Hawa mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa berat akibat ia kesulitan tidur tadi malam. Suasana dikamarnya hening sekali, hanya ada suara dentingan jarum jam dinding dan suara ayam yang sesekali berkokok sesuai kebiasaannya.
Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan waktu telah memasuki sepertiga malam ke tiga. Sudah tiba saat baginya untuk bercengkrama dan berkeluh kesah pada Rabbnya.
Ia pun bangkit dari tidurnya, semua temannya terlihat amat pulas kecuali Rina, sepertinya ia terganggu dengan para nyamuk yang tak pernah lelah menghisap darah mereka.
Ia berjalan menuju tempat wudhu yang terletak tak jauh dari asramanya. Suasana masih sepi, hanya ada beberapa santri yang sudah berkutat dengan kitab-kitabnya, tak jarang diantara mereka malah sudah tertidur dengan kitab yang masih menganga berharap untuk terus dipekajari.
Dibasuhnya segala anggota wudhu, tak terkecuali wajahnya yang akhir-akhir ini tampak sendu. Setiap Orang pasti memiliki masalah dan Hawa tak mungkin terhindar dari hal itu, tapi terkadang air mata mengalir tanpa dapat dibendung, walau bibir tak pernah mengeluh kecuali pada Allah sang maha kuasa yang maha membolak balikkan keadaan hambanya.
Ia sholat dengan khusyuk, sangat khusyuk sampai-sampai mukenanya basah oleh air sebening permata miliknya. Rasanya menangis pada Rabbnya adalah cara mengekspresikan kepedihan akan jalan hidupnya yang entah sudah berlangsung berapa lamanya.
Ia mengeluh, mengeluh dengan keadaan keluarganya yang teramat miskin, ditambah lagi kangmasnya yang semakin hari justru semakin menjadi-jadi, ia bahkan tak pernah berfikir untuk berhenti dari dunia malam dan permainan judinya. Apalagi kedua orang tuanya kini sudah teramat tua hingga kesulitan walau hanya untuk sesuap nasi.
Sedangkan Hawa, gajinya mengajar dipesantren ini tidaklah seberapa, pesantren ini bukanlah pesantren yang besar dan mewah, namun santrinya sudah ribuan jumblahnya. Dan lagi, pesantren ini banyak memberi kemudahan administrasi bagi para santri yang berlatar belakang keluarga tidak mampu. Jadi anggaran yang menopang pesantren tidaklah besar sehingga mengakibatkan minimnya upah para asatidz asatizah.
Mohon kritik dan sarannya🙏🙏🙏
Jangan lupa klik bintangnya😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Hawa & Air Mata
Spirituale"Cinta adalah anugrah yang patut disyukuri, tapi apakah aku harus bersyukur, jika cinta datang disaat aku telah terikat janji suci?" Hawa, wanita yang tumbuh dan berkembang dilingkungan pesantren dengan latar belakang keluarga yang teramat tidak mam...