Setelah sekian lama, akhirnya aku merasakan bagaimana sentuhan tangannya.
Tahukah apa yang paling bahagia dalam hidup? Ketika berhadapan langsung dengan seseorang yang disukai.
Bagiku, tidak apa jika tak memilikki, bisa dekat seperti ini saja sudah cukup.
———
Lamunan Seungwan seketika melebur saat dirinya merasakan ada yang menyikut lengannya. Siapa lagi kalau bukan adik sepupunya, si Kim Petit. Mendelik dengan memberikan kode agar segera melepaskan jabatan tangannya dari seorang Bae Joohyun.
Paham dengan kode itu, Seungwan langsung melepaskan tangannya secara cepat. Lalu berdiri dari duduknya dan berniat untuk meninggalkan keduanya.
"Oppa, mau ke mana?" tanya Yeri pelan. Bukan suara yang dipelankan, melainkan gerak bibirnya. Agar Seungwan bisa membaca lewat gerakan bibir Yeri.
Tak menjawab, Seungwan hanya menyampaikan lewat kode bahasa tubuh. Di mana ia akan mengirimkan pesan untuknya melalui ponsel.
Yeri yang paham akan situasi pun harus merelakan kakak sepupunya itu pergi dari hadapannya. Ia tahu pasti Oppa kesayangannya itu sedang tidak ingin diganggu. Yeri juga tahu, kalau sebenarnya, kakak sepupu kesayangannya itu menyukai wanita yang sekarang sedang bersamanya. Menatap kepergian Seungwan yang tiba-tiba, tanpa berpamitan pula. Terlebih, laki-laki itu diam saja sedari tadi.
"Dia mau ke mana?" tanya Joohyun penasaran.
"Ah itu, emm.. sepertinya ada hal penting yang ingin Oppa lakukan." jawab Yeri seadanya dengan senyuman yang canggung.
"Boleh aku duduk di sini?" tanya Joohyun sambil menatap Yeri.
Yeri balik menatap Joohyun di depannya, sedikit membulatkan kedua bola matanya tak percaya. Karena, bagaimana bisa seseorang yang populer ingin duduk bersamanya di sebuah taman kampus seperti ini? Mimpi apa Yeri semalam?
"Halloow~" panggil Joohyun sambil mengibaskan tangannya di depan muka Yeri.
Masih dengan wajah bengongnya, Yeri menyilahkan Joohyun untuk duduk. "A-ah, y-ya, bo-boleh.. silahkan saja, Unnie.."
"Umm.. maafkan kalau aku lancang, sebelumnya, aku boleh kan memanggilmu dengan sebutan 'Unnie' ?" tanya Yeri sedikit takut.
Joohyun menoleh pada Yeri, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Tentu boleh, kenapa tidak?" balasnya ramah.
Kemudian, keduanya larut dalam obrolan santai mereka. Entah itu tentang kesukaan atau lingkungan di sekitar kampus. Yeri sangat antusias dengan obrolan ini, ia merasa senang sekaligus nyaman dengan Joohyun, begitu sebaliknya. Padahal, mereka dibilang baru saja berkenalan saat itu juga. Tapi, rasanya mereka sudah kenal sangat lama.
"Ah~ ini menyenangkan.." celetuk Yeri, membuat Joohyun menoleh padanya.
"Aku setuju.." balas Joohyun sambil tersenyum. "Kau asyik juga, mau jadi adikku? Aku anak tunggal, tidak menyenangkan rasanya ketika tidak punya teman curhat atau teman bermain seperti ini." imbuh Joohyun sedikit curhat.
Yeri menatap Joohyun iba, lalu tangannya terulur untuk mengusap pelan punggung Joohyun.
"Unnie bisa menganggapku adik Unnie. Aku juga senang bisa memilikki kakak perempuan yang cantik dan populer seperti Joohyun Unnie." ucap Yeri antusias ditambah dengan menampilkan gigi ratanya pada Joohyun.
Seketika Joohyun tersenyum sambil menatap Yeri. Menggemaskan sekali Yeri ini, pikirnya. "Gomawo, Yeri-ya~" senyum gemas Joohyun sambil tangannya mengusap sayang kepala Yeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencinta Tanpa Kata [✔]
FanfictionBercerita tentang seorang laki-laki yang jatuh cinta pada satu sosok wanita idaman para lelaki di kampusnya. Tetapi apakah mungkin dirinya mampu mendapatkan wanita itu? -"Apakah aku pantas untuk mencintainya?"- -"Apakah aku pantas untuk berdampingan...