Sebuah Tanda

12 1 0
                                    

Aku sama sekali tidak tidur tadi malam. Anehnya aku tidak merasa ngantuk semalaman ini. Hari ini girilan kami untuk menyiamkan makanan. Seperti biasa Harry selalu telat bangun membuat kami kerepotan menyiapkannya berdua.

Setelah menyiapkan makanan aku langsung pergi kesekolah. Aku ingin menanyakan tentang mimpi buruk eric semalam. Sepertinya mimpinya itu berhubungan dengan ku. Hanny dan Harry sempat menahanku. Akupun sempat pusing mencari alasan agar bisa pergi duluan. Setelah menemukan alaasan yang tepat akupun pergi berlari meninggalkan mereka.

Aku pikir jika aku kembali ke taman aku akan menemukan eric di sana. Ternyata dugaanku benar. Eric sepertinya baru berangkat kesekolah. aku ingin menanyakannya kepada Eric. Tapi kenapa setelah bertemu dengannya nyali ku jadi kecil.

"Ayo lah zoey, yang perlu kamu lakukan hanyalah pura-pura kebetulan bertemu lalu tanyakan padanya." Aku menutup mataku dan berusaha mengumpulkan semua keberanian yang kupunya.

"Ada apa?"

aku mendengar seseorang bertanya pada ku. "Suaranya terdengar tidak asing. Seperti... tunggu tidak mungkin dia kan?" aku berbisik pada diriku sendiri. Mataku masih terpejam tidak berani kubuka.

"Ada apa?" ini kedua kalinya kalimat itu diucapkan. "Ini aku Eric." Ia melanjutkan kalimatnya yang membuatku terkejut.

Ini sudah terlanjur. Lagi pula ia sudah berada di depan ku. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Aku menyapanya sesuai dengan rencanaku. Terlihat seperti orang yang kebetulan bertemu. Tapi Eric hanya tersenyum melihat ku.

"Ma...mau kesekolah ya?" tanyaku basa-basi. Aku berusaha bersikap santai. Tapi sebenarnya sekarang ini aku sudah mati konyol. Pertanyaan macam apa yang kulontarkan barusan. Sudah jelas jika jawabannya ia. Tapi aku tetap menanyakannya.

"Ayo kita pergi bersama?" Eric kembali tersenyum. Aku mengiyakannya dengan ucapan yang terbata-bata.

Perjalanan dari tempat ini ke sekolah memakan waktu sekitar lima belas menit. Setidaknya aku punya sedikit waktu untuk menyiapkan diriku untuk bertanya kepadanya. Aku ragu-ragu berjalan di sampingnya. Hampir separuh jalan sudah kami lewati. Sepanjang perjalanan Eric hanya diam.

"Eric..." aku memulai percakapan dengan ragu-ragu. Eric berhenti tepat saat namanya dipanggil.

"Soal kejadian semalam. Apa..." belum selesai aku bicara Eric sudah memotongnya.

"Apa semalam kamu tidak tidur?" ucap eric memotong pembicaraan ku.

Aku menggeleng. Aku pikir dia tau dengan apa yang akan ku tanyakan ternyata ia mengganti topik pembicaraan ku. Keberanian sudah ku kumpulkan sejak tadi malam hilang sudah saat dia menanyakan pertanyaan yang aneh seperti itu.

"Apa itu terlihat jelas?" aku memegang kedua mata ku memastikan tidak ada lagi lingkaran panda.

Eric hanya diam menatapku. Lalu ia kembali berjalan. Sisa perjalanan ke sekolah kami lalui dengan keheningan. Tidak ada dari kami yang berbicara bahkan sepatah katapun.

***

Pelajaran kali ini adalah kimia. Aku sangat bersemangat untuk mengikutinya. Kerana pelajaran kali ini akan di lakukan di laboratorium. Semua murid dikelas ku Tampak telah mempersiapkan dirinya. Jas labor berwarna putih turut melengkapinya.

Karena pelajaran kali ini berhubungan dengan senyawa kimia kami akan di bagi dalam beberapa kelompok. Aku membacakan semua anggota kelompok yang sebelumnya telah dibagi oleh guruku.

Kelompok 1,2,3 dan 4 sudah kubacakan. Tapi namaku belum terlihat. Harry ternyata masuk kedalam kelompok 2 sedangkan Hanny masuk ke dalam kelompok 3. Aku merasa kecewa karena tidak satu kelompok bersama mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AXTONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang