia sudah bosan karena yang dia tunggu belum datang juga. Izrel mendengus sebal kemudian bangkit dari duduknya.

Izrel berjalan menuju pintu dan memegang gagang pintu. Ia bersiap untuk menarik pintu itu, namun di luar dugaan, pintu itu terdorong dari luar.

Kaki Izrel bergerak mundur. Kepalanya mendongak menatap seseorang yang baru saja membuka pintu cafe. Mata Izrel menajamkan penglihatannya.

Seorang cowok berwajah tampan dengan baju santainya terkejut melihat Izrel yang berdiri di hadapannya. Berbeda dengan Izrel yang tersenyum miring melihat kedatangan cowok itu.

"Dua jam menunggu, ternyata usaha gue nggak sia-sia," ucap Izrel bergumam pelan.

Cowok itu mengernyit.

"Hello Ardel," sapa Izrel.

Cowok itu--Ardel--terkejut saat namanya disebut oleh Izrel. Apalagi dengan senyuman sinis di wajah Izrel beserta tatapan meremehkannya. Membuat Ardel merasa pertemuan mereka untuk yang kedua kalinya adalah pertemuan yang salah.

"Dimana istri pura-pura lo?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Izrel seolah sedang meledek Ardel. Ardel menahan raut wajahnya agar tetap datar seolah setiap ucapan yang keluar dari mulut Izrel tidak berpengaruh padanya.

"Maaf. Tapi, Anda menghalangi jalan saya."

Ketika Ardel bersuara, Izrel menatapnya dengan pandangan terkejut. Izrel manggut-manggut kemudian menyingkir untuk memberi akses jalan buat Ardel.

Ardel berjalan masuk ke dalam cafe. Melewati Izrel yang terus menatapnya tanpa berkedip sekalipun. Bahkan pandangannya seolah sedang menilainya.

"Jangan menatapku terus. Itu membuatku risih," ucap Ardel.

Izrel menaikan satu alisnya. "Emang gue ngeliatin lo? Pede banget lo jadi cowok," katanya kemudian berlalu pergi.

Ardel terdiam di tempatnya. Ia menoleh ke belakang melihat kepergian Izrel yang berjalan dengan angkuh. Bahkan Izrel berjalan selayaknya seorang model terkenal.

"Cantik sih tapi bar-bar," ucap Ardel mengkritik.

Izrel berjalan menuju mobilnya dan menekan tombol unlock pada kunci mobilnya sehingga pintu mobil terbuka dengan sendirinya.

"Dasar cowok," gerutu Izrel kemudian masuk ke dalam mobilnya.

Izrel menutup pintu mobilnya. Ia menarik nafas panjang kemudian tersenyum sinis. Izrel mengambil ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp untuk ia kirim sesuatu sebagai balasan pada Amanda.

Izrel_El
I have your secret too, bitch

Tak berselang lama, Izrel langsung mendapat balasan dari Amanda.

AmandaGrace
Send a location

Izrel tersenyum puas. Ia menaruh ponselnya di kursi sebelah.

"Well, let's meet bitch," ucap Izrel yang langsung menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas.

Mobil Izrel melaju menuju lokasi yang baru saja di kirim Amanda. Dalam perjalanan, Izrel ditemani dengan iringan musik favoritnya. Benar-benar membuatnya lebih bersemangat.

Sesekali Izrel mengetuk-ngetuk jarinya di stir mobil mengikuti irama musik. Izrel juga ikut bernyanyi untuk memperindah suasana.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Izrel tiba di lokasi yang dituju. Izrel menginjak pedal rem untuk memberhentikan mobilnya.

Izrel menatap sekeliling. Melihat ke luar jendela untuk memastikan jika tempat yang ia kunjungi adalah tempat yang benar.

Drrt drrt

Izrel melirik ponselnya yang berdering. Izrel mengambilnya dan melihat satu notifikasi yang masuk dari WhatsApp. Izrel membukanya karena penasaran.

AmandaGrace
I see your car, babe.

Izrel mendongak dan menemukan Amanda yang berdiri tak jauh dari mobilnya sedang melambaikan tangan. Izrel menatapnya dengan sorot mata tajam.

Izrel keluar dari mobilnya tanpa membawa apapun. Mobilnya pun tidak dikunci. Bahkan mesin mobilnya tidak dimatikan. Tidak perlu takut kemalingan, karena tempat yang menjadi pertemuan mereka ini sangat aman dan jauh dari keramaian.

"Hey babe! How are you?" tanya Amanda begitu Izrel tiba di hadapannya.

Izrel tertawa sinis. "Harusnya gue yang tanya begitu. How are you bitch?"

Amanda menggeram marah.

"Well, gue ke cafe yang biasa lo kunjungi. Dan lo tahu siapa yang gue temui disana?"

Amanda diam. Ia tidak tahu. Dan ia penasaran. Tapi, tidak mungkin jika ia harus bertanya pada Izrel. Izrel bisa saja menertawakan dirinya.

"I met your fake husband."

Izrel diam menunggu reaksi Amanda. Tanpa menunggu lama, wajah Amanda memucat dan tubuhnya bergemetar. Tapi, itu tidak berlangsung lama. Karena Amanda dengan mudahnya mengontrol emosinya.

"Lo nge-stalk gue?" tanya Amanda tersenyum sinis.

Izrel menggeleng. "Pertanyaan lo salah. Yang benar, apa yang Ardel omongin tentang lo?"

Tangan Amanda mengepal. Ia menahan diri untuk tidak menyerang Izrel. Bisa-bisa dirinya ambruk seketika.

"Ayo tanya," perintah Izrel.

"Apa yang Ardel omongin tentang gue?" tanya Amanda.

Izrel tertawa. Ia tidak menyangka jika Amanda akan langsung menurutinya begitu saja. Tenang, ini baru permulaan.

"Ardel bilang lo adik tirinya," jawab Izrel yang mampu membuat Amanda terdiam.

Izrel mengangkat ponselnya dan menunjukan sebuah foto pada Amanda. Foto kebersamaan Amanda dengan Ardel bersama orangtua mereka. Lebih tepatnya, foto keluarga baru Amanda.

Amanda menatap foto itu. Ia menggeram kesal dan menatap Izrel sinis.

"Apa mau lo?" tanya Amanda yang membuat Izrel tersenyum lebar.

"Akhirnya lo paham juga, ya?"

Amanda mendesis tak suka. Ia tidak tahu dimana Izrel mendapatkan foto itu. Padahal, Amanda berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan foto keluarga barunya dari publik.

"ID Line dan nomornya," ucap Izrel memberitahu keinginannya.

"Atas dasar apa lo minta ID Line dan nomornya?" tanya Amanda penasaran.

Izrel tak menjawab. Ia sibuk menekan-nekan layar ponselnya dan setelahnya ia menunjukannya pada Amanda.

"Bagi kontaknya atau foto ini gue posting ke medsos," ucap Izrel mengancam.

Sial! Rutuk Amanda.

Amanda mengambil ponselnya dari dalam tas. Amanda membuka aplikasi WhatsApp dan mencari nama Ardel disana. Kemudian, ia memberikannya pada Izrel.

"Gue cuman bisa ngasih lo nomornya. Kalau ID Line, lo bisa minta sendiri sama Ardel."

Izrel mengangguk paham. Ia segera menyimpan nomor Ardel di ponselnya.

"Tugas gue udah selesai. Gue pergi dulu," pamit Izrel kemudian pergi meninggalkan Amanda yang terdiam di tempatnya.

Sebelum Izrel masuk ke dalam mobil, Izrel menatap Amanda yang juga menatapnya.

Dengan sedikit berteriak, Izrel mengingatkan Amanda. "Jangan pernah nunjukin diri lo lagi di depan gue," katanya.

Izrel masuk ke dalam mobilnya dan langsung menginjak pedal gas setelah ponselnya ia taruh di kursi sebelah.

Selepas kepergian Izrel, masih di tempatnya, Amanda merutuki dirinya sendiri. Bahkan ia berteriak kesal.

"Kenapa sih, gue nggak pernah bisa ngelawan jalang itu?"

BadGirl LoveStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang