Lisa baru saja menyelesaikan ritual mandinya ketika handphone nya berbunyi. Sunyum gadis itu mengembang melihat nama kontak yang tertera pada layar ponselnya. Hmm.. dari Mamanya.
Lisa segera mendekatkan handphone tersebut pada telinga kanan nya.
"Halo mah" sapa Lisa sambil tersenyum manis.
"Tumben Mama telfon Lisa, ada apa?"
"Langsung keintinya aja ya sayang. Mama juga minta maaf sama kamu."
Nafas Lisa tercekat, apa ini seperti yang Lisa duga?
"Mama sama Papa bakal cerai, dan besok adalah sidangnya. Kamu bisa dateng?"
Tubuh Lisa membeku seriring dengan air matanya yang mulai berjatuhan. Lisa mengulum bibir bawahnya menyembunykan suara tangisan nya. Sekujur tubuhnya serasa lemas sekarang.
"Sayang?"
Lisa menggeleng pelan, dengan cepat gadis itu segera mengusap air matanya.
"A-ah iya mah, Lisa dateng kok"
"Maafin Mama sayang..."
Lisa menggigit bibir menahan air matanya yang akan kembali keluar.
"Mama n-ngga perlu minta maaf"
Lisa cepat cepat mengusap air matanya yang kembali turun.
"L-lisa ngga papa kok"
"Yaudah, Mama tutup ya.... See you soon"
"Hmm.." balas Lisa pelan menutup sambungan telfon.
Didetik berikutnya pertahanan Lisa runtuh. Tubuhnya terperosot lemas. Air mata berlomba lomba turun. Lisa terisak menangkup wajahnya sendiri.
Bertahun tahun lamanya, saat Lisa tahu hari ini akan datang. Hari dimana keluarganya akan hancur spenuhnya. Lisa, Lisa hanya tak menyangka akan terjadi secepat ini.
Sesak. Rasanya sesak sekali. Lisa menepuk nepuk dadanya mencoba menghilangkan rasa sesak yang sialnya semakin bertambah di dadanya.
Hari ini, hari yang selalu Lisa takutkan. Lisa tak bisa menghindari walau rasanya gadis itu juga tak siap menghadapinya.
Lisa kembali menggigit bibirnya kuat kuat. Gadis itu rindu, rindu sekali rasanya. Rasanya mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Lisa tersenyum miris meratapi dirinya sendiri. Lisa harus bagaimana sekarang?
Lisa tau Lisa jarang sekali mengingat Tuhan. Tapi bisakah sekali ini Ia mengabulkan doa Lisa? Doa agar semuanya kembali seperti semula.
***
Jeon melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Lisa. Gadis itu.. Jeon kembali tak melihat gadis itu disekolah tadi.
Seperti biasa, Jeon memarkirkan motornya di halaman rumah Lisa. Ia segera mengetuk pintu berharap gadis itu yang akan membukakanya.
"Eh den Jeon?" sapa Bi Lastri begitu melihat Jeon.
Jeon mengulum senyum tipis lalu menundukan kepalanya sekilas, "Mm.. Bi, Lisanya ada?" tanya Jeon sambil melirik lantai dua tepatnya kearah kamar Lisa.
"Ah, Non Lisa teh..."
Jeon kembali melajukan motornya menuju pengadilan. Bi Lastri bilang hari ini adalah sidang perceraian orang tua Lisa. Ia memarkikan motor dan berlari tergesa gesa menuju ruangan persidangan yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh Bi Lastri.
Langkahnya terhenti ketika melihat Lisa yang baru saja keluar bersama seorang wanita yang ia duga adalah Mama Lisa, juga seorang pria yang menggandeng wanita lain dengan seorang gadis dibelakangnya.
Jeon mengerti jika Pria tersebut adalah Papa Lisa. Ah.. Rupanya ia bersama wanita lain.
Jeon mengulum senyum tipis menatap Lisa. Kenapa gadis itu selalu terlihat baik baik saja meskipun mengalami masalah sebensar ini?
Jeon melihat Lisa yang pergi menggunakan mobil meninggalkan pengadilan tersebut. Jeon kembali mengikutinya. Dugaanya, Lisa akan pergi ke apartemen gadis itu untuk menenangkan diri.
Jeon terus mengikuti Lisa hingga gadis itu memasuki gedung tersebut. Jeon menatap aneh gadis itu saat ia menekan lantai paling atas tempat dimana rooftop berada. Kendati begitu, Jeon tetap mengikutinya.
Lisa sama sekali tak menyadari keberadaan Jeon disana. Gadis itu menangis tersedu sedu, berteriak melampiaskan sesak didadanya.
Jeon tetap berada disana, ia melihat semuanya. Lisa yang hancur menjadi kepingan terkecil. Lalu gadis itu yang barusaha menyatukan kepingan demi kepingan itu kembali agar terlihat kuat.
Jeon menatap Lisa lemat lemat, rasa sesak membendung didadanya melihat gadis itu hancur. Seperti Jeon juga bisa merasakan nya sendiri, setetes air mata turun dari pelupuk mata pemuda tersebut.
Tiga puluh menit berlalu hingga akrinya Jeon memberanikan diri untuk menghampiri Lisa.
"Mau disitu sampe kapan hmm?"
Pertanyaan Jeon membuat gadis itu menoleh. Jeon tak seangaja memandang kedua manik gadis itu, tedapat sedikit air mata tersisa disudut matanya. Keberanian Jeon untuk berbicara menghilang seketika.
Sementara, Lisa terlihat terkejut melihat presensi Jeon. Gadis itu bertanya tanya bagaimana bisa Jeon tau ia ada disini, Lisa bahkan tak memberitahukanya pada siapa pun. Sekali lagi Jeon terasa begitu ajaib setelah bisa mengetahui rumah, kontak, bahkan keberadaan Lisa hari ini.
Lisa bisa merasakan ketulusan disetiap tindakan Jeon. Lisa dapat merasakan kehangatan yang diciptakan oleh pemuda itu sendiri.
Oleh karenanya, Lisa membiarkan Jeon mambawanya pergi dari sana. Gadis itu tersenyum mengiyakan ajakan Jeon. Lisa bahkan tak peduli jika dirinya adalah gadis kesekian yang diperlakukan begitu manis seperti ini. Nyatanya, Lisa sudah terjatuh dalam pesona Jeon.
Seharusnya Lisa tau, keberanian sebesar apa yang pemuda itu kumpulkan hanya untuk mengajak Lisa pergi dari rooftop itu. Tidak, tidak, jangankan mengajak, untuk berbicara saja Jeon harus menyusun kata demi kata, dan merapalkanya berulang ulang kali.
____________________________________
'please don't break my heart'𝓱𝓸𝓹𝓮 𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓹𝓻𝓮𝓬𝓲𝓸𝓾𝓼𑁍
𝓵𝓸𝓯𝓽𝓯_𝓵𝓴
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCENCIEL GIRL:caritas | Lizkook
Fanfiction#𝐋𝐮𝐯𝐞𝐧𝐚𝐥𝐢𝐛𝐮𝐬𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐄𝐍𝐃 𝐋𝐢𝐬𝐚, 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐝𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐲𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐝𝐢𝐡𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐉𝐞𝐨𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐚𝐫𝐢𝐤 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐧𝐲𝐚. 𝐉𝐞𝐨𝐧 �...