#Part2

484 34 3
                                    

"Yoori, sepertinya aku tidak bisa menjemputmu sore nanti, sahabatku akan berkunjung ke galeriku, aku benar-benar minta ma'af sayang", ucap Namjoon di balik ponselnya ketika menghubungiku.

"Umm" Tidak apa-apa Oppa, lagipula setelah pulang dari cafe, aku akan pergi ke studio tari, aku sudah sangat rindu melatih otot-ototku ini", balasku terkekeh.

"Baiklah sayang, kalau begitu aku akan menjemputmu di studio tari saja, apakah kau akan pulang malam?", tanya Namjoon.

"Aku belum tahu Oppa, tapi kemungkinan aku akan selesai berlatih menari hingga pukul 8 malam", balasku lagi.

Sejak kecil aku memang sangat suka menari dan saat ini aku sangat suka menari ballet, dan memang ballerina adalah keturunan dari mendiang Ibuku, sebenarnya aku juga ingin menjadi ballerina seperti mendiang Ibuku, tapi aku belum terlalu bisa menggelutinya dan hanya menjadikannya hobi semata.

"Kalau begitu aku akan menjemputmu pukul 8, setelah itu aku ingin kau menemaniku makan malam", ucap Namjoon lagi terdengar renyah dengan tawanya.

"Baiklah, Oppa", balasku dengan sedikit suara manja kemudian menutup telfonnya.

Setelah selesai dengan pekerjaanku, aku memutuskan untuk segera bergegas menuju studio tari sore itu juga, namun sepertinya langit tidak begitu bersahabat denganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai dengan pekerjaanku, aku memutuskan untuk segera bergegas menuju studio tari sore itu juga, namun sepertinya langit tidak begitu bersahabat denganku.

Baru saja berjalan beberapa langkah tiba-tiba saja hujan turun dengan sangat deras dan aku langsung saja berlari menuju halte bus yang memang tidak begitu jauh jaraknya dari cafe tempatku bekerja untuk berteduh, namun aku baru menyadari jika tidak hanya aku yang berteduh di tempat ini, ada sosok yang sepertinya tidak asing bagiku, sosok itu kini sama-sama tengah berteduh di sebuah halte tua dengan penampakan mobilnya yang di parkirkan tepat di sebelah kanan halte dimana kami berteduh.

"Bukankah kau membawa mobil? Mengapa kau harus berteduh di halte ini?", tanyaku padanya yang sedari tadi menyilangkan kedua tangan di dadanya,nampaknya dia baru saja pulang bekerja, itu terlihat dari seragam dokter yang masih menempel di tubuhnya.

Sekilas dia hanya menatap ke arahku dan dia kembali membuang pandangannya tanpa menjawab pertanyaan dariku. Sepertinya dia tipe pria yang angkuh.

"Jika kau tidak mau menjawab pertanyaan ku juga tidak apa-apa", ucapku menggerutu sendiri.

"Apakah aku mengenalmu? Jika tidak, kau tidak perlu menanyakan hal yang seharusnya memang tidak perlu kau ketahui", balasnya dengan nada yang terdengar sangat dingin di telingaku.

"Ciiihh" Dia fikir dia siapa?", gumamku dalam hati, rasanya aku ingin sekali mencabik bibirnya yang bermulut pedas itu.

"Lihatlah! Hujan sudah mulai reda, pergilah dari tempat ini!", ucapnya tiba-tiba tanpa menatapku dengan suaranya yang masih terdengar dingin menyebalkan.

"Tidak perlu kau beri tahu pun aku juga akan pergi dari tempat ini, memangnya siapa yang mau berlama-lama dengan manusia bermulut pedas seperti dirimu", balasku sembari cepat-cepat bergegas meninggalkan pria menyebalkan itu sendiri.

❤️ S.H.M.I.L.Y ❤️ 🔞 ( See How Much I Love You ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang