teruskan atau sudahkan?

7 1 0
                                    

"gimana keadaan lo Den?" tanya Wira.

sekarang beberapa teman futsal Bagas tengah berada diuks untuk menjengukku. mereka nampak khawatir, aku jadi tidak enak. pertandingan futsal itu telah selesai satu jam yang lalu dan dimenangkan oleh tim lawan dengan skor 2-1. sepertinya akan ada pertandingan selanjutnya. aku tahu tim Bagas tidak akan membiarkan mereka kalah, apalagi dengan cara seperti ini. membuat kapten terbaiknya tidak mengikuti pertandingan hingga selesai dan membuat mereka kalah.

"udah mendingan Wir. makasih ya, dan maaf udah bikin khawatir, udah bikin tim kalian kalah juga."
"santai aja Den, tenang dipertandingan selanjutnya kita bakal menang. iya gak kapten?" ujar Gilang dibalas anggukan oleh Bagas.

"mau pulang sekarang Den?" tanya Bagas. baru saja aku hendak menjawab, Mody lebih dulu memotongnya.

"kamu kan mau anter aku pulang, Gas." ujarnya.
"sorry ya Dy, gua dateng sama Denis masa pulang nya sama lo." Gilang dan Wira saling sikut dan terkekeh.
"loh terus aku pulang sama siapa?"

"sama gue aja Dy, gue siap kok anterin lo pulang sampai rumah dengan selamat, dijamin." kata Gilang.
"ogah! badan lo bau asem, keringetan iw."
"lah si Bagas juga keringetan."
"tapi dia gak bau asem kayak lo." aku terkekeh. dengan bodohnya Gilang malah mencium-cium keteknya yang langsung di geplak oleh Wira.

"udah-udah, Dy lo mending naik taksi aja deh. gue tetep bareng sama Denis." Mody menatapku tajam, kubalas dengan datar. ia menghentakkan kakinya lantas keluar dari sana.

"kamu sama Mody aja, Gas. aku biar naik angkot nanti."
"gak, gue anter lo pulang." wajah datar Bagas membuatku terdiam. apa ia marah? tapi kenapa?

***

Bagas mengambil motornya di parkiran. aku menunggu dipinggir. kepalaku masih sangat pusing, tidak kuat berdiri lama-lama. untung Bagas cepat datang jadi aku bisa cepat duduk.

"siap?" aku mengangguk. kamipun pulang.

diperjalanan kami saling diam. hanya ramai jalanan yang membasmi kesepian. Bagas serius mengemudi motor dan aku berusaha menahan kepalaku yang berdenyut.

Bagas menatapku lewat kaca spion.

"lo gak papa Den?"
"i'm okay Gas, tenang."
"tapi muka lo pucet banget." aku memijat pangkal kepalaku agar lebih mendingan. tapi sama saja, bahkan ia terasa lebih sakit.

Bagas meminggirkan motornya didepan sebuah warung kecil.

"lo pucet banget Den sumpah. kita kerumah sakit ya?"
"gak usah Gas. kita pulang aja, udah deket kan?"
"tapi gue takut lo kenapa-napa Den."
"aku gak papa Gas, cuma sedikit pusing aja nanti juga baikan."
"tapi lo janji jangan pingsan ya?" aku tersenyum singkat.
"iya janji Bagas." meski sedikit ragu, akhirnya ia kembali menaiki motornya. beberapa kali ia nampak memutar badannya melihatku.

Bagas menarik kedua tanganku ke perutnya. aku terkejut.

"lo pegangan yang kenceng jangan sampe jatoh." kini, tanganku telah bertengger sempurna diperut Bagas.
"emang gak papa, Gas?"
"santai, yang penting lo aman." aku mengangguk dan lagi-lagi tersenyum atas perlakuan Bagas padaku.

ia kembali melanjutkan motornya. aku memejamkan mata dan menjatuhkan kepalaku pada bahu Bagas. aku benar-benar lemas. dapat kurasakan tangan Bagas menyentuh dan menggenggam kedua tanganku yang berada diperutnya. ia mengelusnya pelan sebelum kembali berpegangan pada stang. apa ia tidak merasakan bagaimana jantungku ini mau copot setiap kali ia berperilaku begitu manis padaku? atau ia mau melihat ku mati muda hanya karna tidak kuat dengan perasaanku sendiri?

mungkin aku belum mendapat jawaban atas senyuman-semyuman ini, atas rasa senang ini, juga atas kehadiran Bagas yang menurutku sangat tiba-tiba dan sialnya berpengaruh sangat baik. aku belum mau bilang kalau aku benar-benar menyukai Bagas, walau pada kenyataannya dengan segala yang ia lakukan padaku dan apa respon ku, mungkin kalian sudah bisa membacanya dengan jelas.

lantas, apa yang harus aku lakukan? teruskan, atau sudahkan?

[]

part ini emang bener-bener singkat si dan hanya saya bumbui moment-moment manis kecilnya. tapi untuk part berikutnya saya jamin akan lebih panjang dan lebih baper wew.

jadi gimana tuan Denis, kamu suka sama Bagas atau enggak? hehe. jangan lupa vote dan komen biar saya lebih semangat nulisnya.

dadah bye![^^]

beautiful disasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang