Hai, Ta!

10 1 0
                                    

10 tahun lalu,  satu minggu sebelum tahun baru.

Dista suka bersih-bersih. Dia mau-mau saja bersih-bersih kamar mandi, dapur, ruang tamu semua ruang di rumah kecuali satu, kamar kakaknya. Kalau sekali saja Dika tahu bahwa adiknya itu yang membersihkan kamarnya, seterusnya dia akan minta tolong Dista untuk membersihkan kamarnya dan semakin malas untuk membersihkannya sendiri. Dista sadar kakaknya itu bisa dibilang ganteng dan pinter tapi sangat berantakan. Sulit menyuruh kakaknya agar menjaga kerapian. Tidak akan heran jika setiap hari selalu mendengar Bu Tris ngomel karena anak lelakinya yang tak mau menjaga kerapian kamarnya sendiri.

Pengecualian hari ini, Dista mau membersihkan kamar Dika, mengepel lantai sampai kinclong, mengelap semua yang perlu dilap, menata komik-komik kakaknya di kardus yang sebelumnya hanya ditata di bawah meja belajar karena rak buku mininya sudah tidak muat dan menunggu seorang Dika membeli rak lagi untuk komik-komiknya, mungkin saat itu Detektif Konan dimatikan di komiknya sendiri. Kalau saja hari ini kakaknya tidak akan pulang mengajak teman kuliah sekaligus teman satu kamar kosnya untuk menikmati liburan semester tiga perkuliahan mereka sekaligus menikmati akhir tahun di Madiun, mau Ibunya marah pun Dista tidak akan mau membersihkan kamar kakaknya. Sedang, hari ini juga Bu Tris semangat sekali ke pasar membeli daging karena malam ini satu keluarga ditambah satu tamu akan makan rawon.

Dista tahu bahwa Ibunya sangat tidak hobi memasak daging, sedangkan rawon adalah makanan super berat favorit Dista, dan karena janji makan rawon nanti malam lah Dista, dengan berat hati mengiyakan ketika disuruh membersihkan kamar kakaknya. Kalau tidak ada rawon, mungkin dia akan sepenuh hati dan tanpa pikir panjang menolak.

Bu Trisno datang setelah tepat saat Dista selesai dengan kegiatan 'Bedah Kamar spesial kamar Dika'

"Assalamualaikum!" Bu Trisno masuk rumah setelah membayar ojeknya.

"Waalaikumsalam" jawab Dista

"Lama banget sih, Bu" komentar Dista saat sedang ikut mengeluarkan belanjaan ibunya yang tidak terlalu banyak tapi baru pulang setelah 5 jam di pasar.

"Tadi ketemu Bu Retno. Katanya, si Bayu pengen masuk ITS kayak Masmu. Yaudah lah ngobrol biasa masalah Masmu dan ITS"

Dista sangat haqqul yaqin bahwa ibunya tidak mungkin hanya membahas pendidikan anaknya ketika bertemu dengan Bu Retno sang maha tahu.

"Oooh! Tapi Mas Bayu mah kalau mau masuk ITS ya gampang-gampang aja, laa yo juga sekolah di SMAGA juga toh"

"Iya, tapi katanya masih bingung mau masuk UGM atau ITS"

Anak pinter semua sama saja! Batin Dista yang heran dengan tingkah laku manusia-manusia pintar macam kakaknya atau Mas Bayu.

"Yaudah! Sholat dhuhur trus bantu Ibu di dapur ya. Malam ini kita harus menjamu tamu dengan baik" kata Bu Trisno lantas hengkang menuju kamarnya.

Jadi, ibu masak rawon bukan buat aku? Ratap Dista dalam hati. Ada yang remuk di dalam sana, dan itu adalah hatinya.

**
Hampir maghrib tapi Dika belum datang juga, Dista sambil menahan lapar duduk santai saja dengan bapaknya di depan TV sedangkan Bu Trisno dari tadi tidak bisa duduk tenang.

"Pak! Dika ditelpon dong" rengek Bu Trisno pada Pak Trisno untuk ke lima kalinya.

"Paling masih di nganjuk" Jawab Pak Trisno santai.

"Polang paling polang paling! Dika nggak pernah pulang lewat maghrib loh"

"La kan berangkatnya dari Surabaya juga sorean toh, Bu" ucap Dista menenangkan ibunya.

"Ya kan tapi dia motoran"

"La kan sejak semester satu Mas Dika sudah motoran sendiri kan, Bu" Dista mulai jengkel dengan ibunya.

Unexpected Guest [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang