"Bisa nggak sih, sehari aja hidup Lo nggak ngeganggu orang lain?!"
-Ayna Nafeesha Keenan***
Disebuah lapangan SMA Nasional High sudah dipenuhi dengan siswa kelas sebelas yang sedang melangsungkan pelajaran olah raga. Sebagian anak laki-laki bermain bola sebagian bermain basket. Sedangkan anak perempuan ada yang bermain bulu tangkis, kasti, sisanya duduk leyeh-leyeh di lapangan tidak melakukan apapun.
Wajar saja sebagian murid santuy dengan aktifitasnya masing-masing, ada yang rebahan, ghibah, bahkan sebagian ada yang malah mabar game cacing yang sedang happening dikalangan SMA Nashigh. Pak Reza guru mata pelajaran Penjaskes seharusnya membina pelajaran olah raga kali ini, tetapi guru itu malah pergi meninggalkan lapangan sejak tadi entah kemana perginya.
"Lo tau Arga, nggak? Dia sekarang pacaran sama Elisabet anjir!" celetuk Bianca, gadis blasteran Indonesia-Belgia itu dengan nada membara. Betapa semangatnya ia jika sudah menyerempet hal-hal yang berbau ghibah.
"Maksud Lo Elisabet anak kelas sepuluh yang anaknya Pak Tian guru fisika?" Balas Andini tak kalah membara.
"Iya, anjir gue nggak rela ya Arga jadi milik dia."
Arga, cowok kelas sebelas yang menjabat sebagai ketua OSIS, tipe-tipe cowok idaman wanita deh. Cowok yang sering diberi julukan paket komplit oleh cewek-cewek Nashigh. Cowok super jenius yang menjadi sorotan di sekolah, bukan cowok dengan kacamata setebal buku tagihan utang, apalagi cowok cupu yang rambutnya dipotong poni.
Arga justru lebih sering di mirip-miripkan dengan Verrel Bramasta, aktor ganteng pemain sinetron yang gantengnya bukan main.
"Apa sih cakepnya Arga?" Ayna tiba-tiba menimpali ucapan kedua sahabatnya.
Kedua cewek itu menatap Ayna horor, sedangkan yang ditatap justru memasang tampang tak berdosa.
"Lo harus beli korek kuping biar mata Lo nggak silinder," balas Bianca sadis. Sedangkan Ayna justru menggedikan bahunya tak mau tahu.
Gadis itu beranjak dari duduknya.
"Mau ke mana, Ay?" tanya Andini.
"Mau ngambil air putih di kelas," jawab Ayna. Gadis itu segera bergegas meninggalkan kedua sahabatnya hendak untuk menuju ke kelas.
Belum ada lima langkah ia berjalan, tiba-tiba saja sebuah bola basket mendarat tepat di kepala Ayna, membuat gadis itu meringis kesakitan. Ia mengelus kepalanya, untung saja aman, tidak ada pendarahan atau hal lain yang mengerikan, tapi tetap saja kepalanya terasa pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Refano
Teen Fiction"Jika mencintai tanpa memiliki itu wajar, jadi memiliki tanpa mencintai juga sama wajarnya, kan?" -Refano Angga Januar. "Selalu bersama dan menyimpan perasaan, bukan tak ingin mengungkapkan, namun ada banyak ketakutan yang harus dipertimbangkan. Seb...