• EMPAT •

9 2 2
                                    

Yang suka sama cerita ini tolong dihargai dengan memberi vote dan comment yaa!!

Selamat membaca!❤

***

"Darimana aja lo?"

Pertanyaan itu yang pertama kali terdengar di telinga Izrel begitu ia memasuki rumah. Izrel menoleh ke asal suara dan melihat James yang duduk di sofa bersama Letta.

Mata Izrel melotot lebar. Izrel berlari menghampiri mereka. Ah, lebih tepatnya menghampiri Letta, sahabatnya.

"LETTA!"

Izrel langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Letta hingga membuat Letta tertidur di sofa. James yang melihat itu hanya menggeleng pelan karena kelakukan adiknya.

"Gila! Gila! Gue kangen banget sama lo, Let!" ucap Izrel sembari memeluk Letta erat.

Letta tertawa lepas saat Izrel memeluknya erat. Letta juga merasa senang karena bisa bertemu dengan Izrel. Setelah hampir 2 bulan mereka tidak bertemu karena Letta yang sibuk kuliah dan Izrel yang sibuk dengan sekolahnya.

James berdiri dan menjauhkan Izrel dari Letta. James memeluk Izrel yang berontak ingin kembali mendekati Letta.

"James! Lepas! Gue masih pengen peluk Letta!"

James menggeleng. "Nggak! Lo nggak boleh peluk dia lagi. Dia bisa mati kehabisan nafas, Rel!" tegasnya.

Izrel membuka mulutnya lebar-lebar. "WHAT?!" pekiknya.

James melepas pelukannya dan menatap Izrel yang kini berbalik menatapnya. Wajah Izrel memerah dan itu tandanya ia sedang kesal.

Tanpa menunggu lagi, James segera berlari menghindari pukulan yang siap diberikan Izrel padanya. Izrel mengejarnya dan sesekali melempar bantal yang ada di sofa pada James.

Letta yang memperhatikan mereka hanya bisa tertawa melihat kekonyolan kedua kakak-beradik itu. Letta sudah cukup lama tidak melihat hal itu, jadi Letta akan menikmati pemandangan yang disuguhkan padanya dengan sangat baik.

"James! Sini lo!" teriak Izrel kesal.

James menunduk saat Izrel melemparinya dengan bantal.

"Nggak kena!" ledek James sambil menjulurkan lidahnya.

Izrel semakin kesal. Ia berlari dan melompat. Izrel jatuh tepat di atas tubuh James. Lebih tepatnya, Izrel menindih James.

"WOI BANGUN!! SAKIT!" teriak James mencoba menjauhkan Izrel dari atas tubuhnya.

Izrel menggeleng. "Nggak! Ini akibatnya karena lo secara nggak langsung bilang gue gendut!" ucapnya kesal.

James mengaduh kesakitan. Tubuh Izrel berat, walau tidak terlalu. Tapi tetap saja menyakitkan kalau ia menindihnya dalam keadaan kesal. Apalagi kalau sedang marah.

"Hei Rel! Udahan ah, kasihan tuh kakak lo," ucap Letta menghampiri Izrel dan James.

Izrel dan James sama-sama menoleh ke arah Letta. James tersenyum senang karena penyelamatnya telah datang. Letta menarik lengan Izrel agar ia berdiri dan membiarkan James bisa merasakan kelegaan.

"Beruntung ada Letta. Kalau nggak, lo nggak akan bisa selamat!"

James menghela. "Kalau nggak ada Letta ya kejadian ini nggak bakalan terjadi," cibirnya.

Izrel menggeram membuat Letta segera menariknya menjauh.

"Rel?"

"Hm?"

"Berhubung ini kali pertama kita ketemuan setelah sekian lama, gimana kalau kita masak-masak di dapur?" tanya Letta memberi saran.

Izrel berpikir sejenak. Masak-masak? Tidak terlalu buruk.

"Okay, Let's go!"

Letta tertawa saat Izrel membawanya menuju dapur. Sejenak Letta berbalik, melihat James yang tersenyum menatapnya. Letta tersenyum saat James mengucapkan terima kasih tanpa bersuara padanya.

James terus melihati kedua gadis itu sampai mereka menghilang di balik tembok. James beralih menatap lantai yang kini dihiasi beberapa bantal karena ulah Izrel.

Dengan berat hati, James mengambil bantal-bantal tersebut dan menaruhnya kembali di sofa. Setelahnya, James duduk menyandar di sofa.

"Pada akhirnya, gue yang harus bersihin sendiri. Punya adik kok gini-gini banget hidup gue?" gerutu James.

James mengambil remote TV dan menyalakan TV. James mengganti saluran TVnya menjadi saluran berita.

"Terjadi pembunuhan di sebuah perumahan elit CW blok D. Kasusnya terjadi pada malam hari pukul 22:00 WIB dan masih belum diketahui siapa pembunuhnya."

James menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berdecak pelan setelah mendengar berita tersebut. Berita mengenai kasus pembunuhan yang pembunuhnya saja belum diketahui.

Apalagi, perumahan elit CW itu adalah perumahan dimana James dan Izrel tinggal. Mereka tinggal di blok H, sangat jauh dari blok D. Tapi blok yang jauh tidak menjamin keselamatan mereka.

"Izrel dan Letta nggak boleh tahu tentang berita ini. Kalau mereka tahu, bisa-bisa rumah jadi kosong dalam sekejap."

James mendongak, menatap langit-langit rumah mereka.

"Gue harus bisa jagain mereka. Tapi nggak harus buat mereka cemas juga."

James membuang nafas kasar. Ia memejamkan matanya. Sampai ia merasakan sebuah helusan hangat di dahinya.

"Nonton apa James?"

James tersentak. Ia membuka matanya dan tangannya bergerak mengambil remote TV lalu segera mengganti saluran TV menjadi acara hiburan.

Letta menatap James bingung karena mendadak mengganti saluran TV. Ia merasa ada yang James sembunyikan. Tetapi, dia tidak mau bertanya lebih.

"Hanya acara biasa," jawab James tersenyum.

James menatap Letta. "Duduk," pintanya.

Letta menurut. Duduk di sebelah James dan menyadarkan kepalanya di bahu James. James mengelus rambut Letta lembut.

"Izrel mana?" tanya James.

"Di dapur. Lagi cuci tangan," jawab Letta.

James mengangguk. Ia menatap TV bersikap seolah ia sedang menonton. Kenyataannya, pikiran James sedang kacau.

Bagaimana kalau pembunuh itu datang ke rumah mereka? Bagaimana kalau pembunuh itu bertemu dengan salah satu dari mereka? Bagaimana kalau pembunuh itu membunuh salah satu dari mereka?

Izrel, adik James satu-satunya. Harapan yang ia miliki setelah Letta. Seorang gadis yang harus ia jaga sampai ia tiada. Adik yang sangat berharga buat James.

Letta, pacar James yang paling James ingin lindungi setelah Izrel. Pacar yang memiliki sejuta kenangan bersama James. Masa lalu yang dimiliki Letta membuat James harus melindunginya.

Sementara dirinya, tidak boleh sampai terbunuh. Karena, James merupakan pelindung bagi kedua gadis itu. Satu-satunya harapan yang mereka punya di dunia ini.

"James?" panggil Letta menyentuh punggung tangan James.

James menatap Letta. "Ada apa Sayang?" tanya James.

Letta tersenyum hangat. Ia tahu kalau ada yang sedang dipikirkan James. Tapi, kalau cowok itu tidak memberitahunya berarti ia tidak berhak tahu.

"Kalau udah siap buat cerita, cerita ya ke aku!" pinta Letta memohon.

James mengangguk. "Iya," katanya.

Tanpa mereka sadari, Izrel ada disana. Berdiri di belakang mereka dan mendengar semua pembicaraan mereka. Pandangan Izrel menajam. Tangannya terkepal.

Izrel menatap James dengan pandangan menusuk. Ia berjanji akan membuat perhitungan dengan James. Izrel tidak akan mengampuni James setelah ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BadGirl LoveStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang