"Tuhan tak pernah membiarkan kau sendirian."
Hari Kamis, hari pertama setelah masa MPLS terselesaikan. Aluna masuk kedalam kelas X MIPA 6. Namun ia besedih, karena sahabatnya tidak ada yang sekelas dengannya, bahkan tak ada satupun teman kelas masa putih-biru yang menemani singgah di ruang barunya. Ia merasa canggung dengan keadaan, tiap orang berbincang dengan teman masa putih-birunya. Beruntungnya, ada seorang siswi bernama Nana datang menghampiri Aluna dengan senyum cerianya, mengajak Aluna berkenalan dan duduk bersama. Batin Aluna "Terimakasih Tuhan, kau hadirkan yang lain selagi mereka tak ada." Aluna menyambut Nana dengan gembira, mungkin mereka akan menjadi teman selama 3 tahun kedepan.
***
Mereka berdua bercerita, seolah sudah lama saling mengenal. Aluna menceritakan masa putih-biru supaya Nana bisa lebih mengenalnya dan paham akan sifatnya, karena terkadang Aluna bisa menjadi orang yang tidak jelas dengan pikiran dan perkataannya ketika suasana hatinya sangat buruk. Tak lama, walikelas Aluna masuk, panggil saja Bu Uma. "Eh, wali kelas kita, bukan kah ia terlihat menyeramkan?" bisik Nana. Aluna hanya diam saja, karena ia merasakan yang sama dan tak mau berbuat apa-apa karena takut kena marah diawal pertemuan, Aluna tak mau merusak citranya didepan Bu Uma. Bu Uma memperkenalkan diri dengan begitu tegas dan formal, membuat murid X MIPA 6 menjadi takut akan sebuah kehadiran Bu Uma, ternyata Bu Uma adalah salahsatu guru biologi di sekolah Aluna. Setelah wali kelas selesai memperkenalkan diri, guru-guru pengajar memulai KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dengam perkenalan masing-masing dari beliau. Tak hanya pengajar yang berkenalan, setiap siswa juga memperkenalkan diri mereka masing-masing. "Mengapa cowok di kelas kita tidak ada yang berparas tampan ya na?" Ucap Aluna keheranan. Entah di masa SMP maupun SMA, di kelas yang Aluna singgahi, tak ada satupun yang menarik perhatian Aluna. Pantas saja tidak punya pacar.
***
Bel pulang sekolah untuk pertamakali tiba, Aluna teringat bahwa hari ini terdapat pertemuan dengam calon Pengurus OSIS lainnya untuk persiapan seleksi. Sayangnya, Nana tidak tertarik untuk mengikuti seleksi pengurus OSIS. Aluna melangkahkan kakinya masuk kedalam Aula, di sana sudah banyak senior yang berdiri dengan tampang menakutkan. Aluna merasa takut, karena selama masa putih-biru, ia tak pernah kenal dengan senioritas. Akhirnya, pertemuan itu mulai, para senior membacakan syarat seleksi dengan begitu cepat, bahkan tak bisa teringat dikepala, bagaimana bisa ingat, terdengar pun tidak. Aluna merasa kesal, ia sedikit menyesal mengikuti seleksi ini, karena tidak semudah yang ia bayangkan. Pertemuan pun selesai, ia menyiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan besok dihari seleksinya, ia sudah memilih langkahnya untuk mengikuti seleksi ini, berarti ia harus melakukannya dengan baik, Aluna memang seperti itu. Malam hari yang diselimuti langit gelap, Aluna sibuk mepersiapkan Co-Card dan proposal yang ia butuhkan untuk seleksi besok. "Semangat Aluna!" Kata Aluna didalam hati untuk menyemangati diri sendiri.
***
Hari mulai berganti, Aluna begitu ragu, ia tampak kebingungan apakah ia akan melakukan seleksi ini dengan baik atau malah sebaliknya. Dengan bismillah, ia pun memulai seleksi dengan semangat, namun juga dengan tangan yang gemetar, ia akan melakukan apa yang ia bisa. Setelah melewati berbagai tahap seleksi, Aluna akhirnya bernafas lega, Aluna tetap tenang meskipun ia melakukan berbagai kesalahan. Bahkan ia berpikir pesimis tidak akan diterima, "Tidak apa-apa lah, lagian aku pertamakali mencoba, jika gagal itu memang takdirku." Ini baru hari minggu pertama ia masuk sekolah, tetapi Aluna sudah pulang melebihi batas waktu, yaitu pukul 17.45.

YOU ARE READING
Tentang Aluna
Teen FictionIa adalah seseorang yang dikenal dengan berbagai kesibukannya dalam berorganisasi, panggil saja Aluna. Siswi yang tak pernah kenal dengan kata lelah, selalu berlarian kesana kemari untuk menyelesaikan urusannya. Namun dibalik itu hatinya tak tertata...