0 - prolog

636 49 5
                                    

Melupakan, katanya. Membiasakan, katanya. Cukup fokus pada apa yang ada di hadapanmu, sekarang. Tidak perlu menoleh lagi ke belakang. Tidak perlu ada yang disesali. Keputusanmu sudah tepat. Lembaran baru sudah siap untuk dimulai.

Jeon Wonwoo sedang berusaha menanamkan kalimat itu pada dirinya sendiri. Memberi doktrin dan sugesti terhadap dirinya sendiri, bahwa hal yang ia lakukan sudah tepat. Tidak perlu ada lagi penyesalan. Lagipula, tidak perlu ada lagi yang dipertahankannya di negeri ginseng tempat kelahirannya.

Atau mungkin tidak?

Perlu diulas kembali bahwa Jeon Wonwoo hanya sebatas anak angkat. Di surat yang ia temukan pun tidak tertera dimana ia dilahirkan. Bisa saja ia dilahirkan di luar Korea Selatan, bukan? Kemudian, ditelantarkan karena tahu ia akan merepotkan. Atau tidak sesuai dengan harapan. Bisa saja, orang tua kandungnya mengharapkan seorang putri. Namun, yang dikaruniakannya adalah seorang putra. Sehingga, kekecewaan menutupi mata mereka dan membutakan.

Wonwoo sampai saat ini masih berpikir keras. Apakah ia memiliki kesalahan pada kedua orang tuanya? Setega itukah mereka membuang Wonwoo kecil ke sebuah panti asuhan. Kemudian, diadopsi oleh keluarga yang kaya secara materi, namun kurang perihal empati dan kasih sayang? Lalu, dihadapkan dengan fakta itu saat usianya sudah menginjak 27 tahun. Atau patutkah ia bersyukur atas keadannya sekarang yang tidak menjadi orang yang mengemis di pinggir jalan?

Jawabannya adalah Wonwoo tidak tahu.

Bahkan, jika terpaksa untuk kembali ke Seoul. Ia tidak kesana untuk bertemu kedua orangtua angkatnya. Namun, untuk dapat bersua dengan Hae Rin barang sekali saja. Katakan Wonwoo bodoh. Tidak dapat melupakan seorang gadis yang kabarnya tengah terjebak dalam skandal kencan bersama lawan mainnya.

Ya, pria sama yang Wonwoo takutkan ketika keduanya bercengkrama di dalam mobil Wonwoo. Tepat, setelah Windflower melakukan sesi pemotretan untuk produk kecantikan perusahaannya. Tentu saja, Wonwoo mengingat dengan jelas semuanya. Kilas balik paling menyenangkan mengenai kota Seoul yang hampir tidak pernah terasa hangat.

Cukup lama Wonwoo menjadikan kondomonium di Manhattan sebagai kediamannya. Akan tetapi, hingga saat ini, kenangan menyakitkan mengenai kota Seoul belum hilang sepenuhnya. Masih terasa pedih dan pilu ketika beberapa fakta terkuak dan mengenai dirinya yang ditinggalkan.

Mungkin Wonwoo tidak akan sesakit ini, bila ia tidak terlalu berekspektasi bahwa Hae Rin yang akan menemani dirinya seumur hidup. Bahwa wajah Hae Rin yang akan ia lihat setiap hari. Bahwa tubuh Hae Rin yang akan ia rengkuh saat gelapnya malam menyergap keduanya, saat hawa dingin menusuk tanpa permisi. Lagi-lagi itu semua hanyalah angan Wonwoo yang terkesan tidak masuk akal.

Maksudnya, mana mungkin perempuan yang mendekati sempurna seperti Hae Rin mau menghabiskan sisa hidupnya bersama pria menyedihkan seperti Jeon Wonwoo? Pria itu hanya anak angkat. Reputasinya juga sudah tidak begitu baik di negeri asalnya. Hae Rin hanya akan mendapat malu bila harus bersanding dengan pria seperti dirinya.

Menyedihkan, memang. Sekeras apapun Wonwoo menampik, kenyataan tidak akan berubah. Ia tetap akan berpegang pada titel 'pria menyedihkan' atau 'pria mengerikan yang diam-diam menguntit mantan kekasihnya sebagai seorang penggemar'. Jika dipikir sekali lagi, semuanya terjadi secara tiba-tiba dan beruntutan. Seolah-olah, semesta memang sedang mempermainkannya. Membuatnya merasakan derita secara beruntun, tanpa memberinya sedikit ruang untuk bernapas. Karena nyatanya, sampai saat ini, Wonwoo masih merasakan sesak di dalam dada.

"Waktu akan menyembuhkan segalanya. Bersabarlah, Jeon."

Kata-kata itu terlontar dengan mudahnya dari bibir Choi Seungcheol. Pria yang lebih tua setahun diatasnya. Reaksi Wonwoo saat itu hanyalah tawa. Selalu mudah untuk berkata, namun sulit untuk merealisasikannya.

Setidaknya itu yang ia pikirkan.

Sebelum, semesta tampaknya kembali mengijinkannya untuk merasakan apa itu bahagia. Membuat Wonwoo kembali mengingat dengan jelas euforia ketika sesuatu yang baik terjadi padanya. Mungkin bukan melalui orang-orang yang disayanginya, namun melalui prestasi-prestasi yang sudah ia torehkan. Memberi kepuasan tersendiri baginya.

Dan dengan cara itu, Wonwoo perlahan dapat mengikis rasa pilu yang bersemayam itu perlahan. Memang tidak instan. Hanya saja, Wonwoo yakin bahwa lama-kelamaan, sakit yang ia rasa akan lekas mereda.

Namun, ternyata semesta belum cukup bermain dengan takdirnya. Baru saja semuanya terasa mudah, lalu tiba-tiba saja figur Hae Rin tertangkap oleh sudut matanya. Membuat memori yang berusaha ia kubur dalam-dalam, kembali berkelebat. Membuat dirinya bergerak secara otomatis mendekati perempuan itu. Mendorongnya untuk merengkuh tubuh yang ia rindukam. Menyesap dalam-dalam aroma shampoo favoritnya. Kembali berekspektasi bahwa ini merupakan pertanda bahwa Hae Rin adalah takdirnya.

Sudah terdengar melankolis dan menyedihkan? Kalau sudah, baguslah. Karena itulah tujuan awal mengapa cerita ini dituliskan. Agar kalian memahami bagaimana menyedihkannya sosok seorang Jeon Wonwoo dan perjalanannya menuju apa yang ia sebut 'terbiasa'. Terbiasa dalam merasakan sakit yang bertubi-tubi, terbiasa hidup tanpa bayang-bayang Hae Rin, dan terbiasa untuk hidup tanpa harus memikirkan kenyataan pahit terkait keluarganya.

Jeon Wonwoo harus bisa. Ia harus mampu. Terlebih, Seungcheol baru saja memberitahunya perihal Ha Neul. Dan ia pikir, daripada membuang waktunya memikirkan cara untuk rujuk dengan Hae Rin, atau menangisi Hae Rin yang jelas-jelas tidak akan kembali padanya, bukankah lebih baik berusaha mencari pengganti perempuan itu? Dengan mulai menaruh rasa pada Ha Neul, misalnya? Wonwoo rasa bukan ide yang terlalu buruk.

Karena disamping membahas Wonwoo dan segala kisahnya yang pelik. Juga akan membahas mengenai perjuangan Ha Neul untuk masuk ke dalam kehidupan Jeon Wonwoo. Guna mengembalikan rasa bahagia pria itu yang sempat hilang.

****
is this enough for a start? hope u like it. jangan lupa vomment, bcs it matters. happy reading❤️

attune ; jwwTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang