"Lepasin!!" Alivia meronta saat kedua lengannya dicengkram dan di seret ke kamar pembantu oleh kedua anak buah Astha.
"Brukk!!" Via di dorong ke dalam kamar. Dirinya sampai terpental di kasur.
"Aww.." terasa sakit karena kasurnya keras dan berdebu.
"Mulai sekarang kamu tidur di sini. Mending di jual aja dari pada tidur di tempat kumuh begini. Kalau kamu dijual, kamu bakal tidur di kasur yang empuk. Syukur dapet lelaki kaya yang bisa tidur sama kamu. Kamu minta apa saja pasti di kasih. Dasar cewek bego" ucap salah seorang anak buah Astha.
"Dasar cowok geblek.. mending aku tidur di sini. Daripada aku menjual diriku. Setidaknya kedudukanku lebih terhormat dari mereka yang menjual dirinya."
"Jaman sekarang masih ada yang berfikir kolot seperti kamu ya? sekarang itu yang penting duit Non. Jangan sok kamu." ucap salah satu anak buah Astha
"Halah biarin aja. Namanya juga baru dari kampung. Masih jual mahal. Nanti lama-lama kalau ga kuat juga bakalan ngemis-ngemis sama Tuan Astha buat dijual juga. Mana tahan dia dikasih makan satu kali sehari dan tidur di tempat berhantu seperti ini." ucapan Anak buah Astha yang lain membuat Alivia ketakutan.
'Apa dia bilang berhantu?' Alivia mengedarkan pandangannya di kamar yang berukuran kecil itu. Banyak sarang laba-laba di langit-langit kamar. Hanya ada satu Almari berukuran kecil.
"Ini jadwal harianmu Nona sombong. Kerjakan mulai pagi. Jika kamu terlambat, maka bersiaplah Tuan Astha akan menghukummu." Kedua anak buah Astha pergi meninggalkan Alivia. Dia membaca dari atas jadwal harian untuknya sebagai pembantu. Bisa dibilang dari bangun tidur sampai tidur lagi, Pekerjaannya tidak berhenti.
"Astaghfirullah.. Ya Allah kenapa engkau berikan hamba ujian sebesar ini? hamba hanya ingin jadi orang baik. Tapi kenapa harus terjebak di tempat seperti ini?" Alivia menangis di dalam kamar. Dia ingat tujuan dia datang ke kota metropolitan ini adalah ingin bertemu dengan teman Ayahnya. Dan dia ingin melanjutkan kuliah di kota ini. Kalau dia harus jadi pembantu di tempat semacam ini? bisakah dia meraih cita-citanya? Via mengusap airmatanya. Dia ingat jadwalnya sebentar lagi adalah mencuci pakaian Tuan besarnya. Astha. Entah siapa nama panjangnya. Alivia tak akan peduli. Sambil menunggu waktu mencuci, Via membersihkan kamarnya. Baru duduk di kasur saja badannya sudah gatal. Apalagi untuk tidur. Alivia menggotong kasurnya ke luar kamar. Dia membawa ke lorong terdekat dengan kamarnya. Memukul mukul kasur dengan alat seadanya yang ada di sana. Harusnya kasur ini harus di jemur. Tapi dia tidak bisa keluar sembarangan untuk menjemur kasurnya.
"Uhuk-uhuk." Alivia terbatuk batuk saat menepuk-nepuk kasur itu. Begitu kotor dan berdebu. Ia menutup hidupnya dengan ujung jilbabnya yang diikat ke belakang kepala. Tubuh Alivia sendiri sangat gerah dan lengket. Dari kemarin dia belum mandi. Baju gantipun dia tidak punya.
"Ngapain kamu!" bentak seorang laki-laki yang tentu saja anak buah Astha.
"Lagi bersihin kasur. Kenapa? mau bantuin?"
"Cepat cuci baju Tuan Astha. Kalau sudah selesai, Tuan Astha minta dimasakin semur daging.
"Iya, tapi aku mau rapikan dulu kasurnya."
"Kamu pasti tidak akan bisa memasaknya. Kamu siap-siap saja disiram pake semur daging kalau rasanya tidak sesuai lidahnya Tuan Astha. Selama ini tidak ada orang yang bisa memasak sesuai keinginan Tuan."
"Siapa bilang aku tidak bisa masak semur daging? aku belajar dari ayahku."
"Ya sudah kita lihat saja nanti. Paling juga tidak bisa memenuhi keinginan Tuan Astha."
"Ya sudah kita lihat saja nanti."
**
Lelaki bertopi itu menatap kebun bunga melati di belakang rumahnya yang besar. Bunga melati yang seyogyanya adalah lambang kesucian berbanding terbaik dengan kehidupannya yang justru menjual para gadis untuk dijadikan wanita penghibur. Dia membuka kacamata hitam yang sering menghiasi wajahnya. Sangat enggan untuk membuka jati diri yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAU WANITAKU
Romance#1pandangan 30/10/20 Kisah perjalanan Alivia seorang gadis desa berusia sembilan belas tahun yang terpaksa harus merantau ke kota demi menjalankan amanat dari Almarhum Ayahnya. Dia yatim piatu sekarang. Ayahnya berpesan untuk mencari sahabatnya di...