III

16 2 0
                                    

Perkuliahan hari ini selesai yang artinya kita semua bisa pulang ke rumah atau kosan masing-masing lalu tidur. Tapi tidak denganku. Aku, Lana, Ghina, Noora dan kedua temanku yang lain harus berada dikampus karna adanya kerja kelompok yang tugas paper nya harus dipresentasikan besok.

Seperti biasa, kita selalu nugas di perpustakaan atau di lobby kampus. Ih keren kan kampus gue ada lobby nya, gadeng. Tapi karna deadline yang sudah mepet dan artinya harus dikerjakan dengan penuh konsentrasi, akhirnya kita setuju untuk ke perpustakaan buat ngerjain paper nya.

Mungkin atas kurangnya aku berdoa ke Tuhan hari ini, baru aja masuk ke perpus dan meletakkan tas di loker, aku melihat seseorang dengan kaos berwarna hitam dan sepasang sepatu converse miliknya yang sedang fokus melihat layar laptopnya. Terlihat dimejanya banyak sekali buku-buku dan skripsi punya perpus yang terbuka dan bertumpuk. Refleks, aku langsung bersembunyi dibalik punggung Lana.

"Eh bego! Kaget gue!" Kata Lana yang berbalik menghadapku dan menepuk keras pundakku. Aku hanya mengisyaratkan nya untuk diam sambil melirik kearah seseorang tersebut. Dia pun paham dan langsung bertindak seolah tidak terjadi apa-apa.

Ghina, Noora dan kedua teman sekelasku sudah duduk manis di meja pojok perpustakaan. Lagi-lagi karna kurangnya doa di hari ini, keempat temanku itu memilih meja yang bersebrangan dengan meja orang tersebut. Lana yang berjalan didepanku tiba-tiba berhenti dan berbalik sambil berkata 'anjrit sebelahan Lun' tanpa suara. Aku hanya mengangguk pasrah dan lanjut jalan ke meja ku.

"Kalingga. Woy. Ssstt.. ssttt.." panggil Noora bisik-bisik kearah seseorang yang kuhindari tersebut dan yang dipanggil hanya diam karna dia memakai earphone, mungkin ga kedengeran.

"Woy Kalingga." Panggil Noora sekali lagi tapi dengan suara normal, tidak berbisik. Yang dipanggil pun menengok dan melepas salah satu earphone nya.

"Apaan?" Jawabnya. Setelah sadar yang memanggilnya si Noora, dia pun langsung melihat ke semua orang yang ada di meja ini.

"Eh ada Luna ternyata. Hi Lun." Sapanya sambil tersenyum manis. Eh tunggu, manis?

"Hi Ling. Lo sibuk banget nih kayanya." Sapaku dengan nada pasrah karna ternyata aksi sembunyi-sembunyiku sia-sia. Noora dan keempat temanku yang lain langsung kembali ke sibukannya masing-masing. Seolah membiarkan aku untuk mengobrol dengan Kalingga.

"Ngga ah. Lo kali yang sibuk, chat terakhir dari gue aja belum dibales sama lo." Ucapnya sambil tertawa pelan dan kembali fokus dengan laptopnya.

Anjrit bikin malu gue aja ni anak!

Aku langsung membuka aplikasi Line di handphone ku dan ternyata memang ada 2 pesan masuk diroom chat Kalingga yang belum aku baca.

Kalingga

Iye iye bawel lo
Balik gue tungguin ya Lun, gue diperpus oke?
Read.

Oh jadi sebenernya dia di perpus cuma alibi aja buka buku sebanyak itu? Wow niat juga. Aku pun menengok untuk melihatnya tapi ternyata dia sudah memperhatikanku saat aku membaca pesannya. Dia pun tersenyum tulus lalu berpaling ke layar laptopnya lagi.

Kalingga 1 - Kaluna 0

✨✨

Sudah pukul 7 malam yang artinya perpustakaan sudah tutup dan disini lah kami ber-7, duduk melingkar di lobby kampus.

Iya ber-7. Kalian lupa masih ada Kalingga yang out of nowhere nungguin aku pulang?

"Luna, si Kalingga nungguin lo balik ini?" Tanya Ghina dengan cueknya, untung Kalingga masih memakai earphone nya.

"Iya Ghin. Gue juga bingung tiba-tiba nungguin gue balik. Masalahnya gue takut ngerepotin anjir. Siapa gue coba ditungguin sama dia."

"Emang temen gue ini kalo pdkt ga nanggung - nanggung. Bangga gue." Ucap Noora sambil menepuk pundak Kalingga dengan bangga dan direspon dengan "Apaansi nyet" milik Kalingga.

Oia, Kalingga ini mahasiswa tingkat akhir yang lagi pusing-pusingnya ngerjain skripsi. Jadi dia bukan seangkatan denganku, makanya Ghina gatau siapa dia. Awal aku kenal sama Kalingga cuma tau kalau dia temennya Noora. Waktu itu Kalingga mau minjem ke Noora buku pengantar ilmu komunikasi buat skripsinya dia, tapi Noora gak punya. Dengan jurus sok kenal nya Kalingga, dia bertanya kepadaku. Aku hanya diam dan menatapnya bingung.

"Eh lo ada buku pengantar ilmu komunikasi gak? Kalo ada gue pinjem dong buat skripsi gue nih."

"Ini lo nanya ke gue?"

"Iya dong, masa gue nanya ke pintu dibelakang lo."

"Ohh hehehe. Ada kok. Besok gue bawain."

"Yes! Thank you... eh siapa nama lo?" Tanya nya sambil menjulurkan tangan. Aku pun menjabat tangannya, "Gue Kaluna." dan disaat bersamaan dia pun menyebut namanya, "Gue Kalingga."

"Dahhh Noora dahhh Luna!! Kapan-kapan gue traktir makan ya Lun biar ga banyak bengong! Hahaha" Teriaknya sambil melambaikan tangannya dan menjauh

Ya kira-kira seperti itulah awal aku dan Kalingga berkenalan.

Jam menunjukkan pukul set 9 malam, aku melirik Kalingga yang sedang membereskan barang-barangnya dan dimasukkan ke dalam tas. Aku dan keempat temanku menyemangati Ghina yang fokus mengetik di laptopnya. Akhirnya bunyi ketikan yang cukup keras terdengar dibarengi dengan hembusan nafas senang dari Ghina.

"Dah kelar yeyy!"

"Yuk cabut dah malem, ntar gue dikunciin ibu kos nih." Kata Noora

"Gaes, gue cabut duluan ya. Gaenak udah ditungguin daritadi. Kalian pulangnya hati-hati!" Pamitku sambil melambaikan tangan kearah mereka yang disambut teriakan, "lo juga hati-hati Lun!"milik Lana

Kalingga sudah menungguku di depan pintu keluar kampus. Dengan senyum gugup aku mencolek lengannya.

"Yuk gue udah kelar."
Kalingga menoleh dan tersenyum senang.

"Lun mau makan dulu atau langsung cabut?" Tanyanya saat aku dan dia sudah berada dimobilnya

"Mau nasi bebek deh."

"Dih ga takut gendut lo?"

"Gue lapeeeer banget woyy. Kayanya nasi bebek malem-malem gini enak." Ucapku sambil mengelus perut, membayangkan nikmatnya bebek goreng bumbu hitam yang pedas ditambah nasi hangat dan segelas es teh manis.

"Oia, soalnya lo kan udah gendut hahahaha." Ucap Kalingga yang disambut pukulanku berkali-kali dilengannya.

"e-eh Luna gue lagi nyetir bego." Aku pun tertawa menanggapi ucapannya yang serius bercampur muka paniknya

"Karna lo ngatain gue gendut, nasi bebek dan segelas es teh manis lo yang bayar ya!" Kataku yang disambut anggukan pasrah milik Kalingga

✨✨✨

"Woy Lingga! Makasih ya udah traktir gue hari ini. Gilaaak nasi bebeknya zuara!" Seruku

"Iye iye gue denger gausah teriak-teriak Lun. Sama-sama ya. Dah ye lo diem, mulut lo bau bebek." Cibirnya sambil berpura-pura menutup hidungnya dan tertawa

"Ya Allah untung gue ditraktir, kalo ngga gue gebuk lo."

Setelah membayar, aku dan Kalingga masuk ke mobil dan melanjutkan kembali perjalanan menuju rumah. Well, Kalingga is not bad as I thought before. He's a good friend.

✨✨✨

Vomments yey!🖤

Click!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang