Suara-nya yang keras sangat menusuk telingaku.
Lagi, lagi dan lagi.
Tidak pernah ada hari dimana ia tidak berteriak padaku, dan mungkin tidak akan pernah ada.
Kalau ditanya apakah aku menyesal karna telah memilih-nya, aku akan dengan lantang mengatakan "YA!".
Ah, andai saja aku benar-benar bisa mengatakannya.
Aku bosan.
Aku bosan mendengar kata-kata makian-nya setiap jam, tapi aku beruntung karna kali ini tangannya tidak melayang padaku.
"Sudah kubilang padamu berkali-kali setidaknya pakai-lah make up saat di luar rumah!! Apa kau tidak malu saat mendengar ejekan orang-orang?!"
Kukira, kali ini dia tidak melayangkan tangannya padaku, tapi ternyata aku salah.
Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan-ku yang putih.
"Seharusnya aku tidak pernah jatuh hati padamu!!" Teriak-nya, lalu pergi meninggalkanku sendirian di ruangan yang sempit dan gelap ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Point Of View
Non-FictionOrang orang selalu bilang kalau kami memiliki iman yang lemah dan tak ber-Tuhan. Tidak bisakah kalian lihat sekali saja dari sudut pandang kami?