Pukul 10.00 WITA, Gita dan ranselnya terdampar di Bandara I gusti Ngurahrai Denpasar karena jam 10 lewat 12 nanti pesawat akan take off. Seperti yang diramalkan, Gita gak bisa lama-lama di Lombok.
Kemaren dia sudah diskusi bareng Bang Pigi staff bawahan Gita sampai jam 8 malem, Gita bahkan sampai ketiduran saking capeknya.
Dan hari ini dia ada janji ketemu dengan klien yang kemaren minta konsul ketemu Gita secara personal. Terbang dari Denpasar ke Jakarta bisa makan waktu sekitar dua jam kurang lima menitan, perjalanan dari Bandara Soetta ke rumah Gita bisa 1 jam an kalau nggak macet. Tapi kayaknya macet karna ini weekend guys. Duh nasib!
Untung kemaren Bang Pigi ngatur pertemuan jam 4 sore jadi Gita nggak buru-buru amat.
"GITA"
Gita berhenti melangkah, ia baru saja landing di Jakarta dan sudah disambut munculnya suara misterius. Dan sayangnya lagi... Gita hafal suara itu, dalam hati ia cuman bisa mampus-mampus.
Tepat setelah itu bahunya dipegang seseorang, Gita dipaksa berputar menghadap sang pemanggil.
Cengiran Gita terpampang jelas diwajahnya, "Hehehe, bang... Kok di Jakarta?" Satu-satunya jalan adalah berpura-pura bego.
Untuk infromasi, Gita bukanlah anak satu-satunya, dan barusan itu kakak laki-laki Gita yang manggil.
"Lo bikin ulah mulu perasaan" ujarnya nggak santai. Gita buka mulut tapi mingkem lagi, kayak mau ngebantah tapi gak ada kata-kata yang mau keluar.
"Apa lo? Mau ngebantah gue?" gak pengen jadi perhatian orang, karena nada bicara abangnya Gita ini lumayan naik satu oktaf, Gita milih buat meluk lengan abangnya. Seperti saat dia menenangkan anjingnya di rumah saat anjingnya ngambek.
"Ayo balik dulu abangku sayang, Gita bawa oleh-oleh buat Princces Elsa"
"Lo tuh ya!?"
Gita menahan malu membujuk Bang Eldo untuk menuju ke parkiran mobil.
"Princces Elsa gimana.. udah enggak flu lagi kan bang? Kak Panpan gimana kabarnya?"
Bang Eldo, the one and only kakak laki-laki Gita. Dia menutup pintu mobil nggak santai saat mendengar adik perempuannya bicara, seolah-olah Gita itu gak ada hak untuk ngomong dan Gita harus diem gak boleh bacot dulu.
"Gak usah ngalihin pembicaraan ya lo"
Gita manyun mendengar nada Bang Eldo yang judes banget. Kayak Gita baru aja melakukan kesalahan fatal. Lagian kan semua orang terdekat Gita juga tahu kalau Gita tuh punya kebiasaan jelek banget tiap ada masalah dia pasti kabur. Dulu pas SMA dia cuman bisa kabur ke rumah Sanya, pas kuliah dia kabur ikut temen luar kotanya pulang kampung, sekarang udah kerja dia kabur sendiri ke luar pulau!
Walaupun gitu, Gita anak bungsu.. cewek pula. Ya kalah lah sama Bang Eldo macem Hercules gini badannya. Setelah terjadi tawar menawar sedikit sama Bang Eldo, akhirnya mengalirlah cerita Gita kali ini. Mulai dari drama papa minta saham- eh, minta Gita nikah sampai mama yang udah bikin janji buat Gita blind date kali ini.
"Hahahahah"
Tuh kan gak jelas banget Bang Eldo ini, dia tadi marah-marah ke Gita sekarang malah ngetawain Gita. Moodnya berubah sangat ekstrim.
"Akhirnya lo kena juga ya, dulu gue digituin mama" Gita nggak menjawab, ia masih mode manyun.
"Habis lo kenal laki-laki brengsek semua sih, ga ada benernya" sambung Bang Eldo bikin Gita makin gerah. Rasanya pengen Gita anjing-anjingin aja ini orang. Aduh ati-ati kualat Git.
"Ya gue sih gak masalah sama pernyataan lo barusan bang, emang kenyataannya gitu. Tapi jadi bener dong.. keputusan gue buat nggak pengen nikah!" sekarang Gita mulai mencari pembelaan, Bang Eldo yang yang mendengar itu cuman berdecak.
"Lo sama Ai gimana?" pertanyaan Bang Eldo ini kadang suka random banget, kayak sekarang buktinya.
"Ai siapa ya, jangan ngadi-ngadi lu" Gita memilih sibuk dengan ponselnya ketimbang menanggapi celotehan Bang Eldo. Mumpung ada sopir, ya nggak.
"Alah mantan lo itu" kali ini Gita menoleh.
"Hah" Muka tolol nggak percaya Gita muncul, Bang Eldo juga cuman natap horror ke Gita.
"Si ketua angkatan lo itu dulu?" Tanya Gita memastikan yang dijawab anggukan oleh Bang Eldo, wah nggak waras memang abangnya itu.
"Fahrain Denino?" Sekali lagi Bang Eldo mengangguk mantap.
Gak ada angin gak ada hujan, Gita ketawa terbahak-bahak. Bang Eldo sampai miris melihat tingkah adeknya satu itu. Gak sadar sampai air ludahnya muncrat kemana-mana. Sebenarnya mereka ini sama-sama gila.
"Lo nggak bercanda kan bang? Gue sama dia?" Lagi-lagi tertawa, di sela-sela tawanya dia juga mengumpat.
"Sinting lo Git" Ucap Bang Eldo menanggapi. Anak siapa sih ini.
"Gue sama dia kan udah bubar pas smester dua gue kuliah bang" Gita mengambil kaca kecil di dasbor mobil, untuk mengecek kerutan-kerutan kecil akibat ia tertawa terlalu heboh tadi. Sepertinya Gita butuh skincare-an sehabis ini. Gawat kalau kerutan-kerutan diwajahnya mulai terlihat.
Disisi lain Bang Eldo diam, bukan karena dia nggak peduli jawaban sinting adeknya. Tapi karena jawaban adeknya yang mencengangkan. Kenapa bisa jawabannya beda gitu antar manusia?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
HALOOO, READERS... MAAF BUAT UPDATEAN YANG TELAT INI. HARAP DIMAKLUMI LAGI MENGEJAR WISUDA TAHUN INI.
SEMOGA CERITA KALI INI MENGHIBUR :) PENASARAN CERITA SELANJUTNYA? PANTENGIN TERUS UPDATEAN GITA STORY YAA! BYE ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go Git!
ChickLitGita bilang, "Ra, lo kalau nggak pandai nulis deskripsi.. skip aja deh. Gak usah di heboh-hebohin, mending mikir promosi aja gimana ini cerita banyak yang baca dan bisa ngehibur mereka, daripada otak lo panas mikir deskripsi ginian! Hahah!" Jadi men...