prompt ideas - one

24 3 0
                                    


this was inspired by a couple songs i listened on my daily week playlist on spotify.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


• • •

Lelaki berjas hitam dengan dasi kupu-kupu yang terpasang rapih itu maju ke depan.

Tangan kanannya meraih standing mic yang mengarah padanya, sementara tangan kirinya merogoh saku celana. Mengeluarkan secarik kertas yang sudah terlipat kecil-kecil.

"First of all, makasih udah ngasih gue kehormatan buat berdiri di sini.

Gue sebenernya kagok, karena ini nggak ada mirip-miripnya sama speech kelulusan tiga tahun lalu! Emang dasar bang Raja, boongin aja gue terus. Capek.

Apa ya, gue mau ngucapin selamat, selamat menempuh hidup baru buat lo Nya. Buat lo juga Cas. Gue nggak pernah nyangka kita semua bisa bareng-bareng sampe ditahap nonton lo berdua di pelaminan.

Cerita gue sama Anya segitu banyaknya, bahkan kalo gue jadi penulis, novelnya bisa punya lima sekuel. Kalo gue jadi sutradara sinetron, episodenya bisa sampe seribu.

Apalagi cerita gue sama lo Cas. Lo kenal gue dari gantengnya sampe jeleknya gue. Dari lo baru belajar naik motor bebek, sampe sekarang kerjaan lo nawarin gue, "beli mobil apa hari ini?", tahan bro, gue belom jadi milyader."

Raja yang berdiri mendekat ke prasmanan bersama Jo, Yara dan Delon menahan tawa dan haru. Ia tiba-tiba saja mengkambing hitamkan Mark untuk memberi congratulations speech, namun persis apa yang disangka, Mark never dissapoints.

"Jangan nangis! Malu! Pake jas, masih nangis," seru Jo, sambil meraih kue kering yang datang bersama dengan Yara.

"Lo udah jelek makin jelek, mending sini!" sahut Delon juga, kemudian lanjut tertawa di samping Raja.

Mark yang menyadari ketiganya tengah meledek dirinya dari kerumunan lantas mengembuskan nafas di mic.

"Awas lo semua. Lanjut, ah, sebenernya gue canggung banget ngomongnya. Plis abis ini jangan musuhin gue lagi Cas, jangan diemin gue lagi Nya.

Gue sayang banget sama lo berdua. Gue sayang sama Anya, masih sama kaya dulu, in every parts. Tapi sahabat gue, Lucas, juga sayang sama lo. More, more than i can give to you. Glad to know that you slowly fall for him too.

Gue seneng. Karena walaupun gue ngalah, at least lo sama orang yang gue kenal. Kalo dia nyakitin lo, kasitau gue. Kasitau kita. Denger lo Cas?"

Lucas tertawa, lalu berseru, "lo ngomong gitu seakan-akan lo malaikat, gue setannya!"

"Tapi kelakuan lo emang kayak setan kadang," celetuk Anya, menoyor kepala Lucas.

Mark balas tertawa, lalu mengerjapkan matanya.

"Happy wedding Nya, Cas. I'll forever cherish those moments of our friendship. Enak lo berdua, kalo mau ngumpul serumah. Gue doang yang ngabisin ongkos!"

Yara berbisik pada Raja di kerumunan, "Bang, ini lo serius nyuruh dia dadakan?" yang kemudian dibalas dengan anggukan.

"Serius. Ya tapi orang kaya dia mah, apa aja diprepare. Untung kagak hah hoh hah hoh doang di depan, malu-maluin beneran nanti!"

Yara ikut mengangguk.

Perempuan itu mengenal mereka bertiga selama masa perkuliahannya. Mark orang yang well-packed, no matter how awkward he is. Setiba-tiba apapun, laki-laki itu pasti selalu punya cara.

Tiba-tiba menjarak.

Tiba-tiba selesai.

Tiba-tiba dia jadi speechman di wedding Anya dan Lucas. Sebegitu tiba-tibanya, tapi untuk ukuran Mark, laki-laki itu tetap bisa tampil.

"Oh iya, nearly forgot. Salam dari Bang Raja, Bang Jo, Yara, sama Delon yang cupunya bukan main. Beraninya nyuruh gue maju, tapi salam aja masih nitip.

Sekian, selamat malam. Happy wedding, selamat berbahagia."

brainstorm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

brainstorm.

brainstorm.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang