"Dik! Hapemu bunyi loh!" Teriak Dika dari kamarnya.
Dista berlari dari arah dapur, menengok sekilas ke dalam kakaknya untuk melihat kakaknya sedang sibuk di depan iMac-nya, sebelum masuk ke kamarnya sendiri untuk mengangkat telepon.
"Hal.."
"Nduk! Masih sibuk nggak?" tanya Bu Trisno dari sebrang sana.
"Ada apa, Bu?"
"Jangan lupa, anterin makan buat pak tukang ke rumahnya Mas Rendra, ya!"
"Iya! Ini nanti dibelikan nasi apa?"
"Terserah! Yang penting dua porsi. Nanti bawakan es teh atau apa terserah di teko. Nanti tekonya biar diambil sekalian Mas Rendra pulang kantor"
Ya siapa yang mau nunggu Pak Tukang minum es teh sampe habis?
"Oke, Mami!"
"Yowis! Bye!" Lantas menutup telponnya.
Bye?
Mempunyai orangtua yang sibuk, sudah cukup membuat Dista dan Dika mengandel pekerjaan. Keluarga mereka sudah terbiasa untuk bekerja sama saat ada kepentingan, saling back-up, meminimalisir untuk memperkerjakan orang lain. Seperti saat ini, ketika Pak Trisno sedang sibuk di Pemkot, Bu Trisno yang sedang sibuk di kantor Pos tempat kerjanya sejak tiga tiga puluh tahun yang lalu, dan Dika yang sedang sibuk ngubek-ngubek desain website di iMac-nya, Dista sebagai orang yang longgar sejak deadline pekerjaannya sudah selesai dua jam lalu, maka, pekerjaan memberi makan pak tukang yang merenovasi calon rumah Rendra jatuh padanya.
Adzan dzuhur selesai berkumandang digantikan suara sholawatan dan pujian saat Dista menghentikan motornya di halaman rumah Rendra. Melihat dua motor yang sudah terparkir di sana dan memberi perhatian lebih pada honda CBR warna hitam legam dengan plat D. Sebelum banyak berpikir sebuah tawa beberapa lelaki terdengar dari dalam rumah.
"Assalamualaikum!" Dista masuk ke dalam ruang rumah yang langsung menyuguhkan ruang terbuka seperti ruang tamu di rumahnya, tapi di rumah ini masih belum ada satu prabotan pun.
"Waalaikumsalam!" jawab beberapa suara dan satu orang dengan kulit gelap karena mungkin terlalu lama terpapar sinar matahari muncul dari balik bagian belakang rumah yang terlihat masih kotor.
"Dista!" Rendra muncul. Masih dengan celana hitam dan kemeja warna biru laut seperti tadi pagi saat berangkat ke kantor. Tapi kali ini, dengan lengan kemeja yang sudah digulungnya dan rokok yang menyala di antara jari tekunjuk dan jari tengah tangan kanannya membuat Rendra semakin terlihat cool. Apalagi dengan berjalan ke arah Dista, membuat Dista semakin grogi.
"Oalah! Ini toh istrinya Mas Rendra!" Ucap orang yang pertama muncul.
"Ohiya! Mana?" Satu orang lagi muncul.
Amin! Amin! Amin! Amin... panjang ampe tahiyat Batin Dista. Dengan wajah yang memerah menahan malu dia masih berharap omongan pak tukang menjadi terkabul, apalagi ini waktu antara adzan dan iqomah.
Rendra hanya tertawa, mengambil kantong plastik dari tangan kanan Dista dan sebuah teko dari tangan kirinya.
"Bukan! Ini Dista. Adiknya Dika" ucap Rendra akhirnya.
"Ealah" ucap pak tukang nomor satu.
"Oo Mas Rendra pacaran sama adiknya Mas Dika?" Ucap pak tukang nomor dua.
Rendra tertawa lagi. Mungkin kalau Dista sedang tidak grogi menahan malu sudah dipandangi wajah Rendra.
"Makan siang dulu, Mas Agus, Pak Iput" ucap Rendra menghampiri dua tukang tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/225010817-288-k379959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Guest [ON GOING]
RomanceDika akan menikah dalam waktu satu minggu. Sebagai adik yang baik tapi sibuk, Dista akan di rumah satu minggu sebelum hari-H. Namun satu hal yang membuat Dista shock, dia tak menyangka bahwa Rendra akan datang ke pernikahan kakaknya. Tidak secepat i...